“Justru karena aku kakak sepupumu, aku baru ajak kamu keluar untuk beri tahu kamu soal ini. Jangankan Olivia nggak suka sama kamu. Sekalipun dia suka sama kamu, aku juga nggak akan setuju kalian bersama.”“Kenapa?” tanya Albert kebingungan.“Karena keluargamu, Albert. Aku tahu jelas orang seperti apa tanteku. Kalau dia tahu kamu suka sama Olivia, kamu kira dia akan tetap senyum dan baik pada Olivia? Dia hanya akan cari segala cara untuk cegah kalian bertemu. Bahkan dia bisa saja melakukan hal yang lebih ekstrem kepada Olivia.”“Tante sudah berbaur dalam masyarakat kelas atas selama lebih dari 20 tahun, sifat arogan sudah lama tertanam dalam dirinya. Kamu anak tunggal, satu-satunya harapannya, juga penerus keluarga Pratama. Dia menaruh harapan terlalu tinggi padamu. Dia ingin kamu menikah dengan anak orang kaya, seenggaknya sederajat dengan keluarga kalian.”“Olivia sangat baik, tapi latar belakang keluarganya menjadi kekurangannya. Hal ini nggak ada hubungannya sama kamu. Demi aku, tan
Junia menatap Albert sambil menekuk wajahnya, lalu bertanya dengan serius, “Jangan-jangan kamu mau mencoba memisahkan Olivia dan Pak Stefan? Albert, jangan buat aku memandang rendah kamu!”Hati Albert sangat sakit sehingga dia tidak mampu menjawab pertanyaan kakak sepupunya itu. Dia merasa tidak sanggup melepaskan Olivia. Namun, dia juga tidak bisa melakukan hal yang menyakiti Olivia.Bagaimanapun, Albert adalah adik sepupu Junia. Raut wajah Junia kembali melembut. Dia menghela napas dan berkata, “Albert, aku sudah katakan semuanya padamu. Kamu tenangkan diri dulu, paksa dirimu nggak pergi ke toko kami. Kalau kamu nggak bisa lihat Olivia, lama kelamaan perasaan itu akan memudar.”Usai berkata, Junia berdiri, “Aku yang traktir kopi ini. Aku kembali ke toko dulu. Kamu langsung kembali ke kantor saja. Sekarang kamu lagi di tahap pelatihan. Kamu harus kerja lebih keras daripada orang lain. Ingat, apa yang keluarga Pratama miliki sekarang nggak hanya milik kamu seorang. Kalau kamu nggak bek
Olivia tertawa, “Aku merasa tersanjung. Pak Stefan, ada yang ingin kamu katakan padaku?”“Malam ini aku nggak perlu bersosialisasi dengan klien. Aku pikir, kalau kamu tertarik, aku bisa temani kamu jalan-jalan.”Setelah memberikan bunga untuk pertama kalinya, Stefan langsung kabur begitu saja waktu itu. Setelah dipikir-pikir, Stefan tiba-tiba merasa sebenarnya tidak sulit untuk mengambil inisiatif. Dia pun memberanikan diri untuk mengajak istrinya jalan-jalan nanti malam.Olivia berpikir sejenak baru menjawab, “Nanti aku mau bawa Russel pergi jemput kakakku pulang kerja. Kalau kamu nggak keberatan, kita pergi bareng jemput kakakku dulu, habis makan baru jalan-jalan.”“Kak Odelina lembur, nggak?”“Barusan dia kirim pesan katanya ini hari pertama kerja, dia nggak perlu lembur. Jam 05.30 nanti sudah bisa pulang kerja.”Stefan terdiam sejenak, “Oke, nanti aku ke sana. Kita pergi bareng jemput Kak Odelina. Nanti aku traktir kalian makan malam lagi.”“Oke.”“Kalau begitu, aku tutup dulu, ya.
Setelah Stefan mengambil inisiatif mengajak istrinya jalan-jalan nanti malam, pria itu merasa senang bukan main. Efisiensi kerjanya juga meningkat pesat.Tiba-tiba dia mendengar suara ketukan di pintu ruangannya. Begitu dia menjawab, orang di luar pintu pun tahu kalau Stefan sedang dalam suasana hati yang baik.Reiki membuka pintu dan masuk ke dalam ruangan. Dia tidak sendirian, dia datang bersama Jonas. Sedangkan pengawal Jonas menunggu di depan pintu kantor.“Bos, Pak Jonas datang.”Stefan menghentikan aktivitasnya, lalu berdiri dan berjalan keluar dari meja kerjanya, “Pak Jonas.”Keduanya berjabat tangan, lalu Stefan mempersilakan Jonas duduk di sofa. Beberapa saat yang lalu Shelvi sudah memberitahunya kalau Jonas datang. Tidak disangka, Jonas datang bersama Reiki. Kemungkinan keduanya bertemu di luar. Sementara Stefan dan Jonas saling menyapa, Reiki pergi menuangkan air untuk Jonas.Setelah Jonas minum airnya, Stefan bertanya padanya, “Pak Jonas, apa ada masalah dengan kerja sama k
“Aku sudah lama ingin bertemu dengan Pak Yose. Aku sangat menantikan kesempatan untuk bertemu dengan beliau. Kalian yang beri aku kesempatan ini.”Jonas tersenyum, “Kakakku juga sudah lama ingin bertemu dengan Pak Stefan.”Keduanya berbasa-basi sebentar. Alasan utama Jonas datang ke sini kali ini yaitu mewakili kakaknya mengantarkan undangan kepada Stefan. Karena undangan sudah diterima Stefan, dia pun tidak berlama-lama. Dia juga sangat sibuk.“Pak Stefan, Pak Reiki, aku masih ada urusan lain, karena itu aku harus pergi dulu. Kalau ada waktu, nanti malam kita makan malam bersama. Aku yang traktir, bagaimana?” ujar Jonas.Reiki tertawa dan berkata, “Aku bisa kapan saja, tapi Pak Stefan mungkin nggak sempat.”Stefan langsung berkata, “Lain kali aku yang traktir Pak Jonas.”Malam ini Stefan mau menemani istrinya.Jonas tertawa, “Oke, kalau begitu aku tunggu telepon dari Pak Stefan.”Usai berkata, Jonas berdiri. Stefan dan Reiki juga ikut berdiri, lalu mereka berdua mengantar Jonas kelua
“Meskipun aku nggak ada di sana saat itu, aku dengar tantenya yang bawa dia ke pesta itu langsung menyeretnya bangun dan membawanya pergi.”Stefan, “....”Stefan sesekali mendengar Olivia bercerita kalau Junia didesak untuk segera menikah oleh keluarganya. Terakhir kali Olivia bahkan menemaninya ke Avana Coffeehouse untuk kencan buta.Apa mungkin Junia sengaja melakukan hal seperti itu di pesta ulang tahun itu? Supaya hidupnya bisa tenang, tidak perlu didesak untuk menikah oleh keluarganya lagi.“Begitu dia baring di lantai, semua orang langsung heboh. Orang-orang di circle kita sudah mendengar soal perempuan itu.” Reiki tertawa, dan berkata, “Semua perempuan yang kita kenal, sekalipun ada yang mabuk, juga nggak akan baring di lantai seperti dia. Sikap seorang nona besar sudah tertanam di tulang mereka. Sekalipun mabuk, mereka akan mabuk dengan anggun.”Stefan terdiam sejenak, lalu bertanya pada Reiki, “Kalau begitu, kamu lebih suka perempuan yang mabuk dengan anggun, atau yang nggak k
Olivia paling peduli dengan kakak dan keponakannya. Bersikap baik pada Russel juga bisa menambah poin bagi Stefan. Kalau soal makanan ringan, Olivia adalah seorang tukang makan.Dia mungkin tidak begitu suka mendapat buket bunga. Namun, sekantong besar makanan ringan pasti akan membuatnya tersenyum lebar.Stefan masuk ke dalam toko dengan sekantong makanan ringan di tangan kirinya dan model pesawat di tangan kanannya. Olivia baru saja selesai menyuapi keponakannya semangkuk bubur.“Om.” Si kecil sangat senang ketika melihat Stefan datang.Begitu Olivia melihat mainan yang dibeli suaminya, dia langsung berkata, “Pak Stefan, kenapa kamu beli mainan untuk Russel lagi? Junia baru saja beli yang baru.”Stefan menyerahkan kantong makanan ringan ke Olivia, lalu memberikan pesawat mainan ke Russel. Kemudian, dia menggendong Russel.“Kita hanya punya satu keponakan. Kalau nggak sayang Russel, sayang siapa lagi? Yang Junia beli punya Junia, yang aku beli punya aku.”Olivia meletakkan mangkuk bek
“Oh ya.” Olivia tiba-tiba teringat dengan hewan peliharaannya dan bertanya pada Stefan, “Bagaimana dengan Chloe?”“Chloe?” Stefan tampak kebingungan. Siapa Chloe?“Anjing peliharaan yang kamu berikan padaku itu, loh. Aku kasih nama Chloe,” ujar Olivia.Sorot mata Stefan tiba-tiba menjadi lembut. Ternyata seekor anjing. Dia kira muncul saingan cinta lagi tanpa sepengetahuannya.“Oliv, kalau kamu nggak leluasa bawa Chloe, biarkan saja mereka tetap di toko. Pulang kerja nanti aku akan bawa mereka ke rumahku. Besok aku bawa ke sini lagi Di rumahku juga ada hewan peliharaan. Aku jamin bisa bantu kamu rawat mereka dengan baik.”“Ya sudah, kalau begitu Chloe dan yang lainnya tinggal di toko, ya,” kata Olivia sambil tertawa pelan.Olivia juga memeluk Junia sebentar dan memujinya, “Junia, kamu benar-benar sahabat paling baik di dunia.”Junia mendorong Olivia menjauh darinya dengan lembut, lalu berkata sambil tersenyum, “Kita berdua sudah bermain bersama sejak kecil, nggak usah nggak enak hati s
Patricia sama sekali tidak menyangka. Setelah puluhan tahun, kebenaran akan terungkap juga. Dia juga tidak menyangka kedua keponakannya masih bisa bangkit sendiri tanpa dukungan dari keluarga Gatara. Mereka bisa masuk ke keluarga kaya dan mendapatkan lebih banyak dukungan dari keluarga besar lainnya. Yang bernasib baik pada akhirnya tetap bernasib baik.“Ada urusan apa Bu Patricia datang ke sini?”Saat Patricia tetap diam, Aksa bertanya dengan suara berat. Mata Patricia bertemu dengan mata Odelina yang penuh kebencian. Dia merasa Odelina memiliki sedikit bayangan dari Sofia. Apakah Patricia harus hidup di bawah bayang-bayang kakaknya sepanjang hidupnya?“Odelina, kalau aku bilang aku datang untuk bunuh kamu, apakah kamu akan takut?” Mata Odelina berkedip, lalu dia menjawab dengan jujur, “Tentu saja takut. Siapa yang nggak takut mati? Memangnya Bu Patricia nggak takut mati? Tapi aku tahu kamu nggak suka bisnis yang merugikan. Sekalipun kamu sangat ingin bunuh aku sekarang juga, kamu ma
Aksa tidak menanggapi. Dia berdiri dan segera menuangkan segelas air hangat untuk Patricia. Kemudian, dia meletakkan gelas berisi air hangat di depan Patricia dan berkata dengan suara berat, “Bu Patricia berani minum air yang aku tuangkan?”Patricia mendongak dan menatap Aksa. Ada rasa cemburu di hatinya. Mengapa putra orang lain bisa begitu hebat? Putranya tidak pernah bisa dibandingkan dengan putra orang lain.Meskipun Patricia lebih sayang anak perempuan, dia juga menghabiskan banyak waktu dan tenaga dalam mendidik ketiga putranya. Namun pada akhirnya, mereka semua tetap hanya bisa bertahan hidup dengan bergantung pada keluarga Gatara. Saat mereka memulai usaha, mereka lebih banyak merugi. Mereka sering meminta Patricia untuk menutupi kerugian mereka.“Aku nggak minum air putih. Tawar, nggak ada rasa.”Patricia menarik kembali pandangannya dan berkata dengan tenang, “Kalian berdua coba panggil aku Bibi Nenek.”“Apakah Bu Patricia sudah tempatkan posisi sebagai bibi nenek kami? Jika
Tadi malam, Patricia jatuh ke tangan putrinya sendiri. Felicia jelas-jelas minum air itu, walau hanya seteguk. Jumlah obat yang Patricia masukkan ke dalam air cukup banyak, cukup untuk membuat Felicia tidur selama beberapa hari.Namun siapa sangka, tidak lama setelah Vandi membawa Felicia pergi, Odelina sudah mendapatkan kabar. Segera setelah itu, Aksa juga langsung terbang ke Kota Cianter malam itu juga. Patricia tahu kalau Felicia yang memberitahu Odelina.Setelah Vandi membawa Felicia pergi, dia tidak membawa Felicia pulang ke rumah, melainkan ke rumah sakit. Begitu dokter tahu obat apa yang diminum Felicia, dokter segera memberikan obat penawar yang tepat dan Felicia segera pulih.Patricia menyuruh suami dan anak-anaknya yang lain pergi menjenguk Felicia, sekalian membawakan sarapan untuk Felicia. Patricia sudah menaruh obat tidur di dalam sarapan mereka. Akan tetapi, Felicia tidak tertipu. Dia tidak menyentuh sama sekali makanan yang mereka bawakan.Patricia menghela napas dalam h
"Ivan, meskipun saat ini belum terjadi apa-apa, Papa yakin tebakan Papa nggak salah. Kalian lebih baik segera meninggalkan kota dan kembali ke kampung halaman kita," kata Cakra dengan serius. "Nanti beri tahu mamamu," tambahnya. Cakra sudah malas menebak apa yang direncanakan istrinya. Yang terpenting sekarang adalah menyelamatkan anak dan cucunya terlebih dahulu. "Papa, Papa ini terlalu khawatir. Nggak ada kejadian apa pun," kata Ivan. Baik dia maupun kedua adiknya tidak ingin meninggalkan kota. "Papa bukan khawatir berlebihan. Nanti kalian akan tahu sendiri," ujar Cakra tegas. "Kalau kalian masih menganggap Papa sebagai Papa kalian, dengarkan ucapan Papa!" "Baiklah, Papa. Aku akan pulang dulu untuk berbicara dengan Mama soal perceraianku. Aku pergi dulu," ujar Ivan, mencari alasan untuk pergi lebih dulu. Kedua adiknya pun masing-masing mencari alasan lain untuk meninggalkan tempat itu. Cakra sangat marah, tetapi tidak bisa berbuat apa-apa terhadap ketiga anaknya. Karena mere
"Sekarang melihatmu baik-baik saja, kami pun merasa lega. Mulai sekarang, kalau mamamu menyuruhmu makan sesuatu, jangan pernah sentuh, bahkan secangkir air pun jangan diminum. Mamamu itu orang yang berhati sangat kejam, bahkan dia juga tega dengan kakak kandung yang membesarkannya.""Dia adalah orang yang sangat egois, sebenarnya dia hanya mencintai dirinya sendiri." "Selama kalian, anak-anaknya, menurut dan selalu mendengarkannya, dia masih akan menunjukkan sedikit kasih sayang sebagai seorang ibu. Tapi begitu kalian menentangnya, dia nggak akan segan-segan bertindak kejam." Cakra terus-menerus membicarakan keburukan Patricia di depan anak-anaknya. Namun, ini sebenarnya bukan hanya sekadar keburukan, melainkan fakta. Patricia memang seorang wanita yang sangat egois, hanya mencintai dirinya sendiri. "Papa, aku baik-baik saja. Papa dan Kakak-kakak pulang saja. Papa jaga kesehatan baik-baik, jangan sering-sering mengganggu Mama," kata Felicia. Dia sangat paham bahwa kedua orang tuan
"Pak Vandi," ujar Cakra dengan senyum paksa. Namun, di dalam hatinya, dia merasa sangat tertekan. Bagaimanapun juga, dia adalah suami kepala keluarga. Namun, di hadapan para asisten ini, dia sama sekali tidak memiliki kedudukan. Bahkan berbicara dengan mereka pun harus memasang wajah ramah. "Kami datang menjenguk Felicia. Bagaimana kondisinya sekarang? Semalam, kami khawatir sepanjang malam. Baru pagi ini kami tahu bahwa kamu membawanya ke rumah sakit, jadi kami segera datang menjenguk." Cakra berbohong karena tadi malam, setelah dimarahi oleh Patricia, dia dan ketiga putranya langsung pergi dari rumah utama keluarga Gatara. Setelah itu, mereka hanya mengamati situasi di dalam rumah utama. Namun, semalaman tidak ada pergerakan yang mencurigakan. Selain Dikta yang datang beberapa kali, tidak ada hal lain yang terjadi. Cakra pun mulai ragu. Apakah dugaannya salah? Atau ini adalah jebakan yang dipasang oleh Patricia? Jebakan untuk menyingkirkan keponakan dan cicitnya sendiri?Vandi d
"Memang tidak melakukan apa pun, tapi Pak Dikta sudah beberapa kali menemui Bu Patricia. Nggak tahu apa yang mereka berdua rencanakan," kata Vandi sambil menarik kursi dan duduk di samping tempat tidur Felicia, lalu merapikan selimutnya. "Salju turun lagi hari ini, dan sangat lebat." Felicia menoleh ke luar jendela dan melihat butiran salju beterbangan di udara. "Bu Felicia langsung tersadar, jadi aku langsung memberi tahu Bu Odelina agar lebih waspada. Bahkan orang-orang dari Mambera pun sudah datang. Bu Patricia mungkin tahu situasi telah berubah, jadi mengubah rencana bukanlah hal yang mustahil." "Bu, beristirahatlah dengan baik, jangan terlalu banyak berpikir. Kamu sudah berbuat lebih dari cukup." Odelina juga tidak akan menyalahkan Felicia. Bagaimanapun, Patricia adalah ibu kandung perempuan itu, tetapi Felicia tetap memilih kebenaran dan tidak berpihak padanya. Itu sudah cukup untuk menunjukkan ketulusan kepada orang-orang dari Mambera. "Bu Felicia lapar? Aku bisa keluar un
Stefan untuk sesaat tidak tahu bagaimana menanggapi perkataan itu. Mereka hanya bisa merasa khawatir. Sementara itu, di Cianter, Patricia tidak mengambil tindakan terhadap Odelina meskipun malam sudah larut dan sepi. Patricia juga sudah mendengar kabar bahwa Aksa sudah datang.Dikta datang lagi dan masuk ke dalam ruang kerja Patricia. Mereka berdua membahas sesuatu di dalam ruangan, tetapi tidak ada yang tahu isi pembicaraan mereka. Malam berlalu tanpa kejadian berarti. Keesokan harinya, Cianter kembali diguyur salju lebat. Saat Felicia terbangun, hal pertama yang dilihatnya adalah langit-langit putih dan hidungnya dipenuhi dengan aroma obat-obatan. Ini bukan kamarnya. Benar, Vandi bilang akan mengantarnya ke rumah sakit. Jadi sekarang dia berada di rumah sakit.Ingatan mulai kembali, dan Felicia tiba-tiba duduk tegak. Namun, karena bergerak terlalu cepat, dia merasa pusing dan kehilangan keseimbangan, lalu kembali jatuh ke tempat tidur. Obat apa sebenarnya yang diberikan ibunya pa
Daniel bertanya, "Siapa Kakek Setya?" Stefan terdiam sejenak, lalu berkata, "Oh, aku lupa memberitahumu." Kemudian, dia menjelaskan tentang Kakek Setya kepada Daniel. Setelah mendengar bahwa mereka telah menemukan mantan asisten Kepala Keluarga Gatara sebelumnya, Daniel baru mengerti kenapa situasi di Cianter tiba-tiba menjadi sangat tegang. Dengan nada kecewa, dia berkata, "Aku tahu kalian menyembunyikan ini dariku karena nggak ingin aku khawatir dan cemas, tapi tetap saja aku merasa sedih dan bersalah." "Hari itu, kalau saja aku lebih berhati-hati saat mengemudi, kalau saja aku nggak melajukan mobil terlalu cepat, aku nggak akan mengalami kecelakaan. Kalau aku nggak kecelakaan, kakiku nggak akan lumpuh, dan kalian juga nggak akan merahasiakan semuanya dariku." Stefan hanya bisa berkata, "Daniel, beberapa hari ini terlalu banyak yang terjadi...." Stefan tidak melanjutkan lagi ucapannya.Memang benar, ada beberapa hal yang sengaja mereka sembunyikan dari Daniel karena keterbatasa