Lilik dilanda dilema, di satu sisi dia bahagia Ramon sudah bisa membuka hati untuk wanita. Tapi di sisi lain, dia tak ingin Angga kembali terluka. Angga meraih tangan mamanya, menggenggamnya erat dan menepuknya pelan. "Mama nggak usah sedih gitu, aku ihlas kalau misal Mas Ramon menikah dengan Ardia, Ma. Kasihan, dia sudah tua." "Plak!" tangan Lilik mendarat keras di lengan Angga. Wajahnya sendunya langsung berganti mode galak. "Itu mulut bisa direm nggak, sih!" ucap Lilik jengkel, dia melirik sinis anak sulungnya. "Lha, salahnya di mana? Memang Mas Ramon sudah tua, kan, Ma? Sudah mau tiga puluh empat, lho. Teman-temannya aja sudah pada beranak pinak, dia masih aja betah menjomblo. Angga nggak tega, Ma. Lihat saudara sendiri nggak laku, sekarang ada yang mau, ya syukur lah. Angga dukung seratus persen." Mata Lilik mendelik, tapi Angga hanya nyengir lebar menanggapinya. Pemuda itu paling pintar menyembunyikan perasaannya. Meski suka bercanda, dan sedikit gesrek. Nyatanya Angga tak p
Read more