Home / Romansa / Pernikahan Dadakan dengan CEO / Chapter 321 - Chapter 330

All Chapters of Pernikahan Dadakan dengan CEO: Chapter 321 - Chapter 330

3246 Chapters

Bab 340

“Kenapa kamu keras kepala banget, Mel?”“Aku memang orang yang keras kepala.”Aksa mulai merasa kesal, “Stefan nggak akan suka sama kamu. Keluarga Adhitama juga nggak suka sama kamu.” Aksa pun menjelaskan kepada adiknya, “Neneknya Stefan itu orang tua yang usil. Dari sembilan cucunya, kecuali dua bungsu yang masih belum waktunya menikah, tujuh cucu lainnya sudah boleh menikah. Neneknya menantikan cucu-cucunya menikah.”“Kamu sudah lama terang-terangan mengejar Stefan. Tapi apa yang dilakukan neneknya? Neneknya diam saja, seolah-olah nggak tahu kalau kamu lagi kejar Stefan. Kenapa? Karena dia nggak mau kamu jadi cucu menantunya.”“Dengan sifat neneknya itu, begitu tahu ada orang yang lagi kejar Stefan, dia pasti akan bantu desak cucunya. Bahkan dia mungkin saja lakukan hal yang lebih keterlaluan. Seperti dorong Stefan ke tempat tidurmu. Kalau terjadi sesuatu di antara kalian, nasi sudah menjadi bubur. Neneknya pun bisa punya cicit lebih awal.”“Begitu terjadi sesuatu di antara kalian, e
last updateLast Updated : 2023-05-08
Read more

Bab 341

Aksa menatap wajah adiknya yang memucat. Dia tahu adiknya sangat sedih ketika mengucapkan kata-kata seperti itu.Aksa juga pernah jatuh cinta. Meski kehidupan rumah tangganya sekarang sangat bahagia, dia juga pernah mengalami yang namanya patah hati dan putus asa selama prosesnya. Aksa tahu cinta adalah sesuatu yang membahagiakan, cinta juga sesuatu yang paling menyakitkan.Akan tetapi, Aksa juga dapat melihat dengan jelas kalau Stefan tidak akan jatuh cinta pada Amelia. Kalau adiknya terus terjerat dalam masalah ini, Amelia tetap akan menjadi orang yang terluka pada akhirnya. Lebih baik biarkan adiknya menyerah sekarang.Aksa menghela napas dan berkata, “Amelia, bukan aku nggak mau bantu kamu selidiki Stefan. Coba kamu pikir, siapa tangan kanan Stefan? Reiki, Mel. Kamu tahu apa yang dilakukan keluarganya Reiki? Begitu aku selidiki Stefan, Stefan langsung tahu. Kamu kira dia akan biarkan aku selidiki dia? Lagi pula, aku sudah atur orangku untuk cari tante kita.”Amelia langsung terdiam
last updateLast Updated : 2023-05-08
Read more

Bab 342

Namun, setelah ragu-ragu selama sepuluh menit, dia baru membuka pintu dan turun dari mobil. Kemudian, dia masuk ke toko bunga itu.“Selamat siang, mau beli bunga apa, Pak? Untuk pacarnya, ya?”Stefan melihat-lihat toko bunga itu, lalu bertanya pada pemilik toko, “Untuk istriku.”Pemilik toko itu tersenyum, “Hari ini hari ulang tahunnya atau ulang tahun pernikahan kalian?”“Dua-duanya bukan, aku hanya ingin kasih dia bunga.”“Kalau begitu, aku buatkan buket bunga mawar dan dihiasi dengan bunga baby’s breath. Bagaimana?” tanya pemilik toko.Stefan belum pernah memberikan bunga kepada perempuan. Dia merasa saran dari pemilik toko bagus juga, karena itu dia pun mengangguk, “Sesuai yang kamu bilang tadi saja.”“Oke, tunggu sebentar.”Pemilik toko bunga itu tahu kalau Stefan baru pertama kali memberikan bunga kepada istrinya.Setelah beberapa saat, pemilik toko bunga itu menyerahkan buket bunga kepada Stefan. Stefan langsung mengambil bunga itu. Setelah membayar, dia pun berjalan keluar dari
last updateLast Updated : 2023-05-08
Read more

Bab 343

Stefan terlihat sangat sabar menghadapi Russel. Dia akan melakukan apa pun yang Russel suruh. Dia bahkan mengajari Russel beberapa permainan baru.Olivia spontan berpikir, kelak Stefan punya anak, dia pasti bisa menjadi ayah yang baik dan bertanggung jawab.“Ada apa?”Junia melihat Olivia menatap sesuatu sambil melamun, dia pun menghampiri Olivia dan mengikuti arah tatapan sahabatnya itu. Kemudian, dia menyadari kalau Olivia sedang menatap Stefan. Dia spontan tertawa dan menyenggol bahu Olivia, “Apakah kamu lagi merasa kalau suamimu sangat tampan?”“Nggak perlu aku rasa. Dia selalu menjadi pria yang sangat tampan.”“Sudah, cepat taklukkan dia. Kamu lihat saja sendiri, betapa baik dan sabarnya dia pada Russel. Jangan lihat dia biasanya sedingin es. Sebenarnya, di dalam hatinya dia sangat lembut. Dia pasti sangat suka dengan anak-anak. Kamu taklukkan dia, dengan begitu kamu bisa lahirkan satu anak yang mirip dia. Keren banget, sih.”Olivia tertawa dan berkata, “Kamu ngomongnya seperti ak
last updateLast Updated : 2023-05-08
Read more

Bab 344

“Kakakku nggak bilang mau datang untuk makan. Agak jauh dari sini, dia bilang terlalu repot bolak-balik ke sini, nggak ada waktu untuk istirahat lagi. Lagi pula, di kantornya ada kantin, dia makan di kantor saja.”Stefan hanya menggumam pelan.“Nanti malam Kak Odelina pulang, kamu coba tanyakan padanya terbiasa nggak di sana, ada yang ganggu dia nggak. Aku bisa bicara dengan Pak Daniel. Kalau ada yang ganggu dia, aku akan minta Pak Daniel dukung dia.”Olivia menoleh untuk menatap Stefan lagi, “Pantas saja kakakku sayang banget sama kamu. Dia selalu beri tahu aku harus perlakukan kamu dengan baik.”Stefan langsung sedikit tersipu. Dia memang selalu berperilaku sangat baik di depan kakak iparnya.Karena keterbatasan waktu, Olivia hanya bisa menyiapkan makan siang yang sangat sederhana. Untung saja, Stefan tetap makan dengan lahap, tidak merasa risih sama sekali. Olivia berpikir, selain tidak makan jeroan, bawang merah, bawang putih dan daun ketumbar, sebenarnya sangat mudah untuk memberi
last updateLast Updated : 2023-05-09
Read more

Bab 345

Stefan menatap Olivia sejenak. Pada akhirnya, dia langsung pergi tanpa berkata apa-apa. Olivia membuka mulut hendak memanggil pria itu, tapi tidak jadi. Stefan tidak ingin mengatakannya. Sekalipun Olivia membuka mulut Stefan lebar-lebar, pria itu tetap saja tidak akan mengatakannya.“Paling kesal sama orang yang mau ngomong tapi nggak jadi. Memangnya nggak bisa langsung katakan saja, ya?”Olivia langsung mengomel karena kesal dengan Stefan yang hanya tahu diam. Semua orang bisa merasa penasaran. Stefan yang ragu untuk bicara itu justru membangkitkan rasa penasarannya. Olivia terus bertanya-tanya apa yang ingin Stefan katakan padanya.Belum dua menit, pria yang ragu-ragu untuk bicara itu kembali lagi, kali ini dengan sebuket bunga di tangannya.Olivia menatap pria itu sambil tercengang, tidak berani percaya Stefan akan datang sambil membawa buket bunga. Olivia bahkan menggosok matanya dan melihat pria itu lagi. Pria di hadapannya saat ini memang asli suaminya.Apakah Stefan memberinya b
last updateLast Updated : 2023-05-09
Read more

Bab 346

“Suamiku yang kasih ke aku. Cantik, kan? Aku rasa cantik sekali, aku suka banget,” ujar Olivia.Setelah Olivia mengambil banyak foto buket bunga itu, dia meletakkan ponselnya, lalu mengambil buket bunga itu dan menciumnya, “Wangi banget.”Tentu saja, Albert melihat semua itu, termasuk ekspresi di wajah Olivia. Pemandangan itu sangat menusuk baginya.“Ternyata Kak Stefan yang kasih ke Kak Oliv. Ada hari spesial apa hari ini? Aku belum pernah lihat dia kasih bunga ke Kak Oliv sebelumnya.” Senyum di wajah Albert terlihat kaku. Dari kata-katanya ada sedikit nada cemburu, juga sedikit nada menyindir.Olivia langsung menatapnya dan berkata, “Di antara suami istri, harus tunggu ada hari spesial baru boleh kasih bunga? Kalau aku suka, suamiku bisa kasih aku bunga setiap hari. Dulu, aku sayang uang. Sebuket bunga begini harganya juga nggak murah, kan. Lagi pula nggak bisa dimakan. Aku bilang daripada kasih aku bunga, mending uangnya kasih aku beli makanan. Makanya dia nggak pernah kasih aku bun
last updateLast Updated : 2023-05-09
Read more

Bab 347

“Kamu percaya kalau Pak Stefan nggak ada maksud lain? Oliv, seandainya kalian sama-sama punya rasa, aku rasa kamu harus manfaatkan kesempatan ini baik-baik. Aku tunggu undanganmu. Aku mau jadi bridesmaid di pernikahan kamu,” goda Junia.“Kamu berpikir terlalu jauh,” ujar Olivia.“Aku rasa nggak jauh, kok. Hahaha. Oliv, aku tadi suruh Albert tunggu aku di luar. Kami mau pergi minum kopi sebentar. Kamu mau minum apa? Nanti aku bungkuskan untuk kamu.”Olivia berpikir sejenak, lalu berkata, “Aku mau milk tea rasa taro.”“Oke.” Junia langsung menjawab, “Kamu jaga toko dulu, aku pergi minum kopi, ya.”“Iya, pergi sana.”Lagi pula, tidak ada orang yang datang ke toko saat ini. Biasanya di saat seperti ini, Olivia akan tidur di meja kasir sebentar atau membuat barang kerajinan tangannya.Junia keluar dari toko, Albert masih menunggunya di luar. Begitu keluar dari toko, senyum di wajah Junia seketika menghilang.“Ayo pergi,” ujarnya pada Albert.Junia langsung masuk ke mobil Albert. Begitu meli
last updateLast Updated : 2023-05-09
Read more

Bab 348

Stefan pernah bilang ingin membuat keluarga Hermanus menderita, sampai untuk mengemis pun susah.Reiki berkata sambil tertawa pelan, “Kalau buat mereka mati sekaligus, pertunjukan jadi nggak seru, dong.”Raut wajah Stefan seketika menjadi muram.“Untuk menghadapi orang-orang seperti itu, kita nggak perlu terburu-buru. Pelan-pelan saja, biar mereka kehilangan semua yang pernah mereka miliki sedikit demi sedikit. Perasaan ingin menyelamatkan tapi hanya bisa pasrah kehilangan adalah perasaan yang paling menyiksa.”Reiki mengakui kali ini dia sedikit mengalah. Dia tidak terburu-buru menyiksa orang-orang dari keluarga Hermanus.“Tapi Bos, nggak usah khawatir. Kamu pasti akan puas dengan hasil akhirnya. Sekarang Bobby sudah dipecat dari perusahaan. Popularitas pencarian teratas waktu itu sangat tinggi, reputasi Bobby di tempat kerja juga jadi jelek. Cukup sulit baginya untuk temukan pekerjaan yang bagus lagi sekarang.”Begitu mendengar Bobby benar-benar telah kehilangan pekerjaannya, wajah S
last updateLast Updated : 2023-05-10
Read more

Bab 349

Di kafe.Junia memilih tempat duduk yang agak di pojokan. Sementara itu, Albert langsung duduk di depannya.“Albert, kamu mau minum apa?”“Terserah. Kakak minum apa, aku ikut saja.”Junia berkata kepada pelayan kafe, “Pesan dua cangkir kopi tanpa gula.”“Kak Junia, kopi tanpa gula kan pahit, nggak enak.”Junia menatapnya, Albert spontan berkata dengan canggung, “Kopi tanpa gula saja.”Setelah pelayan kembali dan membawakan kopi tanpa gula pesanan mereka, Junia langsung bertanya pada adik sepupunya itu, “Albert, aku mau tanya sama kamu. Apakah kamu jatuh cinta dengan Olivia?”Albert terkejut. Dia menatap kakak sepupunya sambil tercengang, lalu bergumam, “Kak Junia ....”“Katakan yang sejujurnya!” perintah Junia.Wajah Albert perlahan-lahan memerah. Apakah dia sudah ketahuan?“Kak Junia, aku ... a-aku suka Kak Olivia?”“Sejak kapan?”Albert menjawab dengan suara pelan, “Aku juga nggak tahu kapan rasa itu mulai ada. Mungkin saat aku berusia 14 atau 15 tahun yang baru mulai mengerti tentan
last updateLast Updated : 2023-05-10
Read more
PREV
1
...
3132333435
...
325
DMCA.com Protection Status