DIKIRA PENJUAL NASI KUNING
"Percuma pintar dan jadi juara kelas terus saat SMA kalau ujung-ujungnya cuma jadi penjual nasi kuning! Panas-panasan di jalan raya. Berdebu, bikin dekil pula. Beda banget sama aku, yang meski nggak pernah juara kelas, tapi sekarang bisa kerja kantoran dan di ruangan ber-AC."
Kesombongan teman-temannya adalah salah satu sebab Lana tidak pernah ikut reuni SMA. Tapi tahun kelima ini dia sengaja ikut di acara itu, karena ingin bertemu Dikta, cinta pertamanya. Namun, rupanya kesempatan itu benar-benar tidak dilewatkan oleh orang-orang untuk menghinanya. Mereka mengira Lana hanya sebagai penjual nasi kuning saja, tepat di hadapan Dikta.
Mereka tidak tahu bahwa nasi itu dia bagikan gratis setiap hari untuk sedekah karena dia memiliki penghasilan jutaan.
Haruskah Lana mengumbar semua pencapaiannya di sini?