"Kamu kapan HPLnya, Va?" Pertanyaan mama membuatku menghentikan suapan. Sarapan pagi ini sengaja aku yang bikin sendiri. Bubur ayam, seperti yang dijual di gerobakan. Mama bilang enak dan cocok di lidahnya. "Seminggu lagi sih, Ma. Kalau sesuai tanggal, tapi Mbak Selly bilang kadang maju mundur ya, Ma?" Mama mengambilkanku segelas air putih lalu ikut duduk di kursi sebelah. "Makasih, Ma." Aku tersenyum tipis saat mama mengusap lenganku pelan. Sejak peristiwa waktu itu, mama tak lagi membenciku. Sebongkah cinta pada menantu selalu dia tunjukkan untukku. Rasa benci yang dulu begitu menggebu seolah luntur begitu saja, berganti dengan cinta dan kasih yang begitu istimewa. "Memang begitu, Va. Kadang ada yang maju, kadang ada yang mundur juga. Itu Amran dulu lahirnya maju beberapa hari dari HPL, sementara Prilly malah mundur seminggu." Mama kembali menoleh lalu mengangguk pelan, seolah meyakinkanku akan kebenaran ceritanya. "Jadi takut aku, Ma. Tiap dengar cerita orang lahiran, entah me
Read more