Home / CEO / Skandal Panas Sang CEO / Chapter 141 - Chapter 150

All Chapters of Skandal Panas Sang CEO: Chapter 141 - Chapter 150

231 Chapters

Tawaran Berkencan

“Baik. Kalau kau sudah memutuskan untuk bekerja sama denganku, kau tidak punya jalan untuk kembali. Apakah kau sudah siap dengan semua resikonya?” tanya seorang pria yang tak lain adalah Ramon di seberang telepon itu.“Aku siap, Tuan. Kalau begitu, apa yang harus aku lakukan untuk saat ini? Aku ingin segera memilikinya,” jawab Esra dengan penuh rasa percaya diri dan keyakinan penuh.“Sabarlah sebentar lagi. Jangan tergesa-gesa karena tidak ada yang bisa kau lakukan untuk saat ini. Tunggu saja perintah dariku!”“Tapi, aku tidak bisa menunggu terlalu lama, Tuan. Aku ingin secepatnya atau aku akan bertindak sendirian tanpa menunggumu!”Ramon di seberang sana tidak menjawab lagi ucapan atau ancaman yang diberikan oleh Esra. Tidak dia sangka sama sekali jika wanita yang bekerja sebagai pengasuh anak Rayhan itu akan seberani itu dalam berbicara kepdanya. Menurut pandangan Ramon, tentu saja dia adalah wanita yang lugu dan polos sama seperti pengasuh lainnya.Apalagi, sejak awal Esra tidak me
Read more

Ditolak

“Kencan? Maksudmu ... kau ingin kencan denganku? Yang benar saja!” seru Petrus tidak bisa percaya.“Benar. Kenapa tidak? Aku serius mengatakannya,” ucap Esra berusaha meyakinkan Petrus lagi.“Maaf, aku tidak bisa!”“Kenapa?”“Apa menurutmu, aku tidak terlalu menarik sebagai seorang wanita?”“Bukan seperti itu, Esra! Tapi ... aku sudah punya kekasih. Kau tahu itu bukan? Aku akan melamarnya dan sebentar lagi kami akan memiliki anak,” terang Petrus dengan jujur kepada pengasuh Richard itu.Selama ini memang Esra tidak terlalu ikut campur tentang masalah atau hubungan yang dijalin Petrus dengan orang lain. Termasuk dengan Alesha yang sebenarnya sudah sering dibahas oleh Veronica. Namun, Esra tidak pernah peduli dan menganggap hal itu tidak terlalu penting untuk dia ketahui.Jadi, wajar saja jika saat ini dia merasa begitu terkejut saat mendengar Petrus akan segera menikah dan tidak lama lagi akan mempunyai anak dari kekasihnya itu. Hal yang memang tidak pernah diketahui oleh Esra sama sek
Read more

Ingin Seorang Putri

“Sayang ... apa yang bisa dilakukan anak kita sekarang?” tanya Rayhan dengan lembut sambil terus mendorong ayunan yang dinaiki oleh Vero dan Richard.“Dia sudah mulai belajar duduk. Sebentar lagi, dia akan mulai belajar mengejarmu.” Vero menjawab dengan tawa ringan.“Benarkah? Jadi, sekarang tidak hanya ibunya yang mengejarku, bayinya juga akan?” tanya Rayhan menggoda istrinya.“Sejak kapan aku yang mengejarmu? Kau yang selalu mengejarku!” bantah Vero ketus.“Ya. Aku yang mengejarmu dan akan selalu mengejarmu ke mana saja kau pergi.”“Itu baru lelaki sejati yang tidak membiarkan wanitanya terlihat terlalu menggilainya.”Vero memang tidak terlalu serius dalam mengatakan hal itu kepada Rayhan. Mereka sudah biasa berkata seperti itu untuk saling bercanda. Tidak ada keseriusan yang berarti atau untuk saling menyakiti di sana. Rayhan juga sudah sangat paham dengan sikap dan sifat asli Veronica, begitu juga dengan sebaliknya.Mereka bertiga menikmati suasana sore hari di taman komplek dan s
Read more

Apa Lagi Sekarang?

“Sudah puas bermain?” tanya Rayhan pada istrinya.“Sepertinya cukup untuk hari ini. Sudah hampir gelap dan Richard terlihat sudah sangat lelah,” jawab Vero yang menatap bayi dalam gendongan Rayhan itu.“Ya. Sebenarnya aku tahu kalau yang ingin bermain dan jalan-jalan itu adalah ibunya, bukan anaknya,” ungkap Rayhan yang diiringi suara gelak tawa.Vero tersipu malu saat mendengar gurauan dari pria yang kini sudah sangat dicintainya itu. Tidak ada lagi hari tanpa rasa cinta dan rindu untuk Rayhan. Tidak ada lagi keraguan dalam dirinya untuk hidup bersama dengan Rayhan dan menua bersama selamanya.Begitu besar cinta dan sayang yang sudah Vero serahkan kepada pria itu, tapi sepertinya tidak akan pernah cukup untuk menandingi cinta dan sayang yang diberikan Rayhan padanya. Lelaki yang sudah mempertaruhkan nyawa untuk bisa membuat Vero terus bahagia dan tersenyum itu jelas tidak akan pernah bisa digantikan dengan apapun dalam hidup Vero.“Kalau begitu, kau perlu membawaku jalan-jalan ke lua
Read more

Tak Ingin Bayinya?

Vero merasakan kalau tubuhnya dibawa ke dalam tempat yang sempit seperti mobil. Namun, dia tidak bisa lagi melihat apapun karena matanya sudah diikat dengan kain hitam. Mulutnya juga sudah disumpal dengan sebuah kain yang tebal.Meskipun begitu, Vero sama sekali tidak merasa takut dan gentar terhadap situasi yang sedang dihadapinya saat ini. Semua itu karena setidaknya Richard masih berada dalam pelukannya dan orang-orang yang membawanya itu tidak menyakiti putranya.Di dalam mobil yang terus bergerak itu, Vero terus berdoa jika Rayhan bisa dengan cepat mengetahui keberadaannya. Dia yakin bahwa suaminya itu bisa dengan cepat menyadari ketidak adaannya dan Richard di tempat mereka duduk tadi. Sekarang, Vero hanya perlu terus mempertahankan bayinya yang sepertinya juga mulai risih dan rewel dengan keadaan itu.“Baik, Boss. Kami akan langsung membawanya ke sana,” ucap seorang pria yang duduk di samping Vero saat ini.Vero yakin dia sedang berbicara di telpon dengan seseorang yang membaya
Read more

Meski Bukan Rayhan

Merasa sudah berada di tempat yang aman dan tidak akan ada yang berani menyakitinya lagi, dengan cepat Vero membuka pembungkam mulutnya dan juga melepas ikatan kain di matanya. Namun, dia melakukannya dengan sebelah tangan saja karena dia tetap harus memastikan Richard aman di dalam pelukannya.Saat semuanya sudah terlepas dan matanya buram menatap seorang pria yang kini duduk di depannya. Tentu saja hal itu karena matanya terlalu lama tertutup paksa dengan kain hitam. Setelah beberapa menit, Vero mendapatkan kembali penglihatannya yang terang dan cerah.“Kau? Jadi ... kau yang melakukan semua ini kepadaku?” tanya Vero dengan nada tak percaya.“Apa kabar, Sayang? Apakah kau tidak merindukanku sama sekali? Kita sudah setahun tidak bertemu,” ucap pria yang ternyata adalah Ramon itu dan dia tidak menjawab pertanyaan Vero sama sekali.“Kenapa kau lakukan ini padaku, Tuan? Apa salahku padamu?”Pertanyaan Vero itu kembali tidak dijawab oleh Ramon karena merasa Vero terlalu kaku saat bertemu
Read more

Kau Membohongiku!

“Bukan kah kata-katamu itu terlalu kejam, Sayang?” tanya Ramon sambil mengelus dagu dan pipi Vero dengan lembut.“Jangan sentuh aku, Ramon!” bentak Vero tak senang dan tidak menjawab pertanyaan pria itu sama sekali.“Ckckck ... jangan terlalu keras berteriak. Liatlah bayimu itu, dia langsung terkejut dan takut, Sayang.”“Dia haus dan aku harus menyusuinya. Aku tidak membawa botol susunya sekarang, dan kau dengan tidak punya perasaannya sudah membawa kami ke sini.”Ramon duduk di atas meja yang ada di depan Vero dan menatap wanita itu dengan lekat. Memang ada sedikit gurat ketakutan di wajah Vero, tapi Ramon yakin itu bukan perasaan takut pada dirinya. Vero tidak pernah takut padanya dan tidak pernah ragu dalam melakukan sesuatu hal.Dari penilaian dan penglihatan Ramon, sepertinya Vero lebih tepatnya bukanlah sedang takut. Akan tetapi, dia sedang dalam perasaan khawatir karena bayinya mulai rewel karena haus. Sementara, saat ini Ramon ada di depannya dan itu membuat perasaan pria itu
Read more

Rencana Rayhan?

“Bagaimana? Kau masih ingin bertahan dengannya? Atau ... kau bisa datang padaku dan kita akan hidup bahagia. Tidak masalah jika kau ingin membawa bayi ini bersama kita. Nanti, kau bisa melahirkan banyak bayi lagi untukku bukan?” tanya Ramon dengan rasa percaya diri penuh kepada Vero dan saat ini tangisan Richard semakin menjadi jadi.“Ramon, tolong berikan Richard padaku. Dia takut padamu!” desak Vero yang berusaha menjangkau Richard dari pelukan Ramon.“Hustt ... jangan berisik, Sayang. Kau yang membuatnya takut dengan terus berteriak dan bersikap seperti itu. Tenang saja dan aku percayalah aku tidak akan menyakiti bayi ini,” terang Ramon dengan jari telunjuk di bibirnya, mencoba memberikan penjelasan agar Vero merasa tenang.“Dia ingin berada di dalam pelukanku. Aku ibunya! Dia tidak mungkin takut padaku. Dia takut padamu, pria asing yang baru saja dilihatnya dan langsung mengambilnya dariku,” jelas Vero pula dengan mata yang berkaca-kaca.Dia tidak tega mendengar jerit tangis ketak
Read more

Ayo, Pemanasan Sedikit!

Kepercayaan Vero terus terang saja tergoyahkan saat mendengar penjelasan dari Ramon tadi. Namun, sisi lain dari hatinya juga tidak ingin percaya bahwa semua ini memanglah rencana suaminya. Meski mereka belum lama hidup bersama, tapi setidaknya Vero sudah bisa mengenali kepribadian Rayhan luar dalam.Ramon menatap Vero dengan seringai liciknya dan sepertinya dia merasa puas dengan ekspresi yang ditunjukkan oleh Vero saat ini. Tidak terbesit di benaknya bahwa sekarang Vero juga bukan lagi wanita yang bekerja sama dengannya dalam hal apapun.“Jadi, bagaimana keputusanmu? Kau akan ikut denganku dan meninggalkan semua tentang Rayhan? Aku bisa menjamin kebahagiaanmu dan tidak akan ada lagi wanita lain dalam hidupku. Aku sudah menceraikan Miana dan kau akan menjadi satu-satunya wanitaku. Aku akan mengumumkan pernikahan kita pada publik agar dunia tahu bahwa kau adalah istriku,” ungkap Ramon terdengar sangat sungguh-sungguh dan berusaha meyakinkan Vero dengan janji manisnya itu.Vero tersenyu
Read more

Jalang Murahan

Ramon yang saat ini sudah sangat dekat jaraknya dengan Vero menatap wanita itu dengan sangat buas. Dia seperti ingin melakukan hal yang tidak seharusnya dia lakukan kepada adik iparnya itu. Vero sudah mengenal Ramon sejak lama dan sudah mengerti dengan cara berpikirnya dari cara dia bersikap ataupun bertindak. Jadi, dia sudah mulai waspada sejak tadi.“Jangan menjadi monster yang tidak punya perasaan, Ramon!” tegur Vero sekali lagi mencoba memberikan peringatan kepada Ramon.“Apa yang memangnya akan aku lakukan padamu?” tanya Ramon mencoba menguji Vero.“Aku sudah cukup lama mengenalmu, Ramon. Kau tidak bisa menyembunyikan apapun di balik senyum dan wajahmu itu dariku!” tegas Vero pula mengungkapkan apa yang dia rasakan.“Baguslah kalau kau sudah cukup dan sangat mengenal aku selama ini. Tentu semuanya akan menjadi lebih mudah bagi kita. Iya kan?”“Jangan sampai kau menyentuhku! Aku tidak sudi disentuh dan dijamah lagi oleh dirimu. Kau camkan itu!”“Ckckck ... padahal, dulu kau begitu
Read more
PREV
1
...
1314151617
...
24
DMCA.com Protection Status