Semua Bab Diusir Dari Kampung, Dinikahi Sultan Tampan: Bab 31 - Bab 40

51 Bab

31. Sandiwara ibu Tiri

Nadia sedang dalam mobil menuju tokonya. Dia masih saja terus-terusan teringat dengan kejadian tadi pagi yang cukup menguji nyalinya. Bahkan sampai saat inipun jantungnya masih saja berdebar-debar. Setiap kejadian tadi terlintas kembali di bayangannya, Nadia langsung menggeleng-gelengkan kepalanya dan kemudian menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan. Aahhh tidak-tidak ! Aku harus segera melupakannya. Atau aku tidak akan bisa berkonsentrasi nanti. Gumamnya dalam hati. Melihat gerak-gerik Nadia yang terlihat gelisah dan cemas, sang supir yang sedari tadi memperhatikan dari kaca spion pun mulai berbicara,"Nyonya ? Apa anda baik-baik saja ?" "Eh ? I-iya, pak. Saya baik-baik saja. Ya, tidak papa." Nadia tersenyum walau terpaksa. Setelah sang supir tak lagi bersuara, Nadia menghela nafas lega.Setelah cukup lama perjalanan, akhirnya Nadia sudah tiba di tokonya. Disana sudah ada beberapa orang yang menunggunya. Nadia pun segera turun dari mobil dan berlari ke arah orang-orang terse
Baca selengkapnya

32. Sebegitu Besarnyakah ?

Arian sedang duduk di kursi sambil memutar-mutar kursinya itu, dia menghadap ke jendela lebar yang menampilkan pemandangan indah di luar sana." Halo, tuan ?" Ucap seseorang dari sebrang sana. "Halo, Tris. Bagaimana kabar ibumu ?""Alhamdulillaah ibu sudah lebih baik, pak. Rencananya besok akan pulang kerumah. Emm... Pak, makasih untuk bantuan yang bapak berikan. Berkata bantuan itu, ibu saya bisa melewati masa kritisnya, dan sekarang sudah sehat. Saya sangat bersyukur." Ucapnya dengan tulus. "Yah, itu hanyalah bantuan kecil. Saya juga harus berterima kasih padamu."Tris terdiam sejenak disebrang sana."Berterima kasih untuk apa tuan ? Saya tidak melakukan apapun untuk anda.""Terima kasih untuk apa yang kamu sarankan dan beritahukan padaku."Seketika bayangan beberapa hari pun kembali terbersit di ingatannya. "Tris, aku tidak bisa melakukannya. Aku... Aku bahkan selalu merasa gugup jika berada dekat dengannya."Tris tersenyum dan kemudian mengeluarkan sebuah saran. Tidak apa membe
Baca selengkapnya

33. Bagaimana Kakek Bisa Tau ?

Alex masih memandang Arian dengan kening berkerut. "Arian ? Kamu sudah pulang ? Tanyanya dengan santai.""Sudah kek. Ini Arian sudah disini." Jawabnya sambil mengendikkan bahu. Matanya melirik Nadia yang masih menunduk tak bergerak."Emmm, kek, Nadia ke dalam dulu ya ? Mas, mau minum apa ?" Ucap Nadia begitu berdiri. Arian sedikit tertegun, dia mengira kalau Nadia itu sedang marah padanya. Tapi, ternyata dia melakukan hukumannya juga. Tapi tetap saja Arian merasa kalau istrinya itu menyembunyikan sesuatu darinya. Aku tidak akan tinggal diam, dan aku tidak mau sampai kamu diam-diam berencana untuk menghindariku. Gumamnya dalam hati."Mas ?""Eh, iya. Emmm, teh hangat saja, tapi saya mau mandi dulu." "Baiklah, Nadia siapkan tehnya, mas mandi, ya ?" Arian menganggukkan kepalanya dengan masih terpaku. Nadia sungguh menawan dengan sikapnya yang sangat menghormati suaminya seperti ini. Arian semakin menyukainya, rasa yang baru saja muncul dalam hatinya kian tumbuh dan membesar. Dengan
Baca selengkapnya

34. Ngeyel

Arian melirik Nadia yang masih berdiri dengan salah tingkah, kakinya terus saja bergerak-gerak gelisah. Tatapannya juga kosong, menandakan kalau wanita itu tengah melamun. "Hei, kenapa kamu berdiri terus ?" Tanya Arian membuat Nadia terjengkat kaget."Eh, i-iya tu... Emm, mas, mas." Ralatnya berkali-kali. Nadia pun duduk dengan canggung di tepi tempat tidur yang memang berhadapan dengan sofa. "Nadia, aku mendengar sesuatu.""Hem ?" Nadia langsung mendongak dan memasang telinganya. "Tentang ibu dan saudari tirimu itu, jangan kamu mudah percaya. Aku yakin mereka mempunyai suatu niat buruk padamu." "Kenapa anda berfikiran seperti itu ?" Tanyanya terlihat keberatan dengan pendapat suaminya. "Ya karena manusia seperti mereka itu banyak, dan semuanya juga saya sudah hafal bagaimana taktaiknya. Dan termasuk dengan apa yang merka lakukan sekarang sama kamu, mereka itu hanya ingin memanfaatkanmu." Nadia tak bersuara lagi, tapi dari wajahnya dia terlihat sangat keberatan dengan apa yang d
Baca selengkapnya

35. Panik

Hari-hari berlalu, kepadatan pekerjaan membuat Nadia dan Arian masih saja dalam mode dingin karena keduanya jarang sekali berinteraksi. Nadia selalu pulang sore hari, sedangkan Arian pukul tujuh malam baru pulang, dan kadang lebih malam. Hal itu membuat kerenggangan antara keduanya jadi semakin berlarut-larut. Berkali-kali Arian berniat untuk mengajak Nadia berbicara, tetapi selalu saja ada halangan. Entah Nadia yang sudah terlelap lebih awal, atau Nadia yang terlihat sibuk mengecek laporan toko, atau malah dirinya yang terlalu sibuk. Arian memang tipe ormag yang tidak bisa membiarkan pekerjaan, sebelum pekerjaan itu selesai dia selalu menyelesaikannya di rumah sebelum tertidur. Pagi hari, Arian yang baru membalikkan badannya menghadap ke tempat Nadia berbaring tak sengaja menyenggol tubuh istrinya. Dia langsung terbangun, merasa aneh karena Nadia ternyata masih terlelap, biasanya istrinya itu selalu sudah meninggalkannya di saat Arian baru membuka mata. Melihat jam sudah menunjukka
Baca selengkapnya

36. Payah !

Matahari merangkak semakin tinggi, seperti biasa, Arian akan membawakan sarapan terlebih dulu untuk Nadia sebelum dia berangkat ke kantor. Namun, kali ini Nadia menahannya saat Arian akan meninggalkan kamar."Mas..." Ucapnya dengan lesuArian yang mendengar itu langsung menoleh tanpa mengatakan apapun."Biar aku ikut kebawah saja sekarang." Ucapnya yang sudah turun dari trmpat tidur. "Tidak perlu, saya akan bawakan sarapannya kesini. Kamu tunggu saja disini.""Tapi, saya ingin sekalian ke taman, mas. Saya ingin menghirup udara segar, bosan saya di kamar terus berhari-hari." Ucapnya dengan memelas.Arian tersenyum kecil sambil memalingkan wajahnya melihat itu. "Baiklah, ayo." Arian mendekati Nadia, dia sudah siap memapah sang istri. Namun, Nadia menggerakkan bahunya seperti tidak nyaman."Emmm, mas ? Saya bisa sendiri." Ucapnya sambil menepis lembut lengan Arian di bahunya. "Benarkah ? Tapi saya akan terlihat seperti suami yang tidak berperasaan jika berjalan sendirian meninggalkan
Baca selengkapnya

37. Muntah

Di sepanjang perjalanan, Tris sedikit heran karena Nadia tidsk terdengar meracau lagi. Dia melirik nyonyanya yang duduk di kursi belakang lewat kaca spion. Tris sedikit cemas saat melihat Nadia menyandarkan kepalanya pada jendela sambil menutup mulutnya dengan sebelah tangan. "Nyonya, anda tidak papa kan ?" Tanyanya sambil sesekali melirik Nadia lewat kaca spion. Nadia tak langsung menjawab, dia hanya melambaikan telapak tangannya yang sebelah lagi untuk menjawab pertanyaan Tris.Walau Nadia memberi isyarat bahwa dia tidak kenapa-napa, tapi Tris tetap merasa cemas. Untung saja letak tokonya sudah sangat dekat. Mobil pun langsung memasuki lapangan lebar yang terletak di samping toko. Nadia langsung turun dengan terburu-buru dan berlari menuju semak-semak yang cukup tinggi di belakang toko. Tris yang melihat nyonyanya sedang berjongkok di sana pun langsung berlari menyusul. Ternyata di sana ada aliran air kecil yang hampir tertutup sempurna oleh rerumputan.Huweeek huweekkNadia berk
Baca selengkapnya

38. Kecewanya Kakek

Alex dan Tris sedang menunggu hasil pemeriksaan dokter dengan tak sabar. "Tuan, duduk dulu saja." Ucap Tris"Ah, tidak perlu." Jawab Alex. Dia pun terus saja mondar mandir kesana kemari, membuat Tris terkekeh melihat tuan besarnya yang terlihat bagaikan seorang ayah yang menunggu kelahiran anaknya. Sebegitunya tuan, mungkin karena saking sudah inginnya tuan punya cucu. Gumam Tris dalam hati. CeklekPintu terbuka, menampilkan seorang wanita paruh baya yang masih terlihat anggun dan berwibawa dengan jas putihnya, dialah dokter Lia. "Dokter, bagaimana keadaan cucu saya ?" Tanya Alex yang langsung menodong dokter Lia dengan pertanyaan begitu dia keluar dari kamar, tentu saja hal itu membuatnya terkejut."Tenang, tuan. Cucu anda baik-baik saja." Ucap dokter Lia setelah mengelus dadanya. "Cucu anda hanya perlu banyak istirahat dulu. Jangan dulu berkendara, apalagi jauh-jauh. Dan, makannya harus teratur. Itu saja, saya sudah tinggalkan resep di dalam, nanti tinggal menebusnya ke apotik
Baca selengkapnya

39. Ada Pencuri ?

"Res, masa ibu..." Nadia belum meneruskan ucapannya saja, Resti sudah mendengus kesal. Dia mengusap wajahnya dengan kesal dan kemudian berkacak pinggang."Jadi, maksud kamu itu aku yang nyuri uang toko ?" Tanya Resti membuat Nadia langsung mendongak dan menggeleng."Bukan begitu, Res.""Nad, aku tau kamu itu sayang sama itu si ibu tiri. Tapi, mereka belum tentu mempunyai perasaan yang sama, sama kamu. Dan lagi, kalau saja memang aku sama Fani atau aku sendiri yang ngambil uang toko, udah aja kali aku gak perlu kerja lagi hari ini. Mendingan kabur sama anak aku yang jauh bawa uang itu. Tapi ini enggak, dan malah si ibu tiri sama anaknya yang ngilang. Udah ah, terserah kamu. Kalau bahkan kamu lapor polisi pun aku gak takut, bahkan aku bakalan dukung kamu." Resti kemudian meninggalkan Nadia yang masuh termenung di kursinya dan melanjutkan membuat kue dengan resep yang memang sudah tertera di dinding dapur. Resti sangat kecewa dengan Nadia. Iya, memang dia tau sifat Nadia yang kelewat p
Baca selengkapnya

40. Tidak Akan Pernah Lagi

Nadia datang ke toko setelah mendapat telpon lagi dari Resti dengan suara yang sangat heboh. Semua itu karena ternyata uang yang dia dan Fani sembunyikan kembali hilang, padahal dia sudah yakin sekali kalau tidak akan ada pencuri yang mengetahui keberadaan uang itu. Nadia tetap berusaha tenang, toko sengaja belum di buka karena mereka ingin menuntaskan masalah ini terlebih dulu."Kamu menyimpannya dimana, Res ?" Tanya Nadia dengan dingin. "Di tong sampah." Ucapnya dengan sedikit rasa gugup. Nadia hari ini terlihat berbeda sejak pertama kali datang. Dia terlihat lebih kalem, tapi malah membuatnya memiliki aura yang mengintimidasi."Kamu menyimpannya atau membuangnya ?" Tanya Nadia semakin membuat Resti dan Fani semakin menunduk."Y-ya... Di simpen lah, Nad. Aku rencananya mau ambil lagi pagi ini. Tapi, keburu di bawa sama pencurinya." Ucapnya dengan wajah memelas.Nadia Berjalan mendekati Tris, dia membawa laptopnya dan berjalan memasuki toko. "Res, Fan, sini !" Ucap Nadia pada ked
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status