Juna terdiam ketika mendengar kalimat godaan yang baru saja dilontarkan lawan bicaranya. Jelas, Juna mengerti maksud Memey. Dia pun masih ingat, tentang aktivitas panas yang dulu pernah mereka lakukan. Bagaimana tidak, selama Juna berkuliah, Memey lah yang menemani dan menyalurkan hasrat milik pria tersebut. “Aku lagi bener-bener capek, Mey,” tolak Juna. Sebenarnya ada rasa penasaran walau hanya sedikit. Ya, mungkin sekitar lima persen. Hanya saja, Juna memilih untuk menolak, karena satu hal. Tiba-tiba saja dia terpikirkan Irene. Aktivitas melayani lewat saluran telepon, sudah lekat sekali dengan diri Irene. Tentu saja, karena gara-gara hal itu Juna dan Irene bisa saling mengenal. “Serius? Kamu nggak mau?” tanya Memey, “ya … memang, rasanya nggak seenak kalau kita melakukan langsung. Tapi aku berani jamin, rasa capek kamu hilang dalam sekejap,” tambahnya. Juna mengembuskan napas kasar. Dia sungguh belum merasa tertarik dengan apa yang dikatakan Memey. “Next time, ya. Beso
Baca selengkapnya