"Oke, oke, saya mengerti. Lalu apa yang bisa saya lakukan untuk membantumu, Ar?" Ardia mengangkat kepala, menengadah menatap Ramon lekat-lekat. Laki-laki itu menawarkan bantuan? Bantuan yang seperti apa?"Mas, mau bantu saya?" Ramon mengangguk mantap. "Bantu apa?" Ramon tergagap. "Mm .... Apa yang bisa aku lakukan? Maksudku kalau kamu ada masalah, jangan sungkan-sungkan minta bantuan padaku" ucap Ramon akhirnya.Ardia mengangguk, lalu membuang pandangan ke tempat lain. Suasana jadi serba canggung, apalagi tangan Ramon masih bertengger di pundaknya. Entah mengapa, dia merasa nyaman dipeluk Ramon begini. Ardia menatap pundaknya, kemudian beralih menatap Ramon. Membuat laki-laki itu segera menarik tangannya. "Maaf," ucapnya canggung. Hening, tak ada lagi percakapan di antara keduanya. "Kita pulang sekarang," ucap Ramon tegas. Dia kembali pada mode songongnya. "Ah, iya. Kita pulang sekarang, Pak. Eh, Mas." Kalau tadi Ardia merasa nyaman, dan tak canggung menceritakan permasalahannya
Read more