Diusir Dari Kampung, Dinikahi Sultan Tampan

Diusir Dari Kampung, Dinikahi Sultan Tampan

last updateLast Updated : 2023-02-19
By:  UmmiNHCompleted
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
1 rating. 1 review
51Chapters
6.3Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Ibu tiri dan saudari tiriku mengira aku menjadi gelandangan setelah mereka fitnah dan diusir warga. Namun siapa sangka kalau aku malah dinikahi sultan tampan yang sangat anti dengan pernikahan. Bagaimana kisah pernikahanku dengan pria aneh tersebut?

View More

Chapter 1

1. Perjalanan Ke Kota

Di dalam bus yang begitu padat, penumpang sampai berdesak-desakan dalam memilih tempat. Di kursi paling kiri terdapat seorang gadis yang sedang tercenung, memisahkan diri dari keributan yang terjadi disana. Nadia, seorang gadis berusia 19 tahun.

Dalam fikirannya terus berputar kejadian-kejadian yang baru beberapa jam dia alami di kampung halamannya.

Dua hari lalu sang ayah meninggal, meninggalkannya bersama ibu dan saudari tirinya yang tak menyukainya.

"Heh.. Anak sebatang kara kaya kamu gak bakalan ada yang mau mungut, udah jelek, gak ada keahlian sama sekali. Gak bisa hasilin duit." bentak sang ibu tiri.

"Jangan pernah membantah apapun yang kami suruh, karena gak ada yang bakalan nolongin kamu disini." tambahnya lagi sembari melemparkan pakaian kotor ke wajah gadis malang itu.

Sepeninggal ibu tirinya, Nadia mengepalkan tangannya dengan sorot mata yang tajam.

Selama ayahnya hidup, mereka ternyata hanya berpura-pura menyayanginya. Mempunyai ibu tiri selama satu tahun, Nadia tak pernah menyangka kalau ibu tiri serta saudari tirinya itu hanya pura-pura menyayanginya saja selama ini.

Nadia tak terima dengan perlakuan ibu tiri serta saudari tirinya yang selalu semena-mena sekarang, dia pun berniat untuk pergi dari rumah itu sekalian. Namun, saat Nadia sedang mengemasi pakaian, Silvi, saudari tirinya melihatnya dan langsung mengadukannya pada sang ibu.

"Biar, biarin aja dia pergi. Emang dia mau pergi kemana, dia gak punya tempat lagi selain rumah ini." ucap ibu tirinya dengan pongah.

Dia tak tau saja, kalau saat hari kematian sang ayah, ada seorang kakek yang menghampirinya di pemakaman saat semua orang sudah pulang. Sang kakek itu meminta Nadia untuk ikut dengannya ke kota, sang kakek pun memberikan kartu namanya, lengkap dengan alamat dan nomor telpon.

"Saya atasan sekaligus teman mendiang ayah kamu, saya sangat menyukai dan menghargai beliau. Saya sangat sedih dengan meninggalnya Haris. Haris pernah bercerita pada saya, dia masih punya seorang anak gadis. Karena seperti sudah mempunyai firasat tentang kematiannya, Haris tiba-tiba memintaku untuk menjagamu hari itu. Dan saya pun sudah berjanji pada Haris akan menjagamu. " ucap kakek yang masih terlihat segar bugar itu.

Nadia tersadar dari lamunannya karena mendengar suara ribut di depan rumahnya.

Namun, Nadia pun menyelesaikan acara berkemasnya tanpa memperdulikan keributan itu . Tak banyak yang dia bawa, hanya beberapa pasang pakaian serta benda-benda kesayangannya.

Nadia bersiap keluar rumah, dia melihat kini ibu serta saudari tirinya sedang memicarakan sesuatu dengan ibu-ibu yang sudah berkumpul di halaman rumahnya.

Nadia sedikit heran dengan kedatangan para tetangganya ke rumah yang tiba-tiba, tapi dia pun tak mau banyak berfikir. Terus melangkahkan kakinya melewati ambang pintu.

"Huh... Anak durhaka ! Anak durhaka ! Harusnya anak seperti dia kita jebloskan ke penjara, biar jera dan tak di tiru anak lainnya !" teriak ibu-ibu itu sambil menatap Nadia dengan mata nyalangnya.

Nadia bertanya-tanya dalam hati.

"Apa yang ibu-ibu bicarakan ?" tanya Nadia yang sangat tak mengerti dengan ucapan mereka.

"Kami tau, kamu sudah membunuh ayahmu sendiri, Nadia. Ibu kamu saksinya, tapi sayang sekali kita gak punya bukti, jadi gak bisa mengirim anak durhaka sepertimu ke penjara !" teriak ibu-ibu yang lainnya.

Nadia melirik ibu tiri serta adik tirinya, mereka kini menunduk dan sesekali sesenggukan, berpura-pura bersedih dan menangis.

"Ayoo... Kita usir sekalian anak ini dari kampung kita !" ucap salah satu dari mereka, membuat semua yang ada di sana pun maju dan menyeret Nadia.

Nadia tak melawan, dia menatap penuh kebencian pada ibu serta saudari tirinya.

"Aku diam, tapi bukan berarti aku lemah. Lihat saja nanti, semua yang ikut menuduhku ini akan berbalik menyerang kalian." gumam Nadia dalam hati.

Setelah yang membawa Nadia terlihat jauh, ibu tiri serta anaknya pun tertawa puas.

"Haha.. Emang enak, sekarang lihatlah, tidak akan ada orang yang mau menampung anak seperti si Nadia itu." ucap ibu tirinya bangga, dia berfikir kalau Nadia tidak akan mungkin pergi jauh dan meminta tumpangan atau kerjaan pada warga sekampung saja.

Nadia yang sedang dalam mobil pun meneteskan air mata, dia menggenggam erat kertas di tangannya. Kartu nama serta alamat tuan Alex, kini dia tak punya lagi tujuan selain pada tuan Alex, dia pun memang sudah pernah mendengar ayahnya bercerita tentang tuan Alex itu, sehingga dia tak menyimpan ketakutan atau kecurigaan pada kakek yang baru sekali ini dia temui.

"Aku akan mengabdikan hidupku pada tuan Alex, aku akan melanjutkan abdi ayah padanya." gumam Nadia dalam hati.

Bus pun berhenti, satu persatu penumpang pun melangkahkan kakinya sedikit demi sedikit ke arah pintu keluar. Nadia tak terburu-buru, dia masih berdiam diri di kursinya sambil menunggu antrian untuk turun mulai senggang.

Akhirnya waktu Nadia turun pun tiba, dia menghirup udara segar begitu menginjakkan kakinya di tanah kota Jakarta.

Dia berputar, menyapu pandangan ke seluruh titik. Begitu banyak bangunan yang menjulang tinggi dan bangunan-bangunan modern, sangat berbeda dengan kampungnya yang setiap mata memandang, yang menjulang tinggi hanyalah pepohonan di seluruh tempat.

Nadia menatap kartu di tangannya.

"Aku harus mencari tempat ini." gumamnya.

Nadia cukup lama berkeliling, mencari sebuah alamat di kota yang begitu luas dan ramai.

Hingga hari mulai gelap, dia masih belum sampai ke tempat tujuannya.

"Bagaimana ini, apa tempat ini masih jauh ?" tanyanya pada dirinya sendiri. Nadia pun mampir ke sebuah mesjid, dia menunaikan shalat maghrib di sana, lama Nadia berdiam diri di dalam, dan melaksanakan shalat isya begitu waktunya tiba.

Setelah selesai, satu persatu orang pun keluar dari mesjid. Nadia tak sengaja menabrak seorang laki-laki yang sedang berjongkok di lantai mesjid karena saking terburu-burunya.

"Ya ampun, tuan. Maafkan saya, saya tidak sengaja ." ucap Nadia dengan menunduk.

Pria itu menatap Nadia, kemudian melihat sebuah kartu yang terjatuh dari tangan Nadia.

Pria itu meraihnya hendak menyerahkannya pada Nadia. Namun, tak sengaja matanya menangkap nama Alex Trisatya di kartu nama itu.

"Alex Trisatya ?" gumam Pria itu yang lalu menatap Nadia bingung.

"Emm, maaf tuan. Itu, itu punya saya. Saya permisi." ucap Nadia dengan cepat merebut kartu itu dari tangan pria asing tadi.

Bagi Nadia, orang-orang kota mungkin akan sangat menakutkan. Mendengar isu-isu dari tetangga dan temannya, kalau orang kota itu banyak yang licik dan memanfaatkan kepintarannya untuk hal yang buruk.

Dengan berlari kecil, Nadia memakai kembali sandalnya dan hendak berlari dari area mesjid.

Namun, sebuah tangan mencekal pergelangan tangannya hingga membuat Nadia terkejut dan langsung menoleh ke belakang.

"Tuan, tolong jangan apa-apakan saya, saya tidak sengaja tuan." ucap Nadia sambil terus menundukkan wajahnya.

"Nona, nona tenanglah. Saya tidak akan melakukan apapun pada nona." ucap pria itu membuat Nadia mengangkat wajahnya, menatap pria asing di hadapannya.

Pria yang sekiranya berumur 27 tahun itu terlihat bukan orang sembarangan dari jas yang dia pakai.

"Saya ingin menanyakan, apa keperluan nona pada tuan Alex ? Kenapa kartu namanya ada di nona ? Tentu tak sembarangan orang bisa memilikinya." ucap pria itu semakin membuat Nadia merasa lega. Setidaknya Nadia merasa kalau pria ini tak jahat, dia sepertinya mengenal tuan Alex.

"Saya.. Saya mendapatkannya dari tuan Alex sendiri." jawab Nadia masih dengan takut.

Pria itu semakin menautkan alisnya, dia terus menatap Nadia.

"Siapa anda sebenarnya ?" tanya pria itu.

"Sayaa.. Saya Nadia, tuan."

"Nadia ?" ulang pria itu

"Saya, putri dari pak Haris." ucap Nadia lagi. Dia berharap kalau pria ini benar mengenal tuan Alex, berarti akan mengenal mendiang ayahnya juga, yang sudah berbelasan tahun bekerja dengan tuan Alex.

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
Agus Irawan
hai Mampir ke Novelku judul" Kembang Desa Sang Miliarder" pena" Agus Irawan sudah tamat
2023-06-19 13:27:25
0
51 Chapters
1. Perjalanan Ke Kota
Di dalam bus yang begitu padat, penumpang sampai berdesak-desakan dalam memilih tempat. Di kursi paling kiri terdapat seorang gadis yang sedang tercenung, memisahkan diri dari keributan yang terjadi disana. Nadia, seorang gadis berusia 19 tahun. Dalam fikirannya terus berputar kejadian-kejadian yang baru beberapa jam dia alami di kampung halamannya. Dua hari lalu sang ayah meninggal, meninggalkannya bersama ibu dan saudari tirinya yang tak menyukainya. "Heh.. Anak sebatang kara kaya kamu gak bakalan ada yang mau mungut, udah jelek, gak ada keahlian sama sekali. Gak bisa hasilin duit." bentak sang ibu tiri. "Jangan pernah membantah apapun yang kami suruh, karena gak ada yang bakalan nolongin kamu disini." tambahnya lagi sembari melemparkan pakaian kotor ke wajah gadis malang itu. Sepeninggal ibu tirinya, Nadia mengepalkan tangannya dengan sorot mata yang tajam. Selama ayahnya hidup, mereka ternyata hanya berpura-pura menyayanginya. Mempunyai ibu tiri selama satu tahun, Nadia tak p
last updateLast Updated : 2022-12-04
Read more
2. Rumah Utama
"Pak Haris ? Asisten pribadinya tuan Alex ?" tanya pria itu sambil emnatap Nadia dengan kening berkerut. Nadia yang mendengar jawaban pria itupun langsung berubah ekspresi, dia begitu senang ternyata pria ini benar-benar mengenal mendiang ayahnya dan tuan Alex seperti harapannya. "Iya, tuan. Tuan, bisakah anda mengantar saya ke rumah tuan Alex ? Saya sudah mencarinya dari siang, tapi belum ketemu juga." ucap Nadia dengan penuh permohonan. Lama pria itu tak membalas, namun kemudian pria itu pun menganggukkan kepalanya. "Baiklah, mari saya antar." ucap pria itu sambil berjalan mendahului Nadia ke sebuah mobil. Nadia tak menyimpan kecurigaan sama sekali pada pria itu, karena dia bertemu denfannya pun di mesjid yang pastinya pria itu pun pria baik-baik. Di sepanjang jalan, Nadia terus mebatap keluar jendela. Cahaya dari lampu-lampu kendaraan dan lampu jalan begitu berkerlap kerlip di sepanjang jalanan yang begitu ramai. Naina terkagum, tempatnya berada kini sangat jauh berbeda denga
last updateLast Updated : 2022-12-05
Read more
3. Baru bertemu langsung melamar
Pagi hari, Nadia di panggil oleh pelayan untuk sarapan bersama.Nadia pun segera mengikuti langkah sang pelayan yang membawanya ke ruang makan yang begitu megah dengan meja yang panjang dan kursi-kursi yang begitu berjajar. Padahal penghuni rumah ini hanyalah sedikit.Atau mungkin di rumah ini para pelayan pun ikut makan bersama ?? Nadia tak mau repot-repot memikirkannya."Selamat pagi, tuan." ucap Nadia sambil menundukkan badannya begitu berada di dekat tuan Alex."Ah, Nadia. Ayo duduk, kita sarapan bersama." ucap sang tuan besar pada Nadia dengan ramah, tak seperti semalam.Nadia tersenyum canggung, dia bingung memilih kursi yang akan di dudukinya dan malah terus berdiri menatap kursi-kursi yang berjejer.Tuan Alex mengernyit menatap Nadia yang tak juga duduk."Kenapa, nak ? Ayo duduklah." ucapnya lagi."Emm... Maaf tuan, kursi yang kosong yang mana yah ? Saya takut menempati kursi milik orang lain." ucap Nadia dengan polosnya. Tuan Alex tersenyum, begitu juga dengan para pelayan y
last updateLast Updated : 2022-12-05
Read more
4. Persiapan
Tuan Alex yang sedari tadi hanya terbengong menatap kedatangan cucunya itu pun langsung bangkit dan merangkul. "Ariaan... Kau sudah pulang, nak. Kenapa tak bilang kalau mau pulang hari ini ?" tanya tuan Alex dengan bahagia. Cucunya itu pun membalas pelukannya dan mengabaikan gadis di antara mereka. "Maaf, kakek. Arian tak sempat memberi kabar." ucapnya Tuan Alex melerai pelukan, dia terlihat begitu senang dan wajahnya pun tak henti-hentinya menampilkan senyuman. "Kakek sangat senang sekali, jadi sudah jelas ya semuanya ? Kita harus segera bersiap-siap untuk mengadakan pernikahan kalian. Ayo, Nadia, kita ke dalam." ucap tuan Alex yang kemudian merangkul Arian dan Nadia dengan penuh kebahagiaan. 'Apa ? Pernikahan ? Inii... Ini sungguhan ?' Nadia yang sedari tadi hanya terbengong mendengar ucapan tuan Alex pun hanya bisa beetanya-tanya dalam hati tanpa berani berkata. 'Aku sangat tak percaya, tiba-tiba saja aku harus menikah, dengan pria yang... Ah ! Mereka langsung berpesta tan
last updateLast Updated : 2022-12-05
Read more
5. Hari Pernikahan
Hari - hari sudah berganti, seminggu itu waktu yang sangat singkat, semua para tamu sudah memenuhi ruangan di rumah utama. Tuan Alex sengaja menggelar pesta resepsi di rumah, karena supaya lebih berkesan dan terdapat kenangan.Nadia masih terdiam di dalam kamar, dia sudah selesai di rias dengan sedemikian rupa."Nona, nona sangat cantik sekali." puji Fariza dengan sta berbinar.Nadia tersenyum kecut, entah itu memang tulus atau hanya untuk menghibur dirinya, Nadia tak ingin menatap pantulan dirinya di cermin."Ayo nona, kita sudah di tunggu semua orang di bawah." ucap Fariza.Nadia menghirup udara dalam-dalam dan kemudian menghembuskannya."Ayo."ucap Nadia menoleh pada Fariza yang sedang tersenyum lebar."Nona gugup ya ? Itu biasa non, katanya sih. Saya kan belum menikah, hihi." "Emm,, tidak. Ayo." Fariza pun menuntun Nadia keluar dari kamar dan mendekati tangga, Nadia tertegun menatap tamu yang kini sudah memenuhi ruangan. Nadia semakin gugup, dia menelan ludah dengan susah payah
last updateLast Updated : 2022-12-06
Read more
6. Kesan Pertama
Pagi pun tiba, sang surya telah menunjukkan wujudnya dan merangkak semakin tinggi. Sinar lembut sang surya menembus tirai yang masih tertutup rapat, di ruangan teesebut suasananya masih begitu sepi, menunjukkan para penghuninya masih belum terjaga dari tidur lelapnya.Nadia menggeliat dan mengucek matanya, dia merasakan silau dari cahaya yang menembus tirainya itu. "Ya ampun, udah siang sekali." ucap Nadia dengan terkejut saat melihat suasana di balik tirai jendelanya yang sudah sangat cerah terpapar sinar matahari. Nadia langsung turun dari ranjang dan mengambil handuk, dia dengan terburu-buru masuk ke dalam kamar mandi dan segera membersihkan diri. Setelah selesai, Nadia pun segera mendekati lemari dan memilih pakaiannya, saat Nadia hendak mengenakan pakaian dalamnya, Nadia terkejut saat mendengar suara pergerakan dari belakangnya. Nadia dengan seketika langsung memutar tubuhnya, matanya langsung terbelalak saat mendapati Arian sedang duduk bersandar di atas ranjang sambil mengu
last updateLast Updated : 2022-12-26
Read more
7. Di Villa
Pagi ini Nadia dan Arian pergi ke suatu tempat. Tentu saja bukan insiatif Arian, melainkan perintah dari sang kakek yang tidak pernah di tentang sama sekali."Kita mau kemana ?" tanya Nadia dengan ketus.Arian yang sedang menyetir mobil pun menoleh sejenak lalu kembali fokus pada jalanan di depannya. "Ke Villa Mukti. Seperti perintah kakek." jawab Arian."Tapi apa itu jauh sekali ? Kenapa kita sampai membawa koper ? Kakek seakan mengusir kita." "Memang sangat jauh." jawab Arian lagi dengan begitu singkat dan padat. Nadia mendengus kesal, dia pun memilih untuk diam dan sibuk dengan fikirannya sendiri. "Apa yang kakek fikirkan ? Sehingga dia mengirimku bulan madu segala. Ah, astaga ! Bagaimana nasibku nanti disana yang hanya berdua dengan pria ini. Semoga saja banyak hiburan yang bisa menghiburku selama disana."Arian melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Lama kelamaan mobil itu melewati jalanan yang semakin asing dan sunyi seanjang perjalanan pun hanya di penuhi dengan pohon-
last updateLast Updated : 2023-01-04
Read more
8. Sedikit Perhatian
"Apa anda membutuhkan yang lainnya nyonya ?" tanya seorang pelayan."Tidak, kau boleh meneruskan pekerjaanmu yang tertunda." ucap Nadia. Kini dia sedang duduk di taman samping villa sambil membaca sebuah majalah yang dia temukan tergeletak di atas meja. Pelayan yang tadi pun langsung mengundurkan dirinya setelah selesai menyimpan beberapa cemilan dan minuman untuk nyonyanya.Hari ini hari kedua Nadia beserta Arian menginap di villa, walau keduanya memiliki banyak waktu untuk bersama, tapi malah keduanya tak menggunakan waktu itu dengan baik, keduanya tetap saja menjaga jarak dan sibuk dengan urusan masing-masing."Ekhem." Nadia mengarahkan bola matanya ke sebelah sudut, dia melirik Arian yang sedang berdiri tak jauh dari tempatnya bersantai sekarang. Nadia tak terlalu menggubris kehadirannya, dia memilih fokus pada majalah di tangannya walau dia tak begitu tertarik dengan isinya.Arian melangkahkan kakinya dan duduk di kursi satunya lagi yang hanya terhalang oleh meja."Aku akan kem
last updateLast Updated : 2023-01-16
Read more
9. Sedikit Healing
Tris memasuki mobil kebali dengan raut bersalahnya. Dia menatap Nadia cukup lama sebelum akhirnya duduk menatap lurus kedepan.Nadia yang masih syok hanya terdiam, taapannya mengikuti mkbil truk yang tadi hampir saja bertabrakan dengan mobil yang dia tumpangi."Huuffttt, Triis... Sebenarnya kau ini kenapa ? Kenapa kamu gak konsentrasi ?" Ucap Nadia setelah mobil truk tadi tak terlihat lagi."Maafkan saya, nyonya. Sungguh, saya menyesal sudah lalai." Ucapnya tanpa menoleh Nadia mengusap wajahnya dengan lesu, lalu kemudian dia mempersilahkan Tris untuk melanjutkan perjalanan."Awas ! Kali ini kau harus hati-hati." "Baik nyonya !" Akhirnya perjalanan pun di lanjutkan, Nadia kini tak meiliki keinginan untuk terlelap, dia ikut menatap fokus ke depan.Setelah cukup lama, Tris pun menepikan mobilnya di bawah pohon yang begitu rimbun. Nadia masih memandangi sekeliling dari dalam mobil hingga akhirnya ucapan Tris membuyarkan kefokusan Nadia."Kita sudah sampai nyonya." "Oh, iya. Baiklah."
last updateLast Updated : 2023-01-21
Read more
10. Kehebohan Sena
Nadia tiba di rumah pada sore hari, tepat sebelum pukul 3 sore yang sudah Tris janjikan pada Sena, pelayan yang bertanggung jawab penuh untuk menemani dan melayani sang nyonya.Dengan senyuman yang mengembang, Nadia terus berjalan menuju kedalam vila, dia bahkan sesekali berdendang menyanyikan sebuah lagu. Sena yang melihat perubahan mood yang drastis pada sang nyonya pun tak bisa menahan dirinya untuk bertanya. Alhasil, saat Nadia hendak memutar knop pintu menuju kamar, Sena berusaha memanggil sang nyonya terlebih dulu."Nyonya... " Nadia langsung membalikkan badannya dan menatap Sena dengan sumringah."Ya ? Ada apa mbak ? Oh, mbak dari tadi ngikutin saya ya ? Aduh, maaf ya mbak, saya gak tau. Memangnya ada apa mbak ? Kayanya serius sekali." Tanyanya dengan wajah yang berseri-seri."Ehh, ini nyonya... Emmm, tadi nyonya sama tuan Tris pergi kemana ya ? Sampai-sampai begitu bahagia sepulang dari sana." Cerocosnya dengan lancar di sertai dengan cengiran khasnya.Jiwa kekepoan sang pelay
last updateLast Updated : 2023-01-22
Read more
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status