Share

2. Rumah Utama

Author: UmmiNH
last update Last Updated: 2022-12-05 11:17:12

"Pak Haris ? Asisten pribadinya tuan Alex ?" tanya pria itu sambil emnatap Nadia dengan kening berkerut.

Nadia yang mendengar jawaban pria itupun langsung berubah ekspresi, dia begitu senang ternyata pria ini benar-benar mengenal mendiang ayahnya dan tuan Alex seperti harapannya.

"Iya, tuan. Tuan, bisakah anda mengantar saya ke rumah tuan Alex ? Saya sudah mencarinya dari siang, tapi belum ketemu juga." ucap Nadia dengan penuh permohonan.

Lama pria itu tak membalas, namun kemudian pria itu pun menganggukkan kepalanya.

"Baiklah, mari saya antar." ucap pria itu sambil berjalan mendahului Nadia ke sebuah mobil.

Nadia tak menyimpan kecurigaan sama sekali pada pria itu, karena dia bertemu denfannya pun di mesjid yang pastinya pria itu pun pria baik-baik.

Di sepanjang jalan, Nadia terus mebatap keluar jendela. Cahaya dari lampu-lampu kendaraan dan lampu jalan begitu berkerlap kerlip di sepanjang jalanan yang begitu ramai.

Naina terkagum, tempatnya berada kini sangat jauh berbeda dengan tenpatnya dulu.

Mobil memasuki sebuah pagar besi yang tinggi. Mobil pun terparkir di halaman yang luas. Nadia turun dengan di bukakan oleh pria yang mengantarnya tadi.

"Mari, ikuti saya." ucap pria itu berjalan di depan.

Nadia tak bisa mengedipkan matanya barang sedetikpun. Rumah, halaman, sangat membuat Nadia tercengang dengan eindahan serta kemegahannya. Dia terus saja terbengong sepanjang jalan, hingga dia pun berhenti saat melihat pria tadi pun berhenti.

"Fariza, apa tuan besar sudah tidur ?" tanya pria tadi pada seorang wanita berpakaian seperti pelayan.

"Tuan besar baru saja masuk ke kamarnya, tuan Abhy." jawab gadis itu sambil menunduk. Nadia menilai, dari cara pelayan itu berlaku pada pria yang mengantarnya itu, jelas menunjukkan bahwa pria itu pun bukanlah pria sembarangan di rumah ini.

"Ayo nona, biar saya antar ke kamar tuan besar." ucap pria tadi.

"T-tapi, apa tidak akan mengganggu ?" tanya Nadia dengan ragu.

Pria itu terdiam, kemudian dia saling melirik dengan pelayan yang di panggilnya Fariza tadi.

"Ah, begini saja. Tuan Abhy sama nona ini menunggu di sini saja, biar saya yang memanggilkan tuan." ucapnya yang di angguki oleh pria yang mengantar Nadia tadi.

Fariza pun berlari kecil menaiki tangga, aku dan pria itu pun duduk di kursi menunggu kedatangan tuan Alex.

Nadia masih menatap keadaan sekeliling, benar-benar rumah ini seperti sebuah istana baginya, tak pernah sekalipun Nadia memasuki rumah yang seindah ini sebelumnya.

Tuk tuk tuk

Suara langkah kaki di tengah keheningan suasana membuat Nadia dan Abhy sama-sama langsung menoleh ke sumber suara.

Tampaklah sosok pria dewasa dengan garis wajah tegas, rambut yang mulai memutih, tapi berawakannya masih segar bugar tak seperti seorang kakek.

Pria itu berjalan menghampiri kedua tamunya, Abhy segera bangkit, di susul oleh Nadia.

"Selamat malam, tuan. Maafkan saya, sudah mengganggu waktu istirahat tuan." ucap Abhy dengan menundukkan kepalanya.

Tuan Alex tak menjawab, dia lalu beralih pada Nadia.

"Syukurlah kau datang juga." ucapnya membuat Nadia mengangguk kecil.

Mereka pun kini duduk bersama, setelah menceritakan pertemuannya dengan Nadia, Abhy langsung berpamitan untuk pulang.

Kini, tinggallah Nadia berdua dengan tuan Alex. Nadia sangat canggung, terlebih tuan Alex terus menatapnya dari atas hingga bawah.

"Bagaimana kabarmu ?" tanyanya

Nadia sedikit cemas, pasalnya raut wajah dan juga sikap tuan Alex sangat berbeda dengan saat pertemu di pemakaman. Jika saat itu tuan Alex sangat ramah dan lembut, sekarang begitu tegas dan serius.

"B-baik tuan." jawab Nadia dengan tergagap

"Kamu siap untuk bekerja disini bersama saya ?" tanyanya lagi.

Nadia mengangguk

"Siap tuan, saya akan berusaha melanjutkan bakti mendiang ayah saya pada tuan. Saya sekarang tidak punya siapa-siapa lagi, sisa hidup saya hanya untuk mengabdi pada keluarga tuan saja." ucap Nadia dengan mantap

"Tapi, kamu ini perempuan. Pasti kedepannya kamu akan mendapatkan pasangan hidup yang membawamu kemanapun dia inginkan ?" tanya tuan Alex.

"Untuk itu... Jelas saya tidak pernah memikirkannya tuan." jawab Nadia lagi.

Tuan Alex menatap Nadia, dia merasa ada yang tidak beres dengan gadis ini. Bagaimana mungkin, di umurnya yang masih sangat muda ini, dia malah memilih untuk mengabdikan sisa hidupnya, sisa umurnya hanya untuk mengabdi pada keluarganya. Dia seakan tidak mempunyai mimpi untuk kelanjutan hidupnya sendiri.

Sangat persis dengan cucunya, Arian Trisatya. Kedua orangtuanya meninggal 2 tahun yang lalu dalam sebuah kecelakaan pesawat terbang saat akan melakukan pengunjungan pada klien bisnis mereka di Singapura.

Arian sejak kecil memang sudah terlihat berbeda dengan anak lainnya. Dia lebih suka menyendiri, suka sesuatu yang berbau serius dan membosankan bagi anak-anak yang lainnya. Dan kini dia pun tumbuh menjadi pria dewasa, umurnya sudah menginjak 35 tahun, tapi Arian hanya menghabiskan setiap saat hidupnya untuk bekerja, untuk melanjutkan usaha sang ayah dalam mengelola perusahaan keluarga mereka. Dia seakan tak mempunyai keinginan dan impian untuk hidupnya sendiri.

Seperti robot. Ya, Arian sudah seperti manusia robot saja yang terus bergerak hanya untuk bekerja, bekerja, dan bekerja. Yang ada dalam benaknya hanyalah memenuhi keinginan kakeknya, tanpa pernah memikirkan keinginannya sendiri.

Arian bahkan tak pernah dekat dengan seorang wanita. Dia tak pernah ingin jika sang kakek membahas masalah masa depannya. Entah apa yang ada d dalam fikiran pria itu, padahal umurnya sudah terlalu pantas untuk memiliki dua orang putra.

Hal itu membuat tuan Alex cemas. Ya, tentu saja setiap orang tua akan merasa cemas jika mendapati keturunannya tak mempunyai sebuah mimpi untuk masa depannya. Padahal Arian sudah memiliki segalanya, dia sudah memiliki apa yang tidak orang lain miliki. Tentu sangat mungkin untuk Arian mendapatkan masa depan yang begitu cerah. Tapi Arian sendiri seakan tak menganggap hal itu penting, dia sama sekali tak tertarik dengan hal macam itu. Bukan dia tak normal, tapi mungkin karena umurnya yang sudah terlalu tua untuk memulai suatu hubungan, membuat Arian tak mempunyai banyak impian indah yang biasa menggoda kaum remaja. Dalam otaknya terlalu penuh dengan urusan kantor, bisnis, dan hal berbau pekerjaan lainnya.

"Baiklah, sekarang kamu bisa beristirahat. Fariza..." ucap tuan Alex dengan tegas, memanggil pelayan yang sedari tadi berdiri di dekat mereka, bersiap siaga jika suatu saat di butuhkan.

"Saya tuan.." Fariza menghadap dengan cepat.

"Tolong antarkan Nadia ke kamarnya. Dan antarkan makan malam untuknya."

"Baik tuan." jawabnya patuh.

Nadia pun bangkit dari duduknya karena Fariza sudah meraih tasnya.

"Tuan, saya permisi." ucap Nadia dengan sopan.

Tuan Alex hanya mengangguk kecil. Nadia pun langsung berlalu mengikuti langkah Fariza ke suatu ruangan.

Sebuah kamar yang ukurannya saja dua kali lipat dari kamarnya di kampung dulu, nuansa putih membuat ruangan itu begitu cerah dan ceria.

"Ini kamarnya nona." ucap Fariza dengan ramah.

"Ini.. Kamarku ?" tanya Nadia meyakinkan.

"Iya non Nadia, saya permisi.. " ucap Fariza sebelum mengundurkan diri dan menutup pintu.

Nadia masih terpukau, dia terus berputar mengelilingi ruangan itu. Memang ukuran kasurnya kecil, tapi begitu empuk dan selimutnya pun tebal dan halus.

"Ya ampun, mimpi apa aku semalam, sampai bisa masuk ke rumah seperti istana ini. Ini mah bikin gak bisa bangun cepet." ucap Nadia sambil mengelus selimbut yang begitu halus.

Nadia sampai mengeluskannya pada pipinya, dan saat itu pula ketukan pintu mengagetkannya.

Nadia cepat-cepat beringsut turun dari kasur dan membuka pintu. Ternyata Fariza sudah kembali lagi dengan nampan di tangannya.

"Nona, ini makan malamnya. Saya permisi." ucap Fariza lagi yang langsung mengundurkan diri.

Nadia begitu terharu. Jalan kehidupan seseorang memang tidak ada yang tau, dirinya yang di usir dari kampung malah di pungut dengan begitu terhormat oleh orang kaya. Walaupun hanya untuk bekerja.

Nadia langsung melahap makananyang di bawakan Fariza, rasa makanannya pun membuat Nadia memelototkan matanya, dia belum pernah merasakan masakan seenak ini sebelumnya.

"Terima kasih, tuhan. Masih ada orang baik yang dengan senang hati menerimaku." gumam Nadia dalam hatinya

Related chapters

  • Diusir Dari Kampung, Dinikahi Sultan Tampan   3. Baru bertemu langsung melamar

    Pagi hari, Nadia di panggil oleh pelayan untuk sarapan bersama.Nadia pun segera mengikuti langkah sang pelayan yang membawanya ke ruang makan yang begitu megah dengan meja yang panjang dan kursi-kursi yang begitu berjajar. Padahal penghuni rumah ini hanyalah sedikit.Atau mungkin di rumah ini para pelayan pun ikut makan bersama ?? Nadia tak mau repot-repot memikirkannya."Selamat pagi, tuan." ucap Nadia sambil menundukkan badannya begitu berada di dekat tuan Alex."Ah, Nadia. Ayo duduk, kita sarapan bersama." ucap sang tuan besar pada Nadia dengan ramah, tak seperti semalam.Nadia tersenyum canggung, dia bingung memilih kursi yang akan di dudukinya dan malah terus berdiri menatap kursi-kursi yang berjejer.Tuan Alex mengernyit menatap Nadia yang tak juga duduk."Kenapa, nak ? Ayo duduklah." ucapnya lagi."Emm... Maaf tuan, kursi yang kosong yang mana yah ? Saya takut menempati kursi milik orang lain." ucap Nadia dengan polosnya. Tuan Alex tersenyum, begitu juga dengan para pelayan y

    Last Updated : 2022-12-05
  • Diusir Dari Kampung, Dinikahi Sultan Tampan   4. Persiapan

    Tuan Alex yang sedari tadi hanya terbengong menatap kedatangan cucunya itu pun langsung bangkit dan merangkul. "Ariaan... Kau sudah pulang, nak. Kenapa tak bilang kalau mau pulang hari ini ?" tanya tuan Alex dengan bahagia. Cucunya itu pun membalas pelukannya dan mengabaikan gadis di antara mereka. "Maaf, kakek. Arian tak sempat memberi kabar." ucapnya Tuan Alex melerai pelukan, dia terlihat begitu senang dan wajahnya pun tak henti-hentinya menampilkan senyuman. "Kakek sangat senang sekali, jadi sudah jelas ya semuanya ? Kita harus segera bersiap-siap untuk mengadakan pernikahan kalian. Ayo, Nadia, kita ke dalam." ucap tuan Alex yang kemudian merangkul Arian dan Nadia dengan penuh kebahagiaan. 'Apa ? Pernikahan ? Inii... Ini sungguhan ?' Nadia yang sedari tadi hanya terbengong mendengar ucapan tuan Alex pun hanya bisa beetanya-tanya dalam hati tanpa berani berkata. 'Aku sangat tak percaya, tiba-tiba saja aku harus menikah, dengan pria yang... Ah ! Mereka langsung berpesta tan

    Last Updated : 2022-12-05
  • Diusir Dari Kampung, Dinikahi Sultan Tampan   5. Hari Pernikahan

    Hari - hari sudah berganti, seminggu itu waktu yang sangat singkat, semua para tamu sudah memenuhi ruangan di rumah utama. Tuan Alex sengaja menggelar pesta resepsi di rumah, karena supaya lebih berkesan dan terdapat kenangan.Nadia masih terdiam di dalam kamar, dia sudah selesai di rias dengan sedemikian rupa."Nona, nona sangat cantik sekali." puji Fariza dengan sta berbinar.Nadia tersenyum kecut, entah itu memang tulus atau hanya untuk menghibur dirinya, Nadia tak ingin menatap pantulan dirinya di cermin."Ayo nona, kita sudah di tunggu semua orang di bawah." ucap Fariza.Nadia menghirup udara dalam-dalam dan kemudian menghembuskannya."Ayo."ucap Nadia menoleh pada Fariza yang sedang tersenyum lebar."Nona gugup ya ? Itu biasa non, katanya sih. Saya kan belum menikah, hihi." "Emm,, tidak. Ayo." Fariza pun menuntun Nadia keluar dari kamar dan mendekati tangga, Nadia tertegun menatap tamu yang kini sudah memenuhi ruangan. Nadia semakin gugup, dia menelan ludah dengan susah payah

    Last Updated : 2022-12-06
  • Diusir Dari Kampung, Dinikahi Sultan Tampan   6. Kesan Pertama

    Pagi pun tiba, sang surya telah menunjukkan wujudnya dan merangkak semakin tinggi. Sinar lembut sang surya menembus tirai yang masih tertutup rapat, di ruangan teesebut suasananya masih begitu sepi, menunjukkan para penghuninya masih belum terjaga dari tidur lelapnya.Nadia menggeliat dan mengucek matanya, dia merasakan silau dari cahaya yang menembus tirainya itu. "Ya ampun, udah siang sekali." ucap Nadia dengan terkejut saat melihat suasana di balik tirai jendelanya yang sudah sangat cerah terpapar sinar matahari. Nadia langsung turun dari ranjang dan mengambil handuk, dia dengan terburu-buru masuk ke dalam kamar mandi dan segera membersihkan diri. Setelah selesai, Nadia pun segera mendekati lemari dan memilih pakaiannya, saat Nadia hendak mengenakan pakaian dalamnya, Nadia terkejut saat mendengar suara pergerakan dari belakangnya. Nadia dengan seketika langsung memutar tubuhnya, matanya langsung terbelalak saat mendapati Arian sedang duduk bersandar di atas ranjang sambil mengu

    Last Updated : 2022-12-26
  • Diusir Dari Kampung, Dinikahi Sultan Tampan   7. Di Villa

    Pagi ini Nadia dan Arian pergi ke suatu tempat. Tentu saja bukan insiatif Arian, melainkan perintah dari sang kakek yang tidak pernah di tentang sama sekali."Kita mau kemana ?" tanya Nadia dengan ketus.Arian yang sedang menyetir mobil pun menoleh sejenak lalu kembali fokus pada jalanan di depannya. "Ke Villa Mukti. Seperti perintah kakek." jawab Arian."Tapi apa itu jauh sekali ? Kenapa kita sampai membawa koper ? Kakek seakan mengusir kita." "Memang sangat jauh." jawab Arian lagi dengan begitu singkat dan padat. Nadia mendengus kesal, dia pun memilih untuk diam dan sibuk dengan fikirannya sendiri. "Apa yang kakek fikirkan ? Sehingga dia mengirimku bulan madu segala. Ah, astaga ! Bagaimana nasibku nanti disana yang hanya berdua dengan pria ini. Semoga saja banyak hiburan yang bisa menghiburku selama disana."Arian melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Lama kelamaan mobil itu melewati jalanan yang semakin asing dan sunyi seanjang perjalanan pun hanya di penuhi dengan pohon-

    Last Updated : 2023-01-04
  • Diusir Dari Kampung, Dinikahi Sultan Tampan   8. Sedikit Perhatian

    "Apa anda membutuhkan yang lainnya nyonya ?" tanya seorang pelayan."Tidak, kau boleh meneruskan pekerjaanmu yang tertunda." ucap Nadia. Kini dia sedang duduk di taman samping villa sambil membaca sebuah majalah yang dia temukan tergeletak di atas meja. Pelayan yang tadi pun langsung mengundurkan dirinya setelah selesai menyimpan beberapa cemilan dan minuman untuk nyonyanya.Hari ini hari kedua Nadia beserta Arian menginap di villa, walau keduanya memiliki banyak waktu untuk bersama, tapi malah keduanya tak menggunakan waktu itu dengan baik, keduanya tetap saja menjaga jarak dan sibuk dengan urusan masing-masing."Ekhem." Nadia mengarahkan bola matanya ke sebelah sudut, dia melirik Arian yang sedang berdiri tak jauh dari tempatnya bersantai sekarang. Nadia tak terlalu menggubris kehadirannya, dia memilih fokus pada majalah di tangannya walau dia tak begitu tertarik dengan isinya.Arian melangkahkan kakinya dan duduk di kursi satunya lagi yang hanya terhalang oleh meja."Aku akan kem

    Last Updated : 2023-01-16
  • Diusir Dari Kampung, Dinikahi Sultan Tampan   9. Sedikit Healing

    Tris memasuki mobil kebali dengan raut bersalahnya. Dia menatap Nadia cukup lama sebelum akhirnya duduk menatap lurus kedepan.Nadia yang masih syok hanya terdiam, taapannya mengikuti mkbil truk yang tadi hampir saja bertabrakan dengan mobil yang dia tumpangi."Huuffttt, Triis... Sebenarnya kau ini kenapa ? Kenapa kamu gak konsentrasi ?" Ucap Nadia setelah mobil truk tadi tak terlihat lagi."Maafkan saya, nyonya. Sungguh, saya menyesal sudah lalai." Ucapnya tanpa menoleh Nadia mengusap wajahnya dengan lesu, lalu kemudian dia mempersilahkan Tris untuk melanjutkan perjalanan."Awas ! Kali ini kau harus hati-hati." "Baik nyonya !" Akhirnya perjalanan pun di lanjutkan, Nadia kini tak meiliki keinginan untuk terlelap, dia ikut menatap fokus ke depan.Setelah cukup lama, Tris pun menepikan mobilnya di bawah pohon yang begitu rimbun. Nadia masih memandangi sekeliling dari dalam mobil hingga akhirnya ucapan Tris membuyarkan kefokusan Nadia."Kita sudah sampai nyonya." "Oh, iya. Baiklah."

    Last Updated : 2023-01-21
  • Diusir Dari Kampung, Dinikahi Sultan Tampan   10. Kehebohan Sena

    Nadia tiba di rumah pada sore hari, tepat sebelum pukul 3 sore yang sudah Tris janjikan pada Sena, pelayan yang bertanggung jawab penuh untuk menemani dan melayani sang nyonya.Dengan senyuman yang mengembang, Nadia terus berjalan menuju kedalam vila, dia bahkan sesekali berdendang menyanyikan sebuah lagu. Sena yang melihat perubahan mood yang drastis pada sang nyonya pun tak bisa menahan dirinya untuk bertanya. Alhasil, saat Nadia hendak memutar knop pintu menuju kamar, Sena berusaha memanggil sang nyonya terlebih dulu."Nyonya... " Nadia langsung membalikkan badannya dan menatap Sena dengan sumringah."Ya ? Ada apa mbak ? Oh, mbak dari tadi ngikutin saya ya ? Aduh, maaf ya mbak, saya gak tau. Memangnya ada apa mbak ? Kayanya serius sekali." Tanyanya dengan wajah yang berseri-seri."Ehh, ini nyonya... Emmm, tadi nyonya sama tuan Tris pergi kemana ya ? Sampai-sampai begitu bahagia sepulang dari sana." Cerocosnya dengan lancar di sertai dengan cengiran khasnya.Jiwa kekepoan sang pelay

    Last Updated : 2023-01-22

Latest chapter

  • Diusir Dari Kampung, Dinikahi Sultan Tampan   51. End

    Beberapa bulan berlalu, kehidupan mereka kini sudah sangat baik, tak ada lagi gangguan yang berarti. Bahkan, entah kenapa Silvi dan Leni pun tak pernah lagi dengan sengaja menunjukkan dirinya. Hanya pernah sesekali tak sengaja berpapasan, dan mereka bersikap seolah tak saling mengenal. Hanya, Nadia masih dapat melihat ketidak sukaan merrka dalam tatapannya. Kehamilan Nadia sudah memasuki usia ke 5 bulan, membuat perutnya kian membuncit. Dia juga kini di larang untuk ikut andil di toko, hanya sekedar keluar dan menyaksikan kesibukan karyawan-karyawannya yang sudsh bertambah. Resti yang bertanggung jawab mengurus segalanya. Ponsel Nadia berdering, wanita itu pun dengan cepat merogoh tasnya dan menempelkan ponsel itu di telinganya. "Ya, mas ?""Kamu masih di toko ?""Iya, mas. Kenapa memangnya ?""Cepat pulang, ya ? Kakek mengajak kita berkumpul di rumah. Ini mas juga sedang di jalan, mau pulang." "Oh, baiklah."Sambungan terputus. Nadia langsung mencari Tris untuk mengajaknya kembal

  • Diusir Dari Kampung, Dinikahi Sultan Tampan   50. Modus !

    Semua bapak-bapak di belakang Arian hendak melayangkan ledekannya lagi. Namun, pak penghulu dengan segera mengangkat sebelah tangannya, membuat mereka urung mendebat pembelaan Arian. "Jadi, tuan ini menghamili nona ini ?" Tanya penghulu menunjuk Arian dan Silvi bergantian. "Tidak !""Iya, pak !" Jawab Silvi dan Arian bersamaan. Arian menatap Silvi dengan bengis. Sungguh, dia sangat muak dengan wanita itu. "Pak, saya sama sekali tidak melakukannya. Demi allah ! Saya sudah punya istri, dan saya mencintai istri saya."Sambil menunduk, Silvi menyembunyikan bibirnya yang mencebik mendengar ucapan Arian."Haha, zaman sekarang mah udah punya istri, kek. Udah punya suami, kek. Kalau otaknya konslet tetep aja nyari mangsa lagi. Ya gak ?" Tanya salah seorang bapak-bapak itu yang di sambut dengan tawa dari yang lainnya. Arian berdiri, dia sudah cukup sabar menghadapi sikap so tau mereka."Itu menurut orang yang otaknya konslet. Tapi, saya tidak seperti itu. Saya masih normal, otak saya mas

  • Diusir Dari Kampung, Dinikahi Sultan Tampan   49. Jebakan Silvi

    "Ini, inilah yang saya tadi ingin bicarakan sama kamu. Juli, dia tadi pagi masuk rumah sakit mendadak karena di temukan tak sadarkan diri di kamarnya. Tapi keadaannya sudah stabil tadi, makanya saya pergi bekerja. Tapi tadi, suster menelpon mengabari kondiri Juli yang kritis." "Ap-apa ?? Juli ?" Felix menjadi gugup. Raut kecemasan terlihat dengan jelas di wajahnya. "Saya ke rumah sakit dulu, permisi pak Arian, pak Felix." "Tunggu, pak ! Saya ikut !" Ucap Felix "Baiklah, ikuti saja mobil saya." Ucap Samsudin sambil sedikit berlari menuju keluar restoran.Felix dengan terburu-buru merogoh dompetnya dan menyerahkan beberapa lembar uang pada Arian. "Pak Arian, saya mohon maaf sekali karena harus meninggalkan anda. Ini, saya yang bayar." "Tidak usah, pak Felix. Saya mengerti kok.""Tidak papa, anggap saja ini sebagai permintaan maaf saya karena tak jadi menemani anda makan siang, padahal saya yang ngajak tadi. Sudah ya, syaa tifak punya banyak waktu. Sekali lagi saya minta maaf, dan

  • Diusir Dari Kampung, Dinikahi Sultan Tampan   48. Kembali Dengan Berbeda

    "Loh, itukan si Nadia ?" Gumam wanita tersebut dalam hati. "Sayang, kamu kenapa ?" Tanya Dev, pria tampan yang bersama dengan Silvi. Dari penampilannya, Dev seperti pria kaya lainnya, keren, rapi, dan juga terawat, lagipula, jika saja Dev bukan pria ber-uang, mana mungkin Silvi akan mau berhubungan dengannya. "Eh, eem... Aku mau ke toilet dulu deh sayang. Sebentar, ya ? Kamu tunggu saja di mobil.""Baiklah, jangan lama." Silvi tersenyum, Dev pun berjalan menuju parkiran meninggalkan Silvi. Silvi ternyata juga berkencan dengan Dev di resort itu. Setelah hatinya hancur kemarin karena Arian yang ternyata suami Nadia, Silvi langsung pergi mencari kesenangan ke club langganannya, dan disanalah dia bertemu dengan Dev. Perlahan Silvi mengendap-endap untuk melihat pasangan tersebut semakin dekat. "Oh shit ! Iya itu mereka ! Jadi mereka emang suami istri ?" Silvi mengumpat sambil menatap tak suka ke arah mereka.Pasangan yang serasi, mereka terlihat begitu bahagia satu sama lain. Aura k

  • Diusir Dari Kampung, Dinikahi Sultan Tampan   47. Surga Cinta

    Arian sudah keluar dari kamar mandi, kini giliran Nadia yang harus membersihkan tubuhnya dari air hujan yang sempat mengguyurnya beberapa saat lalu. Arian duduk di sofa, dia memesan beberapa cemilan dan juga minuman hangat pada petugas resort. Sambil menunggu pesanan tiba, Arian membuka ponselnya dan mendapatkan beberapa pesan. Hampir semuanya tentang pekerjaan, Arian sudah meminta sekretarisnya untuk menghendel pekerjaan selama dia berada disini. Gerakan jempolnya terhenti saat mendapati panggilan tak terjawab dari kakeknya. Aahh... Arian sampai lupa tidak memberitahukan pada kakeknya kemana mereka pergi. Arian menekan tombol panggil, dan tak menunggu lama akhirnya panggilan tersambung. "Halo ?" "Halo, kek.""Jadi, kemana kamu membawa cucu menantuku ?" Tanya Alex to the poin. Arian mendesah pelan, tadi dia hanya menitipkan pesan pada Tris, untuk memberitahukan pada kakeknya bahwa dirinya akan pulang sedikit terlambat bersama Nadia. Namun, dia tidak mengatakan tujuannya dan kapan

  • Diusir Dari Kampung, Dinikahi Sultan Tampan   46. Di Depan Air Terjun

    Di restoran yang masih termasuk di area resort, Arian dan Nadia sedang makan bersama di salah satu meja. Ada beberapa meja lain yang sama-sama terisi oleh pengunjung lain, namun tak mengurangi kenikmatan hidangan tersebut. Setelah Arian selesai membersihkan dirinya, keduanya langsung pergi keluar untuk makan siang yang sudah kesorean. Nadia maupun Arian menyantap makanannya dengan lahap tanpa ada perbincangan saking sudah laparnya, hingga tak butuh waktu lama untuk mereka berdua menghabiskan semua menu yang tersaji di meja. "Ayo !" Ucap Arian setelah selesai mengelap bibirnya menggunakan tissue. "Mau kemana lagi, mas ?" Tanya Nadia setelah meneguk habis minumannya. "Kemana saja, jalan-jalan." Ucapnya yang segera berdiri dan menarik tangan Nadia. Nadia pun menurut dan hanya mengikuti langkah sang suami saja. Dia benar-benar tida menyangka, kalau ternyata Arian Trisatya, seorang pria yang terkenal dingin dan acuh itu memiliki sisi yang berbeda. Nadia melihat suaminya kini seperti pr

  • Diusir Dari Kampung, Dinikahi Sultan Tampan   45. Gara-Gara Tas

    Setelah perjalanan selama setengah jam, akhirnya mereka tiba di sebuah Resort yang Resti katakan tadi. Bangjnan itu cukup luas dan terlihat sangat nyaman. Walaupun tidak terlihat mewah, karena resort itu memberikan tampilan bernuansa pedesaan atau pantai.Arian tak berkata apa-apa, dia langsung meraih tangan Nadia dan menarik istrinya itu untuk mengikuti langkahnya. Arian langsung menuju resepsionis, setelah semua keperluannya selesai, mereka langsung menuju kamar yang sudah menjadi milik mereka untuk beberapa hari kedepan."Tuan, apa saya tidak salah dengar tadi ?" Tanya Nadia sambil berjalan menuju kamar mereka. "Apanya yang salah ?""Tiga hari ? Anda akan menginap disini selama tiga hari ?""Ya, seperti yang kamu dengar. Kenapa ?" Arian membuka pintu, terlihat sebuah ruangan yang cukup luas dan sangat bersih di dalamnya. Awal masuk mereka seperti di sambut oleh ruang tamu mini yang hanya terdapat sofa panjang dan meja kecil. Nadia terpana, dia melepaskan pegangan tangan Arian dan

  • Diusir Dari Kampung, Dinikahi Sultan Tampan   44. Resort

    "Ibu !" "Diam kamu !" Leni mengusap wajahnya dengan lesu, sedangkan Silvi masih terus merengek sambil menggerak-gerakkan kakinya asal."Hiks, tuan tampan itu ternyata suaminya Nadia. Ibu, aku tidan percaya semua ini... Pasti dia berbohong kan ? Bagaimana Nadia bisa menikahi pria sultan sepertinya ?" "Yah, ibu juga tidak bisa percaya ini. Tiba-tiba saja pria itu datang dan menyebut Nadia sebagai istrinya. Ini sangat tidak masuk akal.""Ibu... Apa yang harus kita lakukan sekarang ? Kalaupun itu bohong, aku ingin memperjuangkan cintaku, dimana dia tinggal ?" "Silvi, tenanglah dulu. Jangankan tempat tinggal, namanya saja kita tidak tau."***Sepasang suami istri itu baru sampai di toko, sepanjang perjalanan, keduanya sama-sama larut dalam fikirannya masing-masing. Nadia menatap Arian yang masih fokus menatap kedepan. Ada perasaan hangat yang menelusup kedalam dadanya, ucapan Arian tadi di depan Leni dan Silvi terus terngiang-ngiang di telinganya. Arian langsung menepikan mobil, melih

  • Diusir Dari Kampung, Dinikahi Sultan Tampan   43. Dia Adalah Istri Saya

    Nadia menanggapi sikap ibu tirinya dengan senyuman sinis sambil menggelengkan kepalanya. Bisa-bisanya dia masih bersikap keras seperti ini setelah semuanya terbukti. "Ibu, kenapa ibu malah balik marah ? Harusnya aku loh yang marah disini, kenapa ibu merebut peranku ?" Tanya Nadia masih santai. Leni semakin tersulut emosi melihat sikap Nadai yang seolah mengejeknya. "Dasar kamu ya... Anak gak tau diuntung !" Leni bergerak cepat hendak menyerang Nadia. Namun, Nadia berhasil menghindar tepat waktu. "Kalian sungguh tidak tau terima kasih, sudah untung aku tidak menjebloskan kalian ke penjara. Tapi lihatlah, apa yang kalian lakukan untuk membalas kebaikanku itu. Bahkan kamu bertindak kasar. Jika aku mau, aku bisa melaporkan kamu ke polisi debgan dua kasus sekaligus !" Leni semakin marah, tapi dia tak kunjung bertindak. Dia hanya berdiri mematung sambil menatap Nadia dengan penuh kebencian, dadanya pun terlihat kembang kempis karena amarahnya. "Silvi ! Ambil laptopnya, kita harus meng

DMCA.com Protection Status