"Maafkan aku, Sel," lirih Yunda di pundak sahabatnya. Selly menggeleng cepat. "Bukan kamu yang seharusnya minta maaf, Yun, tapi aku. Aku yang terlalu banyak salah sama kamu. Aku yang ambisius tiap kali menginginkan sesuatu. Aku yang nggak pernah mau mengalah. Aku yang egois dan mau menang sendiri. Aku yang nggak peduli dengan perasaan orang lain yang penting aku sendiri bahagia. Aku yang menghalalkan segala cara untuk mendapatkan sesuatu yang kusuka. Maafkan aku, Yun. Aku memang senorak itu dulu," ujar Selly di sela isak yang sedari tadi ditahannya setengah mati."Kamu nggak seburuk itu, Sel. Kamu tetap menjadi sahabat terbaikku. Cuma kamu sahabat yang kupunya selama ini. Kamu tahu itu. Sekalipun ada masalah di antara kita, aku tetap tak bisa membencimu sepenuhnya. Hanya kecewa saja sampai akhirnya aku sadar jika pernikahanmu dengan Mas Emil waktu itu bagian dari takdirmu. Kini, barulah aku merasakan takdirku." Yunda mencoba tersenyum meski setengah terpaksa. Perlahan Selly menyeka k
Read more