Semua Bab KUSITA HARTA SEBELUM SUAMI MENDUA: Bab 111 - Bab 120

193 Bab

Bab 64

"Mas, kamu kenapa? Apa yang sebenarnya terjadi?" Aku pun ikut panik melihatnya sekusut itu. "Ada sesuatu yang terjadi, Dek. Sebentar aku ambil minum dulu ya?" Mas Amran mengusap puncak kepalaku lalu buru-buru melangkah ke dapur. Aku masih mengikutinya dan duduk di kursi makan saat Mas Amran mengambil mengambil air dingin dari kulkas dan meminumnya hingga separuhnya. Keningnya berkeringat, sesekali mengacak rambutnya kasar. Sepertinya Mas Amran begitu frustasi, membuatku semakin cemas dan penasaran apa yang membuatnya seperti ini. "Mas, kalau sudah tenang, ceritakan semuanya padaku ya? Kalaupun ada masalah, kita bisa selesaikan sama-sama. Jangan kamu pendam sendiri, nanti bisa membuatmu sakit. Aku nggak mau kamu sakit, Mas. Aku mencintaimu dan membutuhkanmu." Entah mengapa, kalimat panjang itu meluncur begitu saja. Aku yang biasanya tak pandai bicara dan mengungkapkan rasa, mendadak seperti guru yang sedang menasehati anak muridnya. Mas Amran sampai tercekat lalu tersenyum tipis
Baca selengkapnya

Bab 65

"Sengaja melakukannya, Mas?" Mas Amran mengangguk. Dadaku kembali berdebar kuat. Apakah dunia bisnis memang sekejam itu? Bersaing tak sehat yang menghalalkan segala cara untuk membuat rivalnya jatuh. Namun, apakah kejadian di restoran kami murni karena persaingan bisnis? Bukan karena kebencian atau dendam yang lain? "Entahlah, Dek. Kenapa restoran kita saja yang terbakar sementara restoran lain yang tak jauh dari kita aman-aman saja. Polisi sudah menyelidiki kasus ini dan mereka bilang nggak ditemukan ledakan gas atau apa. Sepertinya memang murni dibakar." "Astaghfirullah." Aku menutup mulut dengan telapak tangan saking kagetnya. "Satpam kok nggak kasih tahu kita kalau cctvnya rusak sih, Mas? Mereka nggak cek tiap hari?" Aku mulai menduga-duga saking bingungnya. "Pak Burhan cuti pulang kampung, ibunya meninggal, Dek. Satpam yang baru itu mungkin agak sungkan mau lapor-lapor. Dia bilang masih berusaha memperbaiki cctvnya sebelum kebakaran terjadi." Aku mengernyit. Satpam itu
Baca selengkapnya

Bab 66

Suasana depan AmRaz cafe mendadak riuh. Petugas pemadam kebakaran telah selesai menjalankan pekerjaannya dengan baik. Api yang sebelumnya berkobar kini telah padam. Seperti dugaanku, restoran itu habis dilalap si jago merah. Tak ada yang tersisa, kecuali puing-puing runtuh menjadi arang dan abu yang bertebaran di lokasi kejadian. Mas Amran masih berkeliling, mengamati jerih payahnya yang dulu megah kini tinggal puing-puing. Kulihat ada duka dalam tatapnya, tapi saat bersirobok denganku, laki-laki itu mencoba tersenyum lalu seolah memiliki kekuatan baru dia berjalan tergesa menghampiriku. "Polisi akan usut semuanya, Dek. Jadi, kita tunggu saja apakah cafe kita benar-benar murni kebakaran atau karena sengaja dibakar." "Soal itu serahkan sama pihak berwajib saja, Mas. Sengaja dibakar atau tidak, tak akan mengembalikan cafe kita. Jadi, lebih baik kita fokus sama karyawan untuk kasih gaji dan pesangonnya. Kita nggak mungkin membawa mereka semua ke cafe baru kita. Di sana sudah ada kar
Baca selengkapnya

Bab 67

"Saya minta maaf jika selama menjadi atasan kalian cukup sering membuat kalian tak nyaman. Namun, di balik sikap tegas itu, saya hanya berharap kalian lebih bertanggungjawab atas pekerjaan kalian masing-masing. Tak hanya saat bekerja dengan saya, tapi juga saat bekerja di tempat lain." Mas Amran menatap karyawan cafe kami satu persatu. Mereka semua terlihat lesu dan tak bersemangat dua hari belakangan. Sejak cafe terbakar, mereka memang tak lagi bekerja. Makanya Mas Amran meminta mereka datang untuk membicarakan kontrak kerja mereka. "Ibu juga minta maaf jika banyak salah sama kalian selama ini. Ibu harap kalian bisa lebih sukses setelah ini. Kalian tahu sendiri keadaan cafe sudah ludes terbakar. Tak adalagi yang tersisa. Kalaupun bangun ulang, nggak mungkin instan. Saya dan Pak Amran masih memikirkan lokasi yang pas untuk pembangunan cafe yang baru. Kalian nggak mungkin menganggur sampai cafe launching kan?" Aku sebenarnya tak sanggup jika harus bilang pada mereka soal pemberhentia
Baca selengkapnya

Bab 68

"Va, cafenya kebakaran?" Mama dan Ruri tiba-tiba muncul di teras rumah dengan tergesa saat aku dan Rafka melihat ikan koi di kolam. "Ya Allah, Va. Kok bisa?" Mama masih saja gugup. Sepuluh hari belakangan mama dan Mbak Selly sedang umrah bersama dan hari ini baru pulang. Aku tak menyangka jika mama buru-buru ke sini untuk melihat keadaanku pasca kebakaran itu terjadi. Mas Amran sengaja tak memberi tahu mama saat di Mekkah, takut mengganggu ibadahnya. Mungkin saat menjemput mama dan Mbak Selly ke bandara tadi dia baru jujur soal cafe itu pada mama. "Padahal mama berdoa supaya kalian selalu bahagia dan usaha-usaha kalian laris dan berkah." Mama tertunduk di kursi teras sembari meletakkan tas kecil dan satu kantong kresek entah isinya apa. Mungkin oleh-oleh yang mama beli dari Tanah Haram sana. Perlahan kugendong Rafka kembali, lalu menyalami mama dan mencium kedua pipinya. Ruri pun mencium punggung tanganku lalu mengajak Rafka ke ruang tengah. Aku duduk di kursi teras sebelah mam
Baca selengkapnya

Bab 69

"Ada apa, VA? Siapa yang mengirimi pesan?" Melihat ekspresiku yang terkejut, Mama ikut penasaran dengan pesan yang kini kubaca. Tanpa berkata apapun, aku memperlihatkan pesan dari Mas Amran barusan pada mama. "Tarno? Siapa itu, Va? Mama nggak pernah dengar kalian punya karyawan bernama Tarno." Mama mengernyit sembari berpikir. "Iya, Ma. Dia memang satpam baru yang Mas Amran pekerjakan dua minggu lalu sebelum mama umrah. Sebenarnya Tarno bekerja di bagian kurir atau antar pesanan. Hanya saja Pak Burhan belum pulang karena masih mengurus ibunya yang sakit, makanya sementara waktu kami minta Tarno untuk menggantikan Pak Burhan. Zilva juga tak habis pikir kenapa Mas Amran bilang Tarno terlibat dalam pembakaran cafe itu." Aku kembali beristighfar lalu mengusap wajah pelan. Rasanya seperti mimpi karena mendapatkan kejutan bertubi-tubi. Belum kelar masalah kebakaran cafe, kini kembali dikejutkan soal Tarno yang terlibat dalam insiden itu. Selama ini dia bekerja dengan baik, nyaris tak p
Baca selengkapnya

Bab 70

[Jadi, maksud kamu Tarno karyawan baru kita itu terlibat pembakaran cafe kita, Mas?] Meski pesan yang dikirimkan Mas Amran sudah menjurus ke nama itu. Namun, tetap saja aku merasa perlu diyakinkan kembali jika pesan yang Mas Amran kirimkan tak keliru. Laki-laki yang sempat memohon pekerjaan padaku dan Mas Amran untuk biaya berobat sakit kanker ibunya itu memang benar-benar terlibat dalam hancurnya cafe pertama kami. [Iya, Sayang. Dia terlibat, makanya menghilang pasca kebakaran. Ternyata dia memanfaatkan rasa iba dan peduli kita] Kubaca kembali pesan dari Mas Amran. Dari kalimatnya seolah menyesal sudah peduli dan iba dengan Tarno. Semoga saja hanya pada Tarno saja penyesalannya dan tetap peduli dengan yang lainnya. Namanya juga kehidupan, pasti akan ada yang baik dan ada pula yang buruk, ada yang jujur ada yang dusta. Seperti peribahasa air susu dibalas dengan air tuba, ada pula perbuatan baik yang dibalas dengan perbuatan buruk. Mungkin inilah yang terjadi padaku dan Mas Amran s
Baca selengkapnya

Permintaan Mama

"Mi ... kamu masih mendengar suaraku kan?" Arumi kembali berdehem. "Memangnya Mas Radit itu pro poligami? Apa dia sengaja memancingmu untuk membahas itu?" Aku kembali bertanya. "Aku nggak tahu dia pro poligami atau nggak, Va. Cuma dia bilang kalau lelaki boleh memiliki istri sampai empat. Itu saja yang dia ucapkan. Kadang keyakinanku luruh saat mengingat ucapannya itu. Aku takut kejadian kamu dan Lala menimpa padaku juga. Apa aku bakal sekuat dan setengah kamu jika itu terjadi?!" Arumi kembali terdiam. Aku tahu saat ini dia kembali bimbang. Saat akan melangkah ke jenjang lebih serius, kebimbangan dan ketakutan itu kadang memang muncul dan tenggelam. Syetan sengaja mengaduk-aduk perasaan calon pengantin agar membatalkan pernikahan dan menjadikan keduanya saling curiga satu sama lain. Namun, jika memang istikharah dilakukan dan mantap dengan orang yang sama, tak perlu ditunda terlalu lama. Pasrahkan dan selimuti dengan doa agar Allah menjaga pasangan-pasangan kita untuk tetap di jal
Baca selengkapnya

Titip Pesan

Aku masih mematung di teras saat tatapanku bertemu dengan lelaki itu. Lagi-lagi pertanyaan itu muncul. Ngapain dia ke sini dengan wajah lusuh seperti itu? "Va, boleh masuk?" Pertanyaannya membuatku terjaga dari lamunan. Sedikit gugup, mau nggak mau aku membuka gerbang sebagian dan membiarkan laki-laki itu duduk di kursi teras. Walau bagaimanapun dia datang sebagai tamu di rumah ini dan aku wajib menghormatinya sekalipun sebenernya enggan. Apalagi ada mama di rumah, aku yakin mama bakal ngamuk kalau tahu mantan menantu yang sempat membuat anak sulungnya depresi itu kini hadir di sini. "Ngobrol sama siapa, Va?" Suara mama membuatku tersentak seketika. Laki-laki yang kini duduk di samping meja sebelahku pun sepertinya terkejut mendengar suara mama dari dalam."Ma-- mama di sini, Va?" tanyanya sedikit terbata. Aku mengangguk pelan, membuat ekspresi lelaki itu semakin menegang. "Mama baru pulang umrah, Mas. Dia langsung ke sini untuk menghiburku karena restoranku ludes kebakaran." Mau
Baca selengkapnya

Tak Menyangka

"Pergi kamu dari sini dan jangan pernah ganggu anakku lagi!" sentak mama sembari menunjuk pintu gerbang. Aku beranjak dari kursi lalu mengusap lengan mama perlahan. Jangan sampai mama shock dan hipertensi lagi gara-gara masalah ini. Mas Amran bisa makin pusing jika mama sakit. Dia pasti juga aman emosi saat tahu sakit mama karena kedatangan Mas Emil. Aku tak ingin menambah masalah baru padanya. Dia sudah cukup pusing mengurus masalah restoran yang terbakar. "Istighfar, Ma. Kita dengarkan penjelasan Mas Emil dulu. Sebenarnya dia mau apa," ujarku lirih sembari menenangkan mama yang mulai merah padam. "Buat apa?! Toh selama ini dia nggak pernah mengurusi Nuri. Jangankan datang untuk menjenguk, kasih nafkah saja nggak." Mama berucap sengit. Mas Emil sempat akan menjawab, tapi mama kembali memberondongnya dengan pertanyaan. "Apa? Mau membantah? Selly sekarang kerja kantoran lagi. Dia makin cantik dan punya banyak teman. Dunianya berubah jauh lebih baik dibandingkan saat bersamamu. Jadi
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1011121314
...
20
DMCA.com Protection Status