Juna hanya bisa terdiam. Dia tahu apa yang baru saja dilakukannya itu salah. Hanya saja, tadi dia baru saja kehilangan kendali atas tubuhnya sendiri. Sekarang Juna dilema. Apakah dia harus menyusul dan segera meminta maaf pada Iren, atau bahkan sebaliknya? “Ah, sial! Kamu menghancurkan semuanya, Jun!” rutuknya. Alhasil Juna memilih bangkit dan menyusul Irene. Ia segera mengetuk pintu apartemen milik Irene. Hanya saja perempuan itu tak merespon apa pun.“Ren, tolong buka pintunya. Aku mau ngomong sebentar,” ucap Juna mencoba tenang. Sayangnya, tak ada jawaban apa pun dari dalam. Seolah di dalam sana tidak ada siapa pun. Juna mendesah, dan mengacak rambutnya kasar. Otaknya benar-benar tidak bisa dikendalikan tadi. Bagian penting tubuhnya itu seolah memberikan perintah untuk segera melakukan hal yang bisa menghapus kutukannya. “Irene, please sebentar. Lima menit, aku cuman mau menjelaskan saja,” tambahnya.Lagi, Irene tak menjawab. Jemarinya itu bergerak memencet kombinasi sandi ka
Baca selengkapnya