"Mas, aku nyicil belanja buat peralatan baby, boleh?" Mas Amran yang masih sibuk di depan laptopnya menoleh ke arahku. Dia berpikir sejenak lalu mengangguk pelan. Senyum tipis terukir di kedua sudut bibirnya, membuatku semangat menyusun list belanjaan. "Kapan belanjanya, Sayang?" tanyanya kemudian. "Sebentar lagi, Mas. Aku belanja sama Arumi saja nggak apa-apa ya, Mas? Jadi, kamu nggak harus antar aku ke sana. Aku tahu kamu masih sibuk. Tiga hari belakangan nggak masuk kerja karena ngurus masalah Mbak Selly tentu membuat pekerjaan kantormu menumpuk kan?" Aku menghidangkan secangkir kopi untuknya. Kepulan asap itu tampak mengudara, membuat aromanya tercium ke mana-mana. "Makasih, Sayang. Kamu memang istri yang pengertian dan perhatian. Arumi sudah datang atau masih di jalan?" Mas Amran menatapku lekat sembari mengusap lengan lalu menyeruput kopi buatanku perlahan. "Sudah datang kok, Mas. Sekarang dia di ruang tengah." Laki-laki yang sudah membersamaiku dua tahun lebih itu pun menga
Baca selengkapnya