Share

95. MASA LALU

Penulis: mayuunice
last update Terakhir Diperbarui: 2023-04-15 22:39:07
Erick dan Rina terpaksa harus menunggu di mobil. Sedangkan Juna berada di rumah itu bersama dengan sang pria tua.

“Saya lupa, saking sibuknya dengan gadis tadi. Saya belum memperkenalkan diri. Saya Mbah Kemis, Mas Juna,” ucapnya memperkenalkan diri.

Mendengar nama itu, seketika mata Juna membulat.

“Pantas saja alamatnya nggak asing,” batin Juna.

Saat dia mendapatkan secarik kertas dari resepsionis hotel. Juna merasa pernah membaca alamat tersebut. Entah memang ini adalah sebuah kebetulan, atau memang takdir Tuhan.

“Oh, iya, Mbah.” Juna menganggukkan kepalanya.

“Hmm … apa kamu mengalami gangguan yang membuat dirimu tersiksa?” tanya Mbah Kemis.

Juna mengangguk. Bukan waktunya untuk menyembunyikan hal ini.

“Kamu bercerai dengan mantan istrimu juga gara-gara gangguan itu, kan? Dan, kamu akan terus mengalami hal seperti itu, jika kamu tak segera melepaskan kutukanmu.”

Untuk kedua kalinya, Juna dibuat terkejut oleh Mbah Kemis.

“Bagaimana caranya saya bisa lepas dari kutukan i
mayuunice

Halo! Maaf update-nya sedikit dulu hari ini 🥲. Btw, aku mau mengingatkan tentang give away bagi-bagi THR-nya, ya. Segera bubuhkan komentar di halaman depan buku ini, ya. Terima kasih banyak ❤️

| 1
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Bintang ponsel
menikah lah dgn iren , klo udh nikah kan halal melakukan hbngn udh itu jgk gk mpermainkan prsaan wanita lagi, msak mau dikawinin tpi gk dinikahin jht bgt loe juna klon gtu ttp aja loe msih brengsek
goodnovel comment avatar
Debora Evelina
Apa ya kira kira syarat ke dua?…… menikah dengan Irene dan tidak menyakiti hatinya…..
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Layanan Telepon Panas untuk Dosen Impoten   96. JUNA BERUBAH

    Semenjak pulang dari kegiatan KKL. Irene merasa ada yang aneh dari Juna. Entah kenapa pria itu terasa sedikit lebih pendiam dari biasanya. “Wah, baru kali ini saya lihat Pak Juna kena semprot Bu Erlina,” celetuk Mia yang baru saja tiba di ruang kerjanya.Mendengar nama Juna disebut, membuat fokus Irene buyar. Tatapan kosong yang tadi ia arahkan ke layar komputer, kini ia alihkan. Dirinya menatap Mia dengan penuh tanda tanya. “Gimana, Bu?” tanyanya penasaran. “Tadi saya baru dari ruangan Ibu. Terus pas banget sama momen Pak Juna kena tegur Bu Erlina,” jawabnya. “Memangnya kenapa Bu Erlina sampai menegur Pak Juna?” Mia menggeleng sambil menarik bibirnya ke bawah. “Saya nggak tahu pasti. Tapi kayaknya Bu Erlina kasih kerjaan sama Pak Juna, dan hasilnya tidak sesuai harapan,” kata Mia. Irene mendadak terdiam. Sedetik kemudian, dia melihat Juna baru saja keluar dari ruang kerja Erlina. Raut wajahnya memang tak sesegar biasanya.Entah apa yang sedang dirasakan dan disembunyikan oleh

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-16
  • Layanan Telepon Panas untuk Dosen Impoten   97. HANCUR (18+)

    Untuk sesaat Juna merasakan perasaan bersalah. Memang semenjak dirinya mendapatkan wejangan dari Mbah Kemis, untuk menghapuskan kutukannya. Sikap Juna sedikit berbeda pada Irene. “By the way, itu aku buat sendiri. Maaf, kalau jelek,” ucap Irene pelan. Juna sedang menatap syal rajut berwarna abu-abu. Sedetik kemudian dia menatap wajah Irene yang sangat terlihat hangat. “Kenapa kamu repot-repot, Sayang?” tanya Juna. Perasaan bersalah semakin dirinya rasakan. “Nggak, Kok.” Irene melambaikan kedua tangannya. “Aku tidak merasa direpotkan. Aku agak bingung soalnya. Kalau beli sesuatu, mungkin nggak seberapa. Jadi, aku pikir lebih baik aku buat sendiri aja,” terangnya. Irene merasa Juna bisa membeli apa saja yang ia inginkan. Secara dari segi finansial, Juna jauh di atas Irene. “Terima kasih, ya.” Juna menatap nanar gadis di hadapannya itu. Sedang terjadi pergolakan batin dalam dirinya. Antara hati dan pikirannya kini sedang tidak sejalan. Apa yang harus Juna lakukan? Setela

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-21
  • Layanan Telepon Panas untuk Dosen Impoten   98. BERAKHIR

    Juna hanya bisa terdiam. Dia tahu apa yang baru saja dilakukannya itu salah. Hanya saja, tadi dia baru saja kehilangan kendali atas tubuhnya sendiri. Sekarang Juna dilema. Apakah dia harus menyusul dan segera meminta maaf pada Iren, atau bahkan sebaliknya? “Ah, sial! Kamu menghancurkan semuanya, Jun!” rutuknya. Alhasil Juna memilih bangkit dan menyusul Irene. Ia segera mengetuk pintu apartemen milik Irene. Hanya saja perempuan itu tak merespon apa pun.“Ren, tolong buka pintunya. Aku mau ngomong sebentar,” ucap Juna mencoba tenang. Sayangnya, tak ada jawaban apa pun dari dalam. Seolah di dalam sana tidak ada siapa pun. Juna mendesah, dan mengacak rambutnya kasar. Otaknya benar-benar tidak bisa dikendalikan tadi. Bagian penting tubuhnya itu seolah memberikan perintah untuk segera melakukan hal yang bisa menghapus kutukannya. “Irene, please sebentar. Lima menit, aku cuman mau menjelaskan saja,” tambahnya.Lagi, Irene tak menjawab. Jemarinya itu bergerak memencet kombinasi sandi ka

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-24
  • Layanan Telepon Panas untuk Dosen Impoten   99. CUTI HAMIL

    Irene hanya bisa mengurung diri di kamar. Ingin rasanya memejamkan mata, tertidur dan melupakan kejadian yang baru saja menimpanya. Sayang, dia tak bisa melakukan hal itu. Gadis itu tahu betul, apa yang dia lakukan selama ini dengan Juna adalah salah. Maka dari itu, dia tak ingin menambah daftar kesalahan tersebut. Sebisa mungkin tak boleh ada satu pun pria yang menidurinya, selain dari pria yang sudah menjadi suaminya. “Ahhh. Kenapa harus jadi seperti ini?” lirihnya frustrasi.Bohong, jika Irene merasa senang dan lega karena sudah mengakhiri hubungannya dengan Juna. Tentu dia tak ingin kisahnya berakhir seperti ini. Namun, dia sudah berjanji pada dirinya sendiri. Jika Juna melakukan hal yang tidak-tidak, dia harus segera memutuskan hubungan dengan Juna detik itu juga. Keesokan harinya, Irene izin untuk tidak masuk kerja. Sesuai dengan janjinya, dia akan pergi meninggalkan tempat ini. Walau Irene belum tahu harus pergi ke mana. Sebelum benar-benar pergi, Irene menyimpan sebuah cin

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-25
  • Layanan Telepon Panas untuk Dosen Impoten   100. OMONG KOSONG

    Saat keluar dari ruangan Juna, Ray dikejutkan oleh keberadaan Irene. Gadis itu menunjukkan wajah bersalahnya ketika berhadapan dengan Ray. Namun, Ray hanya membalasnya dengan sebuah senyuman.Seolah dirinya tak keberatan dimarahi dan diancam tak mendapatkan nilai bagus oleh Juna.“Mau ke dalam? Silakan,” ucap Ray. Dia menahan daun pintu, agar Irene bisa masuk ke dalam ruangan tersebut.Irene mengangguk. “Terima kasih,” balasnya.Ray menutup kembali pintu, sedangkan Irene sudah berada di ruangan tersebut. Juna sudah menatap Irene dari jauh. Seulas senyuman terukir di wajahnya.“Maaf, Pak. Ini dokumen dari Bu Mia,” ucap Irene.Gadis itu memberikan sebuah map berwarna maroon dan menyimpannya di atas meja kerja Juna. Kedua mata cokelatnya itu berusaha untuk menghindar dari tatapan Juna.“Saya permisi, Pak,” pamitnya.Irene berbalik dan mempercepat l

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-26
  • Layanan Telepon Panas untuk Dosen Impoten   101. PAHLAWAN

    Irene mencoba menyipitkan matanya. Melihat foto profil yang sangat kecil di atas layar. “Jessica?”Gadis itu bergumam, mencoba mengingat nama tersebut. Rasa-rasanya Irene tidak mempunyai teman bernama Jessica. Jeje mungkin iya, tapi Jessica dia tidak mengingatnya. “Oh, Jessica! Astaga,” pekik Irene.Bisa-bisanya dia lupa dengan nama tersebut. Kini perasaan dilema menghantui Irene. Haruskah dia mengangkat panggilan tersebut?Namun, tepat beberapa detik sebelum akhirnya muncul notifikasi panggilan tak terjawab. Irene akhirnya mengangkat panggilan itu. “Hallo, Tante,” panggil Irene.“Hallo, Irene. Kamu lagi sibuk?” tanya Jessica, ibu Juna. “Oh, nggak, Tante ….” Irene menjeda kalimatnya, “tadi aku habis dari toilet,” imbuhnya berbohong. “Oh, Tante takut ganggu kamu soalnya.”“Nggak, kok, Tan. Aku lagi free, baru pulang kerja,” timpalnya. “Syukurlah. Irene lusa kamu kosong? Rencananya saya mau ke Bandung, dan pengin ketemu sama kamu. Bisa?”Panik. Mendapatkan pertanyaan seperti itu I

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-27
  • Layanan Telepon Panas untuk Dosen Impoten   PENGUMUMAN LIBUR SEMENTARA

    Halo, kakak-kakak semua. Bagaimana kabarnya? Semoga selalu sehat, ya. Aku sebagai penulis Layanan Telepon Panas Untuk Dosen Impoten, izin memberikan pengumuman. Karena kondisi aku yang sedang tidak baik-baik saja. Kebetulan semalam baru kena musibah, yang mengakibatkan tangan kanan aku terluka cukup parah. Maka dari itu, dengan berat hati, aku harus meliburkan novel ini untuk beberapa hari ke depan. Karena keterbatasan aku yang tidak bisa mengetik dengan baik :”) Semoga kondisi aku segera membaik, dan bisa kembali melanjutkan cerita ini. Aku harap kakak-kakak sekalian bisa memaklumi dan menunggu kisah Irene dan Juna yang sebentar lagi selesai :”). Sekali lagi mohon maaf yang sebesar-besarnya. Semoga Tuhan selalu melindungi kita semua, Aamiin. Terima kasih banyak atas pengertiannya. Salam mayuunice

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-28
  • Layanan Telepon Panas untuk Dosen Impoten   102. MIMPI

    “Papa.”Seorang gadis berumur tujuh belas tahun, baru saja turun dari angkutan umum. Dia berlari menuju IGD sebuah rumah sakit. Suasa di sana terlihat sangat sibuk. Beberapa ambulance yang mengangkut pasien, baru saja tiba di rumah sakit.Air matanya sudah mengalir deras membasahi pipi. Perasaan takut sudah menyelimuti dirinya sejak tadi.“Suster, di mana Papa saya?” tanya gadis yang masih mengenakan seragam putih abu. Di dada kanannya tersemat sebuah papan nama, yang bertuliskan ‘Irene Isabella H’.Namun, bukannya menjawab pertanyaannya, sang suster yang tengah sibuk berlalu begitu saja. Irene mendesah, dia langsung berlari mencari suster lain, yang nampak tak terlalu sibuk. Sialnya, semua yang sedang berada di ruang IGD nampak sangat sibuk. Pandangan Irene terus mengedar ke segala penjuru ruangan. Kepanikan sudah semakin menjalar di dalam dirinya. “Papa! Papa di mana?” teriak Irene. Tak ingin menyerah dia berlari mencari ke setiap celah di ruangan tersebut. Mencoba mengidentifik

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-01

Bab terbaru

  • Layanan Telepon Panas untuk Dosen Impoten   EKSTRA PART 5

    “Apa? Ada anak laki-laki yang menggoda anak perempuan Papa?” Tiba-tiba saja Juna datang dengan pakaian yang sudah lengkap. Dia langsung menghampiri anak dan istrinya. “Siapa dia, Nathan?” tanya Juna lagi. Nathan menoleh ke arah sang ayah, dia merasa memiliki teman sekarang. “Ada, Pa. Dia anak laki-laki di kelas sebelah. Nathan tidak suka Freya dekat dengan Farrel, karena laki-laki itu sering kali memberikan anak perempuan ikat rambut. Sudah jelas dia bukan laki-laki baik, kan, Pa?” ucap Nathan. “Wah, jelas. Dia bukan laki-laki yang baik. Dia dekat dengan semua perempuan. Bagus, Sayang, kamu harus melindungi adikmu.” Juna langsung mengelus puncak kepala Nathan. Sedangkan anak laki-lakinya itu tersenyum penuh kemenangan. Berbeda dengan Nathan yang merasa dibela oleh sang ayah. Freya terlihat matanya berkaca. “Papa kok membela Kak Nathan?” ucap Freya dengan suaranya yang bergetar, “padahal Papa bilang kalau kita harus menerima pemberian dan niat baik dari orang lain. Freya tahu kal

  • Layanan Telepon Panas untuk Dosen Impoten   EKSTRA PART 4

    “Pa, sebaiknya Papa di rumah saja. Nanti Jessica akan mengirim kabar secepatnya,” ucap Jessica pada ayah mertuanya.Kini mereka sedang di rumah sakit. Tidak, tidak ada yang sakit, hanya saja ada seseorang yang hendak melahirkan.“Tidak, Papa tidak bisa menunggu di rumah dengan tenang. Papa sudah sangat menantikan cicit dari Juna,” jawab Jodi yang sedang duduk di kursi roda dan di temani dengan asisten pribadinya.Kesehatan Jodi tidak seprima sebelumnya. Namun, begitu dia sangat mengayomi Irene. Bahkan hampir setiap minggu Jodi selalu mendatangi kediaman Jessica. Karena selama Irene hamil, perempuan itu tinggal dengan ibu mertuanya.Kehadiran anak Juna dan Irene sangat ditunggu-tunggu oleh semua orang, bukan hanya ibu bapaknya saja. Hampir seluruh keluarga besar Juna dan Irene menantikan kelahiran mereka. Bahkan tak sedikit dari mereka yang bertaruh, anaknya akan mirip seperti Juna atau Irene.“Suami Bu Irene apa sudah

  • Layanan Telepon Panas untuk Dosen Impoten   EKSTRA PART 3

    “Good evening, My Honey.”Irene masih diam bagaikan patung. Dia merasa sangat sangat terkejut dengan kedatangan Juna. Ya, benar Juna suaminya, kini ada di hadapan Irene.“Kaget, ya?” goda Juna.“Kamu kok ada di sini? Kapan berangkatnya?” tanya Irene dengan mulut sedikit menganga.“Kemarin kalau waktu Indonesia,” jawab Juna cepat, “aku nggak dipersilakan masuk?” tanyanya lagi.Irene mengerejap, dia benar-benar dibuat ternganga oleh kedatangan Juna yang sangat tiba-tiba.“Ah, iya. Ayok masuk, tapi kamar apartemenku kecil. Cuman tipe studio,” ucap Irene.Juna menggeleng. “Tidak apa. Asal bersamamu, tempat sekecil lemari pun aku merasa nyaman,” gombalnya.Irene mendengus, lalu sedikit mendelik. Karena tak banyak bahan makanan yang tersedia. Irene hanya memasak mie instan untuk suaminya.“Maaf aku cuman bisa kasih ini. Kalau kamu bilang, aku bisa prepare,” ucap Irene.“No problem, Honey. Kalau aku bilang, bukan surprise namanya.”Irene menghela napas, lalu memberikan semangkuk mie instan p

  • Layanan Telepon Panas untuk Dosen Impoten   EKSTRA PART 2

    Atmosfer di kamar itu terasa sangat panas. Bahkan peluh dua insan manusia itu sudah melebur menjadi satu. Suara napas mereka saling berderu satu sama lain. Tak ketinggalan suara desahan demi desahan terdengar jelas keluar dari mulut sang perempuan muda.“Tahan, ini akan terasa sakit di awal,” ucap Juna sambil menatap kedua mata cokelat milik istrinya.Setelah pemanasan di kamar mandi, mereka pun kembali ke kamar, sesuai dengan permintaan Irene. Pasalnya Irene merasa tidak nyaman dan tidak leluasa. Apalagi dengan nol pengalaman yang dimiliki Irene.“Jun, aku takut,” rintih Irene. Namun, begitu rintihan itu terdengar seperti seseorang yang sedang menikmati nikmatnya dunia.“Tenang, kamu percayakan saja padaku,” kata Juna meyakinkannya. Kemudian dia mengecup kening istrinya.Irene pun mengangguk, walau perasaan takut kini mulai bisa ia rasakan. Dia sedikit ngeri ketika membayangkan sesuatu masuk ke dalam tubuhnya. Apalagi milik Juna terlihat sangat besar dan juga gagah. Apa bisa miliknya

  • Layanan Telepon Panas untuk Dosen Impoten   EKSTRA PART 1

    “Silakan, Mas Juna kita sudah sampai,” ucap seorang sopir yang duduk di balik kemudi. Setelah acara pesta selesai, Juna dan Irene menuju sebuah hotel mewah di ibu kota. Mereka belum sempat menyusun acara bulan madu, karena besok Juna ada agenda penting yang tidak bisa ia tinggalkan. Ya, wajarlah, mereka menikah itu the power of dadakan. Ketika Irene sudah mengatakan bahwa dia akan kembali pada Juna. Hanya berselang satu minggu, Juna langsung mempersunting Irene. Bahkan untuk momen tunangan saja mereka melewati hal tersebut. Juna merasa sedikit khawatir, kalau saja Irene kembali berubah pikiran. Atau sebenarnya memang Juna sendiri sudah merasa tidak tahan dengan statusnya sebagai duda loyo? Tak hanya Juna yang memiliki agenda penting, Irene pun sama demikian. Dia harus kembali ke Inggris untuk sementara waktu. Menyelesaikan apa yang seharusnya dia selesaikan terlebih dahulu. “Selamat datang Pak Juna Atmadjadarma dan juga istri,” sambut seorang pria jangkung dan mempunyai tubuh gagah

  • Layanan Telepon Panas untuk Dosen Impoten   144. PELABUHAN TERAKHIR (END)

    Juna merasa gelisah, karena dirinya khawatir tidak sempat untuk bertemu dengan Irene. Dirinya langsung keluar dari mobil SUV hitam dan langsung berlari memasuki bandara. Beberapa kali Juna harus menyalip beberapa kerumunan, dan dia terus meminta maaf. “Please, Tuhan. Semoga sempat,” batin Juna, yang tak pernah memperlambat langkahnya. Sampai di suatu titik di mana Juna melihat gadis yang sedang dicarinya sedang berlari dari arah yang berlawanan. Entah apa yang sedang gadis itu lakukan, tapi Juna merasa bersyukur karena masih diberikan kesempatan untuk bertemu dengannya. Juna rela meninggalkan rapat penting demi menyusul Irene. Dia tidak ingin kehilangan gadis itu untuk kesekian kalinya. Juna tidak bisa membiarkan Irene pergi meninggalkannya sendiri. Walau Juna siap menunggu Irene sampai kapan pun, tapi jika masih bisa untuk menahannya maka akan Juna lakukan. Gadis itu semakin dekat dengannya. Juna bisa melihat kalau Irene pun ikut memandangnya. Sedetik kemudian, Juna melihat kalau

  • Layanan Telepon Panas untuk Dosen Impoten   143. WE MEET AGAIN

    Padang rumput yang sangat hijau kini menghiasi pandangan Irene. Bunga butercup terlihat menghiasi di atasnya. Kombinasi warna hijau dan hiasan berwarna kuning, begitu menyejukkan mata.Irene sedang berdiri di tengah-tengah padang rumput itu. Angin sepoi-sepoi sesekali menyibak rambutnya. Ia sesekali menyisir rambut hitamnya itu. Kemudian, tiba-tiba di ujung sana, Irene melihat sebuah objek yang membuat matanya menyipit untuk mengamati objek tersebut.“Mama? Papa?” gumam Irene kecil.Objek itu semakin jelas. Irene bisa melihat sosok kedua orang tuanya sedang memandang Irene dari kejauhan. Terlihat mereka tersenyum lebar, sembari tangannya terulur.“Mama! Papa!” teriak Irene, saat dirinya sudah yakin bahwa yang dilihatnya adalah sosok kedua orang tuanya.Dalam hitungan detik, Irene pun berlari mendekati kedua orang tuanya. Tanpa berpikir panjang, dia langsung memeluk mereka berdua.“Ma, Pa, aku kangen,” lirih Irene. Air matanya pun tumpah ruah seketika.“Kamu sudah besar, ya, Sayang,” b

  • Layanan Telepon Panas untuk Dosen Impoten   142. TEH HANGAT

    Irene sedikit terkejut dengan apa yang baru saja terjadi padanya. Saat dirinya sedang berjalan mundur, tanpa sengaja dia menabrak nenek yang sudah tua dan renta, yang sedang membawa kayu bakar di punggungnya. Seketika kayu yang dibawa sang nenek berjatuhan. Dengan cepat Irene langsung berjongkok dan membantu sang nenek merapikan ranting dan juga kayu tersebut. “Nek, sekali lagi maafkan saya. Saya tidak sengaja,” ucap Irene dengan perasaan sangat bersalah. “Ndak papa, Nduk,” balas sang nenek yang sudah renta tersebut sambil menatap Irene dan tersenyum. “Biar saya yang bawa saja, Nek. Nenek tinggal di mana? Biar saya antarkan.” Merasa sangat bersalah, Irene pun berinsiatif menawarkan bantuan. “Tidak usah. Tidak apa-apa, rumah Nenek masih jauh,” balas sang Nenek. Irene mendesah, “Apalagi rumah Nenek jauh. Biar saya yang batu, ya, Nek. Nenek jangan menolak,” paksa Irene. Saking tidak mau ditolak bantuanya, Irene langsung menggendong kayu tersebut di punggungnya. Dia sedikit merin

  • Layanan Telepon Panas untuk Dosen Impoten   141. PERMOHONAN SEORANG IBU

    Entah sejak kapan Jessica ada di tempat itu. Namun, sekarang wanita yang sudah terlihat tua itu duduk di hadapan Irene. Mau tidak mau, Irene harus meluangkan waktu untuk sekedar mengobrol dengannya.“Apa kabar?” tanya Jessica membuka pembicaraan.“Baik, Tante,” jawab Irene sambil tersenyum canggung.Jessica pun balas melemparkan senyumannya. “Kamu tambah cantik saja. Gimana kerjaan di sana?” Wanita itu masih berbasa-basi.“Terima kasih banyak, Tante. Lumayan nyaman. Tante dan Om Justin bagaimana kabarnya?” tanya Irene.“Kabar kami baik, Ren.”“Tante, kenapa harus repot-repot datang ke mari?” tanya Irene dengan raut wajah yang sedikit kurang nyaman.Bukan, Irene bukan merasa kurang nyaman dengan Jessica. Melainkan, dia merasa sedikit tidak nyaman karena tiba-tiba saja Jessica ada di sini. Kota yang bisa dibilang lumayan jauh dari tempat tinggalnya.“Tante dapat kabar dari Irgie, kalau kamu pulang ke Indonesia. Jadi, Tante menyempatkan hadir. Tadinya Om Justin juga ingin datang, tapi ka

DMCA.com Protection Status