Hampir saja, tebing tinggi itu juga hancur karena tinju kuat Rawas Kalat.Merasakan kekuatan tersebut, Pimpinan Cabang itu menampakan ekspresi terkejut luar biasa. Sungguh dia tidak menduga, jika Rawas Kalat memiliki kemampuan tinju yang begitu besar.Namun jika dia tahu, bahwa kekuatan Rawas Kalat pada dasarnya tidaklah lebih besar dari Rawai Tingkis, barang kali dia tidak akan memulai pertarungan ini.Saat melihat piramida itu hancur, Rawai Tingkis tertawa terbahak-bahak, pemuda itu bahkan menunjukan ibu jarinya ke arah Rawas Kalat.“Bagus, aku tahu kau pasti bisa melakukannya?” timpal Rawai Tingkis.“Anak muda, siapa kalian sebenarnya?” tanya Pimpinan Cabang itu, “aku tidak pernah melihat manusia normal memiliki kekuatan sebesar itu sebelumnya. Padepokan Surya, seperti apa kalian sebenarnya? Pergerakan kalian telah menjadi ancaman bagi Penjaga Dunia, kami telah menemukan banyak sekali kelompok yang kuat, tapi tidak ada yang seperti kalian.”Rawai Tingkis tersenyum tipis sebelum kem
Rawai Tingkis berdiam di pulau tersebut selama beberapa minggu lamanya. Di pulau tersebut, Rawai Tingkis beserta teman-temannya membimbing para binatang buas untuk mengamankan pulau ini dari musuh yang akan kembali menyerang.Terkadang,Rawai Tingkis berpikir keras mengenai binatang tersebut, darimana asalnya, kenapa mereka bisa menjadi besar seperti ini, atau apakah mereka diciptakan oleh para ilmuan dunia? Entahlah, sampai saat ini tidak ada yang tahu asal muasal binatang tersebut, kecuali mungkin para petinggi Penjaga Dunia.Di sisi lain, Rawas Kalat malah sibuk berlatih dengan kepalan tinjunya. Dia melakukan ratusan kali gerakan setiap satu jam, kemudian beristirahat lalu melakukan lagi latihan.Barulah setelah menjelang petang hari, Rawas Kalat akan membantu teman-temannya dalam melakukan kegiatan sehari-hari.Dia juga kadang ditugaskan untuk menambah beberapa bagian pada kapal kecil mereka.Seperti menciptakan sebuah bendera. Bendera Bayangkara.“Sekarang markas kita sudah selesa
Akhirnya dengan begini, Teliksanda menjadi organisasi dibidang informasi paling besar di dunia.Namun satu hal yang tidak diketahui oleh Penjaga Dunia, Teliksanda tidak hanya menjual informasi kepada mereka saja, tapi kepada siapapun yang layak mendapatkan informasi yang mereka miliki. Tentu saja dengan harga yang bervariasi.“Rawai Tingkis akan diburu oleh Penjaga Dunia mulai hari ini,” ucap Pimpinan Teliksanda, berbicara di balik kamar yang dikelilingi oleh tirai, sehingga tidak ada yang tahu siapa sebenarnya orang ini, tapi yang jelas, pimpinan ini mengenal Rawai Tingkis, bahkan cukup dekat dengan Rawai Tingkis.“Apa tidak masalah memberikan informasi seputar Rawai Tingkis kepada Penjaga Dunia?” salah satu pria pincang mendekati pimpinan Teliksanda itu.“Dunia harus mengendal siapa Rawai Tingkis, orang yang berpotensi mengancam Penjaga Dunia …hahaha …”Meski sepertinya berbahaya, tapi tampaknya tujuan Pimpnan Teliksanda lebih khusus untuk mengenalkan Rawai Tingkis pada dunia.Dia t
Rawai Tingkis dan temannya kini berada di atas punggung kura-kura purba. Awalnya punggung itu, tidak udabhnya seperti punggung kura-kura biasa, hanya saja berukuran besar, tapi seiring waktu berjalan, mulai ditumbunuhi oleh tanaman dan lumut, hingga pepohonan yang tinggi dan, dan pada akhirnya punggung itu menjelma menjadi hutan belantara, alias sebuah pulau bergerak.Menurut kitab pengobatan di tangan Rinjani, hanya tanaman yang berkualitas dapat tumbuh di punggung kura-kura tersebut. Inilah yang menjadikannya sebagai surga bagi para tabib.Tidak banyak tabib atau ahli medis yang menemukan kura-kura tersebut. Tanpa keberuntungan barang kali Rinjani juga tidak mungkin menemukan kura-kura itu.“Putri Intan Kumala, bantu mencari jenis tanaman ini, ini dan ini …” Rinjani menunjukan contoh tanaman kepada Putri Intan Kumala.“Aku akan menemani kalian berdua,” ucap Danur Jaya.Ketiganya lalau pergi meninggalkan Rawai Tingkis dan Rawas Kalat di tepi punggung Kura-kura tersebut.“Ini membosan
Setelah beberapa saat kemudian.“Lega sudah rasanya!” ucap Nenek Baba itu. “Aku sudah kembali, sekarang apa yang kalian usulkan?”“Siapkan Ritual penumbalan!” teriak Baba tua itu.“AHHHKKKKK!!!” terdengar suara teriakan di luar.Semua mahluk di dalam sontak menoleh ke arah pintu keluar, tapi suara teriakan itu seolah ada dimana-mana.Rinjani langsung tersenyum tipis saat ini, karena dia mengenal pemilik teriakan tersebut. Tidak lain dan tidak bukan adalah, Rawai Tingkis.“Pimpinan Bayangkara,” ucap Rinjani. “Kalian telah berurusan dengan orang yang salah.”“Pimpinan, memangnya sekuat apa manusia itu?”Belum pula satu detik setelah pertanyaan itu dilontarkan oleh Panglima Baba, tiba-tiba ada getaran di luar pohon besar tersebut.Beberapa saat kemudian.Wush.Energi pedang yang sangat kuat baru saja melintasi pohon tersebut. Gelombang udara yang dihasilkan oleh tebasannya, membuat mahluk baba tercengang sekaligus merasa takut.“Siapa yang ingin kalian jadikan tumbal, Mahluk Kerdil kuran
Baru pula Rawai Tingkis hendak dipancung oleh mahluk kerdil itu, tiba-tiba langsung terjadi gempa pada pulau tersebut.Membuat arah mata senjata mahluk tersebut, senjata yang dibuat dari batu pipih di asah dan gagang kayu, meleset dari batang leher Rawai Tingkis.“Ahkkk …hampir saja!” Rawai Tingkis menatap mata senjata yang berada hanya dua atau tiga jari dari kepalanya.“Apa yang terjadi dengan Kura Purba?” tanya Komandan Baba, “Tidak biasanya dia bertindak seperti ini?”Sejenak situasi sedikit tenang, tapi kala Komandan Baba hendak mengeksekusi Rawai Tingkis, tiba-tiba pulau itu bergetar lagi.Kali ini jauh lebih kuat, nyaris membuat semua mahluk kerdil itu terjungkang karena getaran gempa yang lumayan besar.Lagi-lagi senjata algojo tidak berhasil melukai batang leher Rawai Tingkis.“Kura Purba!” teriak komandan Baba, “apa yang terjadi, kami sedang mengadakan ritual pengorbanan untuk diberikan kepadamu …”Mendengar teriakan Komandan Baba, Kura Purba malah kembali menggoyang tubuhny
Setelah beberapa saat kemudian, semua suku Baba berhasil dikalahkan, sebagian dari mereka melarikan diri, tapi hanya menunggu waktu sampai Rawas Kalat menemukannya, dan membantingnya ke tanah.Jika bukan karena Perintah Rawai Tingkis, mereka mungkin sudah banyak yang mati, karena ulah Rawas Kalat.Sekitar 40 Baba kini di ikat dengan menggunakan akar sulur. Akar sulur yang sama untuk mengikat Rawai Tingkis dan dua temannya.“Kalian mau mati?!” Rawas Kalat menarik leher Komandan Baba. “Ha? Kau ingin mati!”“Kami tidak ingin menyakiti kalian,” ucap Rawai Tingkis, “kami hanya datang untuk meminta sedikit tanaman obat yang ada di pulau ini, itu saja.”“Setiap manusia yang datang ke pulau Kura Purba, selalu menghancurkan hutan ini. Mengambil semua tanaman obat-obatan, dan membunuh banyak anak-anak kami.”Pernah ada sekelompok manusia yang kebetulan mendarat di pulau tersebut. Awalnya, mereka menampakan kebaikan di hadapan Suku Baba.Melihat kebaikan itu, Suku Baba menjamu manusia tersebut d
“Akhirnya aku menemukan pulau ini, surga bagi para ahli medis, hitunglah! Berapa banyak harta yang akan kita dapatkan jika mengambil semua tanaman disana!”Pria itu penuh semangat memberi perintah kepada anak buahnya untuk menepikan kapal ke pulau.“Tuan, ada kapal kecil berada di depan kita,” ucap salah satu satria penjaga.“Kapal kecil? Berarti ada orang yang lebih dahulu mendarat di sini, baguslah …kita rampas semua yang mereka miliki …hahaha …”Di sisi lain, Kura Purba mengetahui akan ada bahaya, jadi dia mendayung lebih kuat dari biasanya.Kura Purba tidak berniat menerima tamu tidak di undang naik ke atas punggungnya, lebih lagi saat ini ada Rawai Tingkis yang merupakan titisan Bocah Angon.“Apa yang terjadi? Kenapa kita belum menepi?” Pimpinan kapal itu mulai geram, dua jam telah menuggu, tapi kapal besar ini tidak kunjung mencapai pinggiran pulau.“Pulaunya bergerak menjauh,” timpal anak buahnya.“Pulau terkutuk ini mencoba melarikan diri ya? Buka kain layar, kita kejar!”Pulu
Di saat bersamaan, Rawai Tingkis menyernag Kelelawar Hitam dengan seluruh energi mistik yang dimilikinya.Kecepatannya masih tetap sama, tapi daya hancurnya menjadi sedikit berkurang, dan ini karena tubuhnya terlalu dibebani oleh teknik baru yang dimilikinya saat ini.Lima orang Manusia Murni mencoba melakukan sesuatu atas perintah Ki Langit Hitam untuk mengakhiri nyawa Kelelawar Hitam, tapi mereka bahkan tidak dapat mendekati pria jahat itu.Sekarang mereka tahu kekuatan Rawai Tingkis jauh lebih tinggi dibandingkan dengan mereka semua.Kesombongan mereka selama ini, akhirnya dijatuhkan oleh kenyataan yang memalukan.Bukan hanya lima orang itu, Putri Intan Kumala sendiri juga tidak mampu berhadapan langsung dengan Kelelawar Hitam.“Apa sekarang kalian menyadarinya?” tanya Ki Sundur Langit. “Rawai Tingkis mungkin tidak membutuhkan pengakuan dari orang lain, tapi aku yakin, sekarang kalian mengakui kekuatannya!”Kelimanya langsung terdiam, tidak lagi menjawab ataupun berbuat sesuatu unt
Kedatangan Camar Putih membuat perubahan pada jalannya pertempuran antara Rawai Tingkis dan Kelelawar Hitam.Kedatangannya sama seperti kedatangan Ki Sundur Langit dan Ki Langit Hitam untuk membantu para Manusia Murni dalam mengalahkan Beruang Salju.Dua Satria Roh Suci kini menghadapi serangan demi serangan dari pihak Rawai Tingkis.Berkat kedatangan Camar Putih pula, Kelelawar Hitam untuk pertama kalinya setelah menggunakan Ulat Dari Neraka, terkena tebasan Rawai Tingkis.“Aku akan melindungimu!” ucap Camar Putih.“Baiklah, aku mengerti!” Rawai Tingkis melaju cepat ke arah Kelelawar Hitam, sementara Camar Putih bertugas menahan semua serangan bola mistik yang dilempar musuhnya.“Aku tidak akan membiarkan dirimu menguasai Benua ini,” ucap Camar Putih, sembari melepaskan beberapa serangan berbentuk sayap putih yang berputar seperti gasing.Boom.Setiap bola mistik diledakan sebelum menyentuh tubuh Rawai Tingkis dengan sayap-sayap putih tersebut.“Camar Putih, kau selalu menghalangi re
Ki Langit Hitam dan Ki Sundur Langit, memasang kuda-kuda sebelum kemudian mulai menyerang Beruang Salju.Dua larik cahaya keluar dari telapak tangan dua pria tua tersebut, melesat cepat ke arah Beruang Salju.Mendapati serangan itu, Beruang Salju terpaksa menangkis serangan lawan dengan teknik pertahanan dinding es miliknya.Boom.Ledakan kecil terjadi di atas istana es, menggetarkan bagian puncak dari bangunan es tersebut.Saat Beruang Salju berniat melakukan perlawanan, dua petinggi Padepokan Surya telah berada di depannya, dan melancarkan serangan pisik.Suah.Beruang Salju melesat ke samping, menghindari pukulan Ki Langit Hitam, di saat yang sama, Ki Sundur Langit menyapukan tendangan cepat ke arah wajah Petinggi Penjaga Dunia tersebut.Boom.Tubuh Beruang Salju melesat cepat, meninggalkan Istana Es, dan jatuh terhempas di permukaan tanah yang gersang.Dia bangkit, lalu melepaskan dua bole energi ke arah lawannya. Sayangnya, dua serangan itu dapat dihindari oleh Ki Sundur Langit d
Serangan besar yang dilakukan oleh Rawai Tingkis dan Kelelawar Hitam, telah menyebabkan banyak kerusakan di sekitar mereka berdua.Namun dua orang itu, masih menolak untuk menyerah, meskipun salah satunya mengalami luka yang cukup serius, yaitu Kelelawar Hitam.Kelelawar Hitam memiliki energi mistik yang berlimpah, membuat dia percaya dapat mengalahkan Rawai Tingkis dalam segala kondisi yang dialaminya saat ini.Andaipun hanya memiliki satu tangan dan satu mata saja, Kelelawar Hitam masih percaya dapat menumbangkan Rawai Tingkis.Di sisi lain, Rawai Tingkis memiliki pertahanan pisik yang lebih baik, berkat pengobatan yang dilakukan oleh Naga Kecil.Namun demikian, energi mistik yang dimiliki pemuda itu berada jauh di bawah Kelelawar Hitam.Dua Roh Suci yang ada pada tubuh Rawai Tingkis, terbilang berusia muda, apa lagi Naga Kecil yang baru saja lahir beberapa waktu yang lalu. Energi mistik ke dua Roh Suci ini masih digolongkan kelas menengah, dan tidak dapat disandingkan oleh Energi M
Tidak pernah dirasakan oleh Kelelawar Hitam sensasi dan juga pengalaman seperti ini saat menghadapi musuh-musuhnya, kecuali hari ini.Dia tidak pernah takut, tapi hari ini dia melihat siapa yang kuat, dan siapa yang menjadi penguasa dari kalangan Roh Suci.Namun perasaan itu segera ditepisnya, dia tidak ingin jatuh dalam perangkap Rawai Tingkis.Kelelawar Hitam mengira, ini hanyalah permainan ilusi saja, mungkin ada kekuatan lain yang dimiliki oleh Rawai Tingkis, untuk mengendalikan pikirannya.Namun sayangnya, dia memang melihat sisi lain dari Rawai Tingkis.Sementara itu, Beruang Salju merasakan gejolak kekuatan Rawai Tingkis, dan tidak bisa tinggal diam saat ini.“Ini akan gawat, aku harus membantunya,” ucap Beruang Salju.Pria itu menaikan satu telunjuknya ke langit, lalu energi dingin menggumpal di ujung telunjuknya.Tidak selang beberapa lama, sesuatu yang sangat menakjubkan muncul di langit.Putri Intan Kumala menatap ke langit, dan untuk sesaat wajahnya menjadi tegang, meskipu
Beruang Salju masih berusaha untuk menumbangkan Putri Intan Kumala, meskipun tadinya dia penuh dengan kepercayaan diri dapat mengalahkan Kumala, tapi kenyataanya dia butuh waktu lama untuk menjatuhkan gadis tersebut. Beruang Salju telah menggunakan segagala cara untuk menjatuhkan boneka gurita raksasa yang dikendalikan oleh Putri Intan Kumala, tapi sialnya dia tidak mampu melakukan itu. Setiap kali dia brhasil memotong satu bagian tangan gurita itu, maka ditempat yang sama, tangan lain akan tumbuh. Menghadapi persoalan semacam ini, membuat kepala Beruang Salju serasa akan pecah. Sejauh ini, dia telah menemukan banyak ide, dan menerapkannya, bahkan ide paling licik sekalipun telah dia gunakan. “Jika aku tahu sebelumnya kekuatan gadis ini, aku tidak akan memilih padang tandus sebagai lokasi pertemuan,” ucap Beruang Salju. Baru kini dia menyadari kesalahannya, dan keunggulan Putri Intan Kuamala. Dengan semua batu yang ada di padang tandus, menjadikan Putri Intan Kumala memiliki pa
Bola-bola energi yang dilempar dengan mudah oleh Kelelawar Hitam, tapi menghasilkan dampak yang sangat mengrikan.Dari sini, terlihat betapa hebatnya Kelelawar Hitam sebenarnya, dan dari sini pula terlihat betapa kuatnya Roh Suci pada saat itu.Kekuatan sebesar Kelelawar Hitam bahkan tidak mampu menaklukan Roh Suci tanpa bantuan Satria Roh Suci dan Manusia Murni di jamannya.“Akan kuundang binatang kegelapan,” ucap Kelelawar Hitam.Dia melakukan sebuah gerakan, yang tidak jelas, tapi di ujung gerakan itu, dia mengarahkan telapak tangannya ke atas.Sedetik kemudian, kepulan asap muncul dari telapak tangan itu, lalu tepat di atas kepalanya, sekitar dua atau tiga depa tingginya, asap itu membentuk lingkaran besar.Belum tahu apa yang terjadi atau apa yang akan dilakukan oleh Kelelawar Hitam itu, tapi auranya sudah menyebar ke segala arah, dan berhasil menekan mental Rawas Kalat dan Danur Jaya.“Kalian akan menjadi santapan siang ini!”Dan, tiba-tiba.Goar… mahluk hitam besar muncul dari
Sementara itu, Rawas Kalat dan Danur Jaya masih berjibaku sengit melawan Kelelawar Hitam yang mencoba menemukan keberadaan Rawi Tingkis.Dua pemuda mati-matian menahan Kelelawar Hitam, mencoba melakukan yang terbaik meski kerap mendapatkan luka pada bagian tubuh mereka.Sesekali akan terlihat debu jamur raksasa menghiasi udara siang ini, ketika salah satu dari mereka dihempas kasar ke permukaan tanah.Jangan bertanya berapa banyak darah yang dikeluarkan dari dalam tubuhnya, sebab luka yang diterima ke dua pemuda itu tiada terhitung jumlahnya.Menghadai manusia yang memiliki energi mistik dalam jumlah besar, memang sangat menyulitkan.Bahkan, nyawa mereka kini seolah berada di ujung tanduk, hanya menunggu kematian saja.Sayangnya, tekad dan semangat juang ke dua pemuda itu tidak dapat dianggap remeh.Jatuh bangun hal biasa, kini keduanya mulai bersahabat dengan luka-luka.Setelah kehabisan anak panah, Danur Jaya terpaksa menggunakan busur panah untuk bertarung. Busur itu dijadikan sema
Kelelawar Hitam menepis seluruh api yang menyelimuti dirinya dengan asap hitam, lalu berdiri setelah jatuh di atas tumpukan kerikil. Dia memandang Rawas Kalat dengan penuh emosi.“Kalian juga bagian dari pencurian Seruling Emas-““Memangnya kenapa?” timpal Rawas Kalat.Mendengar jawaban itu, wajah Kelelawar Hitam menjadi padam, dia menahan nafasnya dengn rahang yang mengeras, lalu dia berkata, “kalau begitu, kau juga harus mati!”Kelelawar Hitam langsung berubah menjadi asap dan menggempur Rawas Kalat dari segala sisi.Asap hitam secara alami mungkin tidak dapat menghantam tubuh manusia, tapi tidak dengan asap hitam milik Kelelawar Hitam.Asap itu terasa sangat keras sehingga membuat Rawas Kalat begitu kesulitan untuk menahan semua serangan Kelelawar Hitam.Dalam sebuah momen, Rawas Kalat mencoba memukul asap tersebut, tapi tangannya malah terjebak oleh asap itu.Dia tidak bisa menarik tangannya, seolah melekat kuat dalam kepulan asap.Di saat yang sama pula, muncul asap menyerupai ma