Share

Bab 54A

Penulis: NawankWulan
last update Terakhir Diperbarui: 2023-03-22 14:24:50

"Sepertinya ibu harus tahu, jika yang diucapkan anak ibu itu tak semuanya benar. Bahkan jika mau, saya bisa menuntut dan menjebloskannya ke penjara." Perempuan itu kembali tersenyum tipis lalu menggamit lengan Mas Emil. Mereka terlihat begitu romantis.

"Apa maksudmu ngomong begitu, heh?! Jangan sok paling benar dan mengajari kami macam-macam!" sentak mama dengan mata menyalang garang.

"Ibu jangan marah-marah dulu. Biar Mas Emil saja yang menjelaskan semuanya." Perempuan bernama Ayunda itu pun meminta Mas Emil untuk menggantikannya. Keduanya saling pandang lalu tersenyum tipis seakan menguatkan satu sama lain.

"Cepat jelaskan apa yang dimaksud selingkuhanmu itu, Mil. Mama nggak banyak waktu meladeni sandiwara kalian berdua," ucap Mama dengan ketus.

Emosi Mas Amran mulai mereda. Mungkin dia juga merasa ada yang tak beres dengan cerita kakak kandungnya. Jika terus ngotot dan ternyata memang Mbak Selly yang keliru, tentu dia akan malu begitu getol membelanya. Seperti yang kutahu, Mbak
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • KUSITA HARTA SEBELUM SUAMI MENDUA   Bab 54B

    Mama masih begitu percaya jika anak perempuannya tak mungkin seburuk yang diceritakan menantunya. Aku paham bagaimana perasaan mama saat ini. Mana mungkin percaya dengan ucapan menantunya yang jelas-jelas sudah mendua, tapi selama ini Mbak Selly memang terlalu pandai menyimpan sesuatu. Tak hanya itu saja, dia juga pintar bersandiwara. "Aku hanya memberi tahu mama apa yang sebenarnya terjadi dan apa yang selama ini selalu Shelly tutupi. Terserah mama percaya atau tidak, aku pun tak memaksa. Untuk berbohong demi mendapatkan simpati dari mama, kurasa nggak perlu sih, Ma. Shelly memang sering ke rumah mama bersama Ruri, tapi dia juga sering keluar dengan teman-temannya. Datang ke rumah mama kuyakin hanya alibinya saja supaya ada yang membela jika nanti ketahuan belangnya. Seperti saat ini, mama tetap percaya jika Selly tak seburuk yang kuceritakan bukan?" Mama hanya menggeleng pelan. Tak percaya dan tak mau membenarkan cerita Mas Emil. Jangankan mama, aku pun cukup kaget dengan semua ce

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-22
  • KUSITA HARTA SEBELUM SUAMI MENDUA   Bab 55A

    "Ma ...." Lirih kudengar suara Mbak Selly memanggil mama. Kedua matanya menatap tajam lalu meminta mama untuk duduk di sampingnya. "Mas Emil nggak ke sini, Ma?" lirihnya lagi. Entah mengapa ada rasa nyeri yang menggores dada ini. Aku tahu Mbak Selly tak sepenuhnya benar, hanya saja cinta yang bertepuk sebelah tangan itu memang menyakitkan. Meski aku belum pernah mengalaminya sendiri, tapi aku tahu bagaimana mereka yang depresi hanya karena cintanya yang tak pernah dihargai. "Datang. Dia ada di luar dengan Amran," balas Mama dengan suara yang lirih pula. Ada kelegaan yang terpancar di wajah kakak iparku itu. Namun, di sisi lain kulihat luka yang sengaja dia sembunyikan. "Ma, boleh panggilkan Mas Emil sekarang? Apa dia bawa perempuannya itu ke sini?" Mbak Selly bertanya lagi membuat mama sedikit kebingungan saat akan menjawab pertanyaannya. "Dia sama istri barunya, Sel. Sudahlah, lupakan dia. Ada mama yang akan selalu di samping kamu. Buktikan sama dia kalau kamu bisa mandiri dan h

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-23
  • KUSITA HARTA SEBELUM SUAMI MENDUA   Bab 55B

    "Mas, aku nyicil belanja buat peralatan baby, boleh?" Mas Amran yang masih sibuk di depan laptopnya menoleh ke arahku. Dia berpikir sejenak lalu mengangguk pelan. Senyum tipis terukir di kedua sudut bibirnya, membuatku semangat menyusun list belanjaan. "Kapan belanjanya, Sayang?" tanyanya kemudian. "Sebentar lagi, Mas. Aku belanja sama Arumi saja nggak apa-apa ya, Mas? Jadi, kamu nggak harus antar aku ke sana. Aku tahu kamu masih sibuk. Tiga hari belakangan nggak masuk kerja karena ngurus masalah Mbak Selly tentu membuat pekerjaan kantormu menumpuk kan?" Aku menghidangkan secangkir kopi untuknya. Kepulan asap itu tampak mengudara, membuat aromanya tercium ke mana-mana. "Makasih, Sayang. Kamu memang istri yang pengertian dan perhatian. Arumi sudah datang atau masih di jalan?" Mas Amran menatapku lekat sembari mengusap lengan lalu menyeruput kopi buatanku perlahan. "Sudah datang kok, Mas. Sekarang dia di ruang tengah." Laki-laki yang sudah membersamaiku dua tahun lebih itu pun menga

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-24
  • KUSITA HARTA SEBELUM SUAMI MENDUA   Bab 56A

    "Zilva, minggir!" Peringatan Arumi nyatanya tak bisa membuatku lebih gesit menghindar saat Lala menubrukku dengan kasar. "Astaghfirullah!" Aku menjerit seketika saat nyaris terjengkang ke belakang. Beruntung ada seseorang yang menahanku dari belakang, jika tidak, aku pasti sudah terjengkang dan jatuh di tangga eskalator. Ya Allah, tak bisa kubayangkan bagaimana nasibku dan janin yang ada dalam kandungan ini jika sampai terguling ke lantai bawah. Mungkin akan keguguran dan semua mimpi menjadi ibu lenyap dalam sekejap mata. Badanku lemas membayangkan semuanya. Kulihat Arumi tergesa mengejarku. Dia sampai shock melihatku lemas di samping seseorang. "Kamu nggak apa-apa kan, Va?" Suara itu membuatku mendongak. Aku tercekat seketika saat tak sengaja beradu pandang dengan lelaki itu. Lelaki yang Arumi bilang masih menyimpan rasa yang sama untukku. "Eh, Mas Zain. Maaf nggak sengaja," ujarku buru-buru sedikit menjauh darinya. Ternyata dia yang menolong dan menyangga tubuhku barusan. Benar

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-24
  • KUSITA HARTA SEBELUM SUAMI MENDUA   Bab 56B

    Hening sejenak. Aku mendadak tak fokus dengan obrolan. "Jangan gitu dong, Mas. Orangnya mendadak kaku tuh." Suara Arumi mendadak mengagetkanku. Perempuan manis itu menunjukku dengan dagunya. Dia kembali meringis kecil saat aku melotot sembari mengerucutkan bibir. "Bercanda, Va. Nggak usah diambil hati. Wajar kan kalau aku juga pengin punya calon istri sepertimu? Nggak cuma aku deh kayanya, banyak lelaki yang menginginkan hal sama. Bukan begitu, Mi?" Sepertinya Mas Zain sudah tertular virus bawel dari Arumi. Dia tak lagi sependiam dulu. "Eh, betul itu, Mas. Zilva memang tipe istri idaman banget. Lembut, kalem, nggak neko-neko dan setianya patut diacungi jempol." Arumi mulai memuji dan itu sedikit membuatku kesal. Tak ingin melihatku kembali mengomel, Arumi buru-buru mengajakku dan Mas Zain ke area food court. Dia memesan tiga minuman dingin lalu menyuguhkannya di atas meja. "Berapa usia kandunganmu, Va?" tanya Mas Zain setelah beberapa saat saling diam sebab Arumi sibuk mencari c

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-25
  • KUSITA HARTA SEBELUM SUAMI MENDUA   Bab 57A

    Pesan dari Mas Amran membuatku tak mampu berkata-kata. Rencana ingin beli ini dan itu mendadak buyar seketika. Aku ingin sampai rumah dengan segera. Arumi seolah memaklumi kegelisahanku. Tanpa meminta, dia mengajakku pulang. "Tenang, Va. Ada aku sebagai saksinya." Arumi kembali menenangkanku. Dia tahu jika saat ini diamku bukan karena lelah atau mengantuk seperti biasanya, tapi karena takut Mas Amran kembali curiga. Aku benar-benar nggak ingin hubungan Mas Amran dan Mas Zain memburuk karena masalah ini. Harusnya justru berterima kasih sebab dia yang dikirim Allah untuk menolongku dari tragedi itu, jika tidak, tentu keadaanku tak sebaik sekarang. "Masuk, Mi. Aku ambilkan minum dulu ya." Arumi mengangguk saat kuminta duduk di sofa ruang tengah. Minuman bersoda kesukaannya pun kuhidangkan di meja. Sekalian kue yang tadi kubeli saat perjalanan pulang."Suamimu mana, Va? Pergi?" tanya Arumi setelah meneguk minuman yang kusuguhkan. Aku memeriksa handphone, tak ada pesan apapun darinya.

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-26
  • KUSITA HARTA SEBELUM SUAMI MENDUA   Bab 57B

    "Aku percaya sama kamu, Mi, tapi siapa kira-kira yang kirim foto-foto itu? Zain atau Lala?" Mas Amran mendongak, lalu menatapku dan Arumi bergantian. Dia mulai memijit kening pelan sembari berpikir, siapa sebenarnya yang mengirimkan foto-foto itu. Aku tak menyangka jika Mas Amran mencurigai Mas Zain juga. "Aku memang nggak tahu siapa pengirimnya, Mas. Cuma kalau Mas Zain kurasa sih nggak ya. Aku tahu betul siapa dia. Dia memang memiliki perasaan lebih pada Zilva, tapi untuk berbuat curang kuyakin bukan dia. Lagipula Zikri bilang kalau sampai akhir tahun ini Mas Zain belum punya gandengan, umi mau jodohin dia sama anak dari sahabat almarhum abi-nya. Nggak tahu juga sih. Soalnya Mas Zain sendiri juga nggak bilang apa-apa sama aku, bahkan sempat minta dicariin jodoh." Arumi menggeleng pelan sembari tertawa kecil. "Kalian cukup akrab ya sekarang. Kenapa nggak sama kamu aja, Mi? Biar hemat kadonya." Kelakar Mas Amran persis dengan yang kuucapkan tadi padanya. Arumi membulat seketika lalu

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-27
  • KUSITA HARTA SEBELUM SUAMI MENDUA   Bab 58A

    "Mas Amran ...." Lala begitu kaget melihat kehadiranku dan Mas Amran di rumahnya. Gegas mematikan panggilan telepon lalu memasukkan benda pipih itu ke saku celananya. "Ma-- Mas Amran mau ngapain ke sini?" Wajah perempuan itu mendadak pasi saat Mas Amran menatapnya lekat, masih dengan menggenggam handphone milik Roby yang dipinjamnya. "Hidupmu terasa hampa kalau nggak mengganggu keluargaku ya, La?!" ujar Mas Amran sengit membuat kedua orang tua Lala saling tatap tak mengerti. "Kamu ngo-- ngomong apa sih, Mas." Lagi, perempuan itu masih merasa tak bersalah, tapi jelas mimik wajah dan gestur tubuhnya berbanding terbalik dengan ucapannya. Sesekali dia melirikku lalu mengalihkan pandangan ke arah orang tuanya. "Amran, ada apalagi ini? Papa benar-benar pusing dengan kalian berdua. Masih bersama ribut setiap hari, sudah pisah pun masih saja ribut." Om Galih mulai tersulut emosi, tapi istrinya berusaha menenangkan dan memintanya beristighfar. "Bukan aku yang memancing keributan, tapi ana

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-28

Bab terbaru

  • KUSITA HARTA SEBELUM SUAMI MENDUA   Pesan Mengejutkan

    "Assalamualaikum, Jeng Ratna. Gimana kabarnya?" Ratna, mamanya Amran menerima panggilan telepon. "Wa'alaikumsalam, Jeng Mayang. Alhamdulillah kabar saya dan keluarga baik. Kabar Jeng May sama Wita bagaimana?" balas Ratna dengan senyum tipis. Ternyata yang menelepon saat ini adalah Mayang, mamanya Deswita. Wanita paruh baya itupun gegas mencuci tangan di wastafel. Suara Mayang terdengar cukup keras saat loud speaker di handphone Ratna diaktifkan. "Alhamdulillah kami juga baik, Jeng. Kebetulan Wita sama suaminya baru pulang dari Singapure. Mereka bawa oleh-oleh lumayan banyak, sudah dibagi-bagi ke tetangga. Tadi pagi kami ke rumah Jeng Ratna, sayangnya nggak ada di rumah. Memangnya Jeng Ratna sekeluarga ke mana?" tanya Mayang perlahan. "Oh iya, Jeng. Sejak kemarin kami memang pergi hajatan ke rumah saudara. InsyaAllah sore nanti pulang, sengaja menginap semalam di sini. Wita baru pulang honeymoon ya, Jeng?" balas Ratna lagi. "Benar, Jeng. Mereka baru pulang honeymoon di Singapure.

  • KUSITA HARTA SEBELUM SUAMI MENDUA   Tamu Spesial

    "Tamu yang kamu tunggu datang tuh, Mas," ucap Arumi saat melihat Lana dan Dikta datang dari pintu utama. Berliana adalah perempuan yang disukai Radit sejak dulu, namun cintanya bertepuk sebelah tangan. Dia justru menikah dengan Dikta, cinta pertamanya saat di sekolah putih abu-abu dulu. "Apa kamu bilang?" tanya Radit yang tak terlalu mendengar ucapan istrinya. Radit sempat melamun beberapa saat, jadi tak fokus dengan pembicaraan Arumi. "Tamu yang kamu tunggu sudah datang. Lihatlah, biar hatimu senang," ucap Arumi lagi dengan menahan sesak di dada. Radit cukup kaget saat melihat Lana datang bersama suaminya, lebih kaget lagi saat mendengar ucapan sang istri perihal masa lalunya. Dia memang sempat cerita soal Lana sekilas, tapi tak menyangka jika Arumi mengenali wajah perempuan itu. Tanpa Radit tahu jika Arumi sempat melihat Lana di album foto mertuanya bahkan ada foto perempuan itu di dompet suaminya. "Kamu tahu darimana kalau dia Lana?" tanya Radit gugup. Dia menatap Arumi beber

  • KUSITA HARTA SEBELUM SUAMI MENDUA   Sesak

    Suasana begitu meriah saat keluarga Amran sampai ke gedung tempat pernikahan Arumi dan Radit digelar. Sepasang pengantin sudah duduk di pelaminan. Arumi tampak cantik dan anggun dengan kebaya berwarna biru mudanya. Radit pun terlihat lebih tampan dan menawan dengan warna jas yang sama."Zilva!" Arumi melambaikan tangan pada Zilva yang baru memasuki gedung. Zilva tersenyum sembari memberikan kode agar sahabatnya itu bisa menjaga sikap karena banyak tamu yang datang. "Mas, aku ke sana sebentar ya?" ucap Zilva saat ingin menghampiri Arumi di pelaminan. "Iya, Sayang. Aku tunggu di sini sama mama. Mbak Selly juga mau ikut itu," balas Amran sembari menunjuk kakaknya yang melangkah paling belakang. "Iya, Mas. Mbak Selly juga mau ngucapin selamat." Zilva tersenyum tipis. "Kenapa nggak sekalian nanti aja pas mau pulang?""Kelamaan, Mas. Arumi sudah lihat tadi, lagipula cuma salaman aja, nanti ke sini lagi," bisik Zilva dibalas dengan anggukan suaminya. Zilva pun menggandeng Rafka lalu men

  • KUSITA HARTA SEBELUM SUAMI MENDUA   Kabar Terbaru

    Robby, tangan kanan Amran itu tiba-tiba datang tanpa mengirimkan pesan terlebih dahulu. Sepertinya ada kabar penting yang dia bawa, makanya buru-buru datang meski dia juga tahu kalau Amran dan keluarganya ada acara saat ini. "Maaf mengganggu, Mas. Ada berita penting yang harus saya sampaikan secepatnya," ucap Robby sembari mengikuti langkah bosnya ke teras rumah. Amran duduk di salah satu kursi teras lalu disusul oleh Robby yang menduduki kursi lain. "Soal apa? Kecelakaan Prilly?" tebak Amran seketika. Namun, Robby menggeleng pelan membuat Amran mengernyit. "Kalau bukan itu, lantas soal apa?" tanyanya penasaran karena tebakan yang diyakininya benar justru salah besar. "Soal lelaki berjaket kulit yang selama ini meneror keluarga bos." Robby mengangguk pelan berusaha meyakinkan saat Amran menatapnya lekat. "Kenapa dia? Sudah tertangkap?" Kali ini Robby menggeleng. "Lantas? Lincah sekali dia, bisa-bisanya kamu dan anak buahmu tak mampu menangkapnya setelah sekian lama berusaha mel

  • KUSITA HARTA SEBELUM SUAMI MENDUA   Tamu Laki-laki

    Zilva merahasiakan permasalahan Arumi dengan calon suaminya dari Amran. Dia ingin menjaga perasaan sahabatnya, meskipun Amran sedikit tahu tentang kisah percintaan Arumi saat ini. Kisah cinta yang datang dari sebuah perjodohan, sementara Radit belum selesai dengan masa lalunya. "Cantik," puji Amran saat melihat istrinya keluar dari kamar dengan gamis abu-abunya. Rafka dan Amran pun memakai kemeja dengan warna yang sama. "Bukannya dari dulu memang cantik, Mas? Lupa?" Zilva sedikit mencibir saat digoda suaminya. "Nggak lupa dong. Lagipula kalau nggak cantik, mana mungkin jadi istri seorang Amran." "Oo ... jadi, kriteria menjadi istri Amran itu hanya cantik saja?" Zilva melirik malas. "Cantik wajahnya memang banyak, tapi yang cantik wajah dan hatinya itu nggak akan banyak." Amran menarik pelan dagu istrinya lalu mencium kening dan bibirnya."Kalian sudah siap?" Tiba-tiba mama Amran muncul dari ruang tamu. Sepertinya dia baru saja datang bersama Selly dan Ruri. "Astaghfirullah!" pek

  • KUSITA HARTA SEBELUM SUAMI MENDUA   Tak Masuk Akal

    "Om Galih ya, Mas?" tanya Zilva setelah Amran mengakhiri panggilan. Laki-laki itu pun mengangguk lalu meletakkan kembali benda pipih kecil berwarna hitam itu ke meja. "Om Galih bilang kalau Lala akan segera bebas sekitar enam bulan lagi." Zilva manggut-manggut. "Lala masih berharap kalau kamu bakal jenguk dia?" tebak Zilva yang tahu apa inti pembicaraan itu. Zilva paham bagaimana keinginan Lala, tapi dia juga mengerti bagaimana keputusan suaminya yang tak ingin berhubungan dengan mantan istrinya itu lagi. "Biar sajalah, Sayang. Makin ribet kalau nanti berurusan dengan dia lagi. Kita nggak tahu apakah tiga tahun penahanannya itu membuatnya benar-benar jera atau justru menimbulkan dendam semakin dalam." "Jenguk saja sekali, Mas. Nggak ada salahnya kan?" bujuk Zilva lagi. Namun, Amran justru hanya membalas dengan hembusan napas kasar lalu menyandarkan punggungnya ke sofa. "Kamu lupa bagaimana sepak terjangnya selama ini? Dia nyaris memisahkan kita dan membuat kita selalu ribut, Saya

  • KUSITA HARTA SEBELUM SUAMI MENDUA   Harapan Yang Berbeda

    "Assalamualaikum. Bagaimana kabarmu, Ran?" Suara dari seberang mengingatkan Amran dengan seseorang yang begitu dia kenal. Amran mengernyit. Dia tak tahu mengapa tiba-tiba laki-laki itu meneleponnya dengan nomor baru. "Wa'alaikumsalam, Pa. Alhamdulillah kabar baik. Papa sama mama gimana?" tanya Amran pada Galih, orang tua Lala yang tak lain mantan istri keduanya. "Alhamdulillah kami baik, Ran." Amran mengucap Hamdallah saat mendengar berita baik itu. "Sudah lama tak kasih kabar, papa hanya mau bilang kalau nomor yang lama hilang. Ini nomor baru papa." "Iya, Pa. Nanti Amran simpan nomornya. Maaf belum bisa jenguk papa dan mama. Akhir-akhir ini cukup banyak masalah dan Amran harus menyelesaikannya satu persatu." Amran menghela napas panjang. Sejak perceraiannya dengan Lala beberapa bulan silam, Amran memang hanya dua atau tiga kali menjenguk mertuanya. Itupun karena mama mertuanya sakit. Setelahnya, dia tak pernah ke sana lagi karena memang banyak masalah yang menimpa keluarganya.

  • KUSITA HARTA SEBELUM SUAMI MENDUA   Nomor Asing

    "Fika, sini sama Tante." Zilva menyambut Fika dengan hangat. Gadis cantik itu dititipkan pada Zilva dan Amran selama Prilly masih di klinik. Romi yang bekerja sebagai karyawan swasta tak mungkin bisa menjaga Fika 24 jam. Dia harus bekerja dan menjenguk istrinya. Oleh karena itulah, pilihan terakhir dan terbaik memang menitipkan Fika pada Zilva karena dia yang selalu di rumah. "Tante, maaf kalau Fika ganggu Tante Zilva ya," ucap Fika dengan polosnya. "Nggak ganggu, Sayang. Tante justru senang Fika di sini. Adik Rafka ada yang nemenin main. Iya kan?" Zilva jongkok, mensejajari Fika yang berdiri di depannya. Dia pun tersenyum lalu mengusap puncak kepala Fika yang menatapnya dengan berbinar. "Iya, Tante. Fika mau ajak adik Rafka main," balas Fika sembari berlari kecil ke arah Rafka yang bermain bola di ruang tengah. Zilva dan Amran saling tatap lalu sama-sama tersenyum. Amran merangkul istrinya saat melangkah beriringan mendekati Rafka dan Fika. Mereka membicarakan tentang keadaan Pr

  • KUSITA HARTA SEBELUM SUAMI MENDUA   Foto Pelaku

    "Gimana keadaan Prilly, Ma?" tanya Amran saat mamanya menjemput di depan pintu utama klinik Amal Sehat. "Alhamdulillah Prilly membaik, Ran. Dia cuma agak trauma saja." Amran menatap mamanya lekat."Trauma gimana, Ma?" lirih Amran sembari melangkah ke kamar inap Prilly. "Dia bilang beberapa kali tak sengaja lihat ada yang mengikutinya. Sebelum ke pasar tadi dia juga sudah lihat laki-laki yang menabraknya itu, tapi Prilly mencoba berbaik sangka. Ternyata, firasatnya memang benar kalau laki-laki itu ingin mencelakainya." Ratna menjelaskan semuanya pada Amran. "Jadi, Prilly memang sengaja ditabrak?" tanya Amran lagi saat berhenti di depan kamar inap Prilly. Ratna pun mengangguk. "Dia kabur setelah melihat Prilly tergeletak di trotoar." "Kurang ajar," gumam Amran begitu geram. Jemari-jemarinya mengepal. Dia tak akan tinggal diam melihat adiknya diperlakukan semena-mena seperti itu. "Sudahlah, Ran. Yang penting sekarang kesembuhan Prilly dulu. Soal pelakunya kita urus belakangan." "N

DMCA.com Protection Status