Share

4. Persiapan

Author: UmmiNH
last update Last Updated: 2022-12-05 12:56:38

Tuan Alex yang sedari tadi hanya terbengong menatap kedatangan cucunya itu pun langsung bangkit dan merangkul.

"Ariaan... Kau sudah pulang, nak. Kenapa tak bilang kalau mau pulang hari ini ?" tanya tuan Alex dengan bahagia.

Cucunya itu pun membalas pelukannya dan mengabaikan gadis di antara mereka. 

"Maaf, kakek. Arian tak sempat memberi kabar." ucapnya

Tuan Alex melerai pelukan, dia terlihat begitu senang dan wajahnya pun tak henti-hentinya menampilkan senyuman.

"Kakek sangat senang sekali, jadi sudah jelas ya semuanya ? Kita harus segera bersiap-siap untuk mengadakan pernikahan kalian. Ayo, Nadia, kita ke dalam." ucap tuan Alex yang kemudian merangkul Arian dan Nadia dengan penuh kebahagiaan.

'Apa ? Pernikahan ? Inii... Ini sungguhan ?' Nadia yang sedari tadi hanya terbengong mendengar ucapan tuan Alex pun hanya bisa beetanya-tanya dalam hati tanpa berani berkata. 

'Aku sangat tak percaya, tiba-tiba saja aku harus menikah, dengan pria yang... Ah ! Mereka langsung berpesta tanpa mendengarkan pendapatku terlebih dulu. Tapi, memangnya aku bisa berbuat apa ? Sedangkan ini semua pun buah dari perkataan ayah dulu.' Nadia terus menggerutu dalam hati.

Wanita mana yang menginginkan pernikahan tanpa cinta ? Mungkin bagi wanita lain hal itu tak terlalu jadi masalah selama sang pria kaya dan tampan, tapi bagi Nadia berbeda, dia selalu memimpikan pernikahan yang begitu harmonis penuh dengan cinta dan kasih sayang, jelas apa yang akan di jalaninya begitu menyimpang dari mimpinya. 

Nadia sibuk dengan fikirannya sendiri, sedangkan tuan Alex sudah memanggil seluruh pelayan untuk mempersiapkan segalanya. Pernikahan yang sudah begitu di dambakan takkan disia-siakan, bahkan tuan Alex mengumumkan hari pernikahan Nadia dan Arian akan berlangsung satu minggu lagi dari sekarang.

Nadia yang masih sibuk dengan hati dan fikirannya tak menyimak, dia hanya duduk menunduk sambil menarik rambut depannya kesamping. Kepalanya terasa ingin pecah menghadapi garis hidupnya ini.

Dia tak sengaja mengarahkan pandangannya pada sosok pria di kursi sampingnya, pria itu terlihat begitu santai menonton keributan yang di ciptakan sang kakek. Seolah bukan dirinyalah pemeran utama dalam keributan ini.

Nadia mencebik, tanpa dia sadari sepasang mata pria itu tengah menatapnya yang membuat Nadia langsung memalingkan wajahnya ke arah lain. Dia sedikit bergidik, mengingat tatapan pria itu yang begitu tajam dan bahkan sampai terasa menembus jantungnya.

'Sepertinya kemalanganku akan semakin memprihatinkan mulai sekarang.' ucapnya dalam hati.

Seluruh pelayan bersorak, raut kebahagiaan terlihat dengan jelas dari wajah merkea. Tentu saja kabar pernikahan tuan muda mereka menjadi salah satu kabar baik, karena dengan begitu rumah utama tidak lama lagi akan menjadi hangat dengan tangisan bayi, akan hadirnya sang penerus dari tuan Alex. Namun itu semua masih menjadi misteri yang tidak ada satu orangpun tau kapan semua itu akan terjadi.

"Kek, Arian ke kamar dulu ..." ucap pria itu 

"Oh, iya. Kau istirahatlah. Kau baru pulang, Arian. Biarkan semua persiapan biar kakek yang urus." ucap tuan Alex dengan menepuk dada kanannya.

"Kek, jangan kecapean. Biarkan pelayan saja yang mengurusnya. Kasih tugas pada Abhy, dia pasti bisa di andalkan untuk mengurus segalanya." ucap Arian dengan tenang.

"Tidak papa, sudah lama kakek ingin cape seperti ini. Nanti kakek panggil Abhy untuk ikut membantu." ucap tuan Alex sambil tertawa kecil.

"Ya sudah, terserah kakek." 

Pria itu pun berlalu begitu saja dan langsung menaiki tangga menuju kamarnya, dia bahkan tak menyempatkan menoleh pada Nadia barang sedetikpun, membuat Nadia merasa kalau pria itu tak menganggap kehadirannya.

'Ya ampuun... Pantas saja semua wanita marah dan kesal pada pria itu, ternyata sikapna begitu menyebalkan. Semoga aku kuat menghadapinya. Seumur hidup..." Nadia meringis saat mengatakan kata-kata terakhirnya itu.

"Nadia..." ucap tuan Alex membuat Nadia tersentak.

"Eh, iya tuan ?" 

"Kamu juga beristirahatlah. Nanti kamu akan pergi jalan-jalan di temani oleh Fariza. Sekarang kau istirahatlah lebih dulu di kamar." ucap tuan Alex memberi perintah.

Nadia tak banyak bertanya, dia hanya mengangguk dan berlalu ke kamarnya. Entah dia akan di bawa jalan-jalan kemana dan untuk apa dia sungguh tak tau dan tak mau tau. Sepertinya dia harus siap-siap menjalani semua ini dengan benar-benar berlapang dada. Kehidupannya kini bukan hanya miliknya sendiri.

Nadia masuk ke dalam kamarnya, merebahkan dirinya di atas kasur empuknya, merentangkan kedua tangannya dan menatap langit-langit kamar.

"Ayah... Apa ini sebuah titipan darimu ? Tanpa sengaja kau memilihkan seseorang untukku setelah kepergianmu. Walaupun orang itu sepertinya tak mengharapkanku." gumam Nadia sebelum kesadarannya melayang.

"Nonaa... Nona banguun..." 

Nadia menggeliat dan mengucek matanya, dia sedikit terkejut mendapati orang lain berada di dalam kamarnya. 

"Kau sedang apa disini ?" tanya Nadia

"Maaf nona, saya membangunkan nona karena ini sudah waktunya saya mengajak nona jalan-jalan keluar." ucap Fariza membuat Nadia mengerutkan dahinya.

"Memangnya kita akan kemana ? Apa penting sekali untuk keluar ?" 

"Tentu saja nona, kita akan ke salon, ke mall, dan tempat-tempat lain untuk membeli keperluan nona, supaya semuanya sesuai dengan selera nona." ucap Fariza dengan antusias.

"Ke salon ? Belanja ? Untuk apa ?" tanya Nadia semakin bingung. Fariza menepuk kaningnya, dia pun mendekati nonanya dan menatapnya dengan lekat.

"Nona, nona sebentar lagi akan menikah dengan tuan muda. Apa nona tidak mendengar tuan besar tadi ? Yang mengumumkan pernikahan kalian akan berlangsung seminggu lagi ?"

"Hah ? Seminggu ?" 

Nadia sedikit menjerit hingga Fariza terjungkal ke belakang saking terkejutnya.

"Aduuhh, nona kenapa kaget begitu ?" tanya Fariza sambil mengusap-usap pantatnya yang sakit akibat terjatuh ke lantai.

"Seminggu lagi ? Apa aku gak salah dengar, Fariza ?" tanya Nadia masih dengan mulut menganga.

"Nona, anda ini kenapa ? Sepertinya nona tidak mendengarkannya tadi, yah ? Seharusnya nona mengetahuinya, mengingat ini pun pernikahan nona ?" 

"Tidak, ini bukan pernikahanku. Ini pernikahan tuan Alex dan cucunya." ucap Nadia dengan ketus.

Fariza melotot, dia mengejar nona nya yang hendak mendekati lemari.

"Apa ?? Pernikahan ... ?? Ah, nona ini ada-ada saja." ucapnya yang di balas sunggingan bibir dari Nadia.

Nadia sudah bersiap, dia bersama Fariza pun  keluar rumah dan langsung masuk ke dalam mobil. 

Nadia hanya menurut saja kemana Fariza menarik tangannya. Berbeda dengan Nadia yang begitu malas, Fariza malah menjadi yang paling bersemangat dalam segala hal.

Sore hari pun tiba, langit  yang cerah sudah berganti menjadi gelap. Nadia serta Fariza baru pulang ke rumah utama, Fariza begitu repot membawa banyak sekali barang belanjaan di tangan kanan dan kirinya, belum lagi sebagian yang di bawakan oleh sang supir. 

"Huh, ini pegal sekali." ucap Fariza begitu dia menyimpan semua barang bawaannya di atas meja ruang keluarga. 

"Tadi aku ingin membantu kau tak memberikannya." ucap Nadia menatap Fariza yang sedang mengurut pelan tangannya sendiri. 

"Hehe, tidak papa nona, saya senang kok." 

'Semua orang sangat bahagia menyambut hari pernikahan itu, apakah aku pun harus bahagia seperti mereka ? Walau semua ini hanya demi tuan Alex, tapi ini benar-benar pernikahanku.' batin Nadia berkata.

Related chapters

  • Diusir Dari Kampung, Dinikahi Sultan Tampan   5. Hari Pernikahan

    Hari - hari sudah berganti, seminggu itu waktu yang sangat singkat, semua para tamu sudah memenuhi ruangan di rumah utama. Tuan Alex sengaja menggelar pesta resepsi di rumah, karena supaya lebih berkesan dan terdapat kenangan.Nadia masih terdiam di dalam kamar, dia sudah selesai di rias dengan sedemikian rupa."Nona, nona sangat cantik sekali." puji Fariza dengan sta berbinar.Nadia tersenyum kecut, entah itu memang tulus atau hanya untuk menghibur dirinya, Nadia tak ingin menatap pantulan dirinya di cermin."Ayo nona, kita sudah di tunggu semua orang di bawah." ucap Fariza.Nadia menghirup udara dalam-dalam dan kemudian menghembuskannya."Ayo."ucap Nadia menoleh pada Fariza yang sedang tersenyum lebar."Nona gugup ya ? Itu biasa non, katanya sih. Saya kan belum menikah, hihi." "Emm,, tidak. Ayo." Fariza pun menuntun Nadia keluar dari kamar dan mendekati tangga, Nadia tertegun menatap tamu yang kini sudah memenuhi ruangan. Nadia semakin gugup, dia menelan ludah dengan susah payah

    Last Updated : 2022-12-06
  • Diusir Dari Kampung, Dinikahi Sultan Tampan   6. Kesan Pertama

    Pagi pun tiba, sang surya telah menunjukkan wujudnya dan merangkak semakin tinggi. Sinar lembut sang surya menembus tirai yang masih tertutup rapat, di ruangan teesebut suasananya masih begitu sepi, menunjukkan para penghuninya masih belum terjaga dari tidur lelapnya.Nadia menggeliat dan mengucek matanya, dia merasakan silau dari cahaya yang menembus tirainya itu. "Ya ampun, udah siang sekali." ucap Nadia dengan terkejut saat melihat suasana di balik tirai jendelanya yang sudah sangat cerah terpapar sinar matahari. Nadia langsung turun dari ranjang dan mengambil handuk, dia dengan terburu-buru masuk ke dalam kamar mandi dan segera membersihkan diri. Setelah selesai, Nadia pun segera mendekati lemari dan memilih pakaiannya, saat Nadia hendak mengenakan pakaian dalamnya, Nadia terkejut saat mendengar suara pergerakan dari belakangnya. Nadia dengan seketika langsung memutar tubuhnya, matanya langsung terbelalak saat mendapati Arian sedang duduk bersandar di atas ranjang sambil mengu

    Last Updated : 2022-12-26
  • Diusir Dari Kampung, Dinikahi Sultan Tampan   7. Di Villa

    Pagi ini Nadia dan Arian pergi ke suatu tempat. Tentu saja bukan insiatif Arian, melainkan perintah dari sang kakek yang tidak pernah di tentang sama sekali."Kita mau kemana ?" tanya Nadia dengan ketus.Arian yang sedang menyetir mobil pun menoleh sejenak lalu kembali fokus pada jalanan di depannya. "Ke Villa Mukti. Seperti perintah kakek." jawab Arian."Tapi apa itu jauh sekali ? Kenapa kita sampai membawa koper ? Kakek seakan mengusir kita." "Memang sangat jauh." jawab Arian lagi dengan begitu singkat dan padat. Nadia mendengus kesal, dia pun memilih untuk diam dan sibuk dengan fikirannya sendiri. "Apa yang kakek fikirkan ? Sehingga dia mengirimku bulan madu segala. Ah, astaga ! Bagaimana nasibku nanti disana yang hanya berdua dengan pria ini. Semoga saja banyak hiburan yang bisa menghiburku selama disana."Arian melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Lama kelamaan mobil itu melewati jalanan yang semakin asing dan sunyi seanjang perjalanan pun hanya di penuhi dengan pohon-

    Last Updated : 2023-01-04
  • Diusir Dari Kampung, Dinikahi Sultan Tampan   8. Sedikit Perhatian

    "Apa anda membutuhkan yang lainnya nyonya ?" tanya seorang pelayan."Tidak, kau boleh meneruskan pekerjaanmu yang tertunda." ucap Nadia. Kini dia sedang duduk di taman samping villa sambil membaca sebuah majalah yang dia temukan tergeletak di atas meja. Pelayan yang tadi pun langsung mengundurkan dirinya setelah selesai menyimpan beberapa cemilan dan minuman untuk nyonyanya.Hari ini hari kedua Nadia beserta Arian menginap di villa, walau keduanya memiliki banyak waktu untuk bersama, tapi malah keduanya tak menggunakan waktu itu dengan baik, keduanya tetap saja menjaga jarak dan sibuk dengan urusan masing-masing."Ekhem." Nadia mengarahkan bola matanya ke sebelah sudut, dia melirik Arian yang sedang berdiri tak jauh dari tempatnya bersantai sekarang. Nadia tak terlalu menggubris kehadirannya, dia memilih fokus pada majalah di tangannya walau dia tak begitu tertarik dengan isinya.Arian melangkahkan kakinya dan duduk di kursi satunya lagi yang hanya terhalang oleh meja."Aku akan kem

    Last Updated : 2023-01-16
  • Diusir Dari Kampung, Dinikahi Sultan Tampan   9. Sedikit Healing

    Tris memasuki mobil kebali dengan raut bersalahnya. Dia menatap Nadia cukup lama sebelum akhirnya duduk menatap lurus kedepan.Nadia yang masih syok hanya terdiam, taapannya mengikuti mkbil truk yang tadi hampir saja bertabrakan dengan mobil yang dia tumpangi."Huuffttt, Triis... Sebenarnya kau ini kenapa ? Kenapa kamu gak konsentrasi ?" Ucap Nadia setelah mobil truk tadi tak terlihat lagi."Maafkan saya, nyonya. Sungguh, saya menyesal sudah lalai." Ucapnya tanpa menoleh Nadia mengusap wajahnya dengan lesu, lalu kemudian dia mempersilahkan Tris untuk melanjutkan perjalanan."Awas ! Kali ini kau harus hati-hati." "Baik nyonya !" Akhirnya perjalanan pun di lanjutkan, Nadia kini tak meiliki keinginan untuk terlelap, dia ikut menatap fokus ke depan.Setelah cukup lama, Tris pun menepikan mobilnya di bawah pohon yang begitu rimbun. Nadia masih memandangi sekeliling dari dalam mobil hingga akhirnya ucapan Tris membuyarkan kefokusan Nadia."Kita sudah sampai nyonya." "Oh, iya. Baiklah."

    Last Updated : 2023-01-21
  • Diusir Dari Kampung, Dinikahi Sultan Tampan   10. Kehebohan Sena

    Nadia tiba di rumah pada sore hari, tepat sebelum pukul 3 sore yang sudah Tris janjikan pada Sena, pelayan yang bertanggung jawab penuh untuk menemani dan melayani sang nyonya.Dengan senyuman yang mengembang, Nadia terus berjalan menuju kedalam vila, dia bahkan sesekali berdendang menyanyikan sebuah lagu. Sena yang melihat perubahan mood yang drastis pada sang nyonya pun tak bisa menahan dirinya untuk bertanya. Alhasil, saat Nadia hendak memutar knop pintu menuju kamar, Sena berusaha memanggil sang nyonya terlebih dulu."Nyonya... " Nadia langsung membalikkan badannya dan menatap Sena dengan sumringah."Ya ? Ada apa mbak ? Oh, mbak dari tadi ngikutin saya ya ? Aduh, maaf ya mbak, saya gak tau. Memangnya ada apa mbak ? Kayanya serius sekali." Tanyanya dengan wajah yang berseri-seri."Ehh, ini nyonya... Emmm, tadi nyonya sama tuan Tris pergi kemana ya ? Sampai-sampai begitu bahagia sepulang dari sana." Cerocosnya dengan lancar di sertai dengan cengiran khasnya.Jiwa kekepoan sang pelay

    Last Updated : 2023-01-22
  • Diusir Dari Kampung, Dinikahi Sultan Tampan   11. Why ?

    Pagi buta sekali Tris sudah bersiap dengan segalanya. Barang-brang beserta baju-bajunya sudah dia kemas dan di masukan kedalam tas besar miliknya, rencananya dia pagi ini akan mengundurkan diri pada sang tuan. Ya, walupun dia baru sehari bekerja disana."Mau bagaimana lagi ? Aku yakin inilah jalan terbaik untukku." Gumamnya sambil menatap cermin. Sedangkan di ruangan lain, Nadia baru mendapatkan setengah kesadarannya dari tidur lelapnya. Dia merasakan sesuatu yang begitu hangat dan nyaman dalam dekapannya, membuanya semakin enggan untuk membuka mata. Nadia mengeratkan pelukannya pada guling kesayangannya itu, tapii... "Eh, tunggu ! Kenapa ini berat sekali ?" Gumamnya saat dia kesusahan dalam mencoba mengangkat guling tersebut, dia pun mengerytkan keningnya sambil meraba-rabakan tangannya ke sesuatu dalam dekapannya itu. "Kenapa rasanya berbeda ?" Tanyanya masih dalam hati. Hingga akhirnya gerakannya itu membuat seseorang dalam dekapannya seketika bergerak dan bergumam tak jelas.

    Last Updated : 2023-01-22
  • Diusir Dari Kampung, Dinikahi Sultan Tampan   12. Kembali Ke Rumah Utama

    Setelah selesai menonton para pelayan yang sedang menyiapkan sarapan, Nadia pun berjalan menaiki tangga, bersiap untuk mengetok pintu kamar.Tuk tuk tuk"Tuan..." panggilnya. Namun tak ada jawaban apapun dari dalam. "Ah, mungkin tuan masih di kamar mandi." Gumamnya. Nadia pun memilih untuk masuk kedalam, benar saja kalau suaminya itu tidak terlihat. Nadia pun mendekati tempat tidur yang masih berantakan dan membereskannya. Tak lupa dia juga membuka tirai dan jendela, ah lebih tepatnya pintu kaca karena memang kacanya lebar dan panjang dari atas hingga lantai. Nadia mengayunkan kakinya keluar, dia berdiri sambil berpegangan pada pagar di tepi balkon itu. Angin sepoi-sepoi menerpa rambut panjangnya yang terurai bebas. Nadia terbuai, dia merentangkan kedua tangannya sambil memejamkan mata."Sungguh, udara pagi yang segar sekali. Tak ada polusi yang mencampurinya sama sekali, masih begitu murni dan menyegarkan." Gumamnya masih dengan menutup mata. Arian yang melihat tingkah Nadia hanya

    Last Updated : 2023-01-24

Latest chapter

  • Diusir Dari Kampung, Dinikahi Sultan Tampan   51. End

    Beberapa bulan berlalu, kehidupan mereka kini sudah sangat baik, tak ada lagi gangguan yang berarti. Bahkan, entah kenapa Silvi dan Leni pun tak pernah lagi dengan sengaja menunjukkan dirinya. Hanya pernah sesekali tak sengaja berpapasan, dan mereka bersikap seolah tak saling mengenal. Hanya, Nadia masih dapat melihat ketidak sukaan merrka dalam tatapannya. Kehamilan Nadia sudah memasuki usia ke 5 bulan, membuat perutnya kian membuncit. Dia juga kini di larang untuk ikut andil di toko, hanya sekedar keluar dan menyaksikan kesibukan karyawan-karyawannya yang sudsh bertambah. Resti yang bertanggung jawab mengurus segalanya. Ponsel Nadia berdering, wanita itu pun dengan cepat merogoh tasnya dan menempelkan ponsel itu di telinganya. "Ya, mas ?""Kamu masih di toko ?""Iya, mas. Kenapa memangnya ?""Cepat pulang, ya ? Kakek mengajak kita berkumpul di rumah. Ini mas juga sedang di jalan, mau pulang." "Oh, baiklah."Sambungan terputus. Nadia langsung mencari Tris untuk mengajaknya kembal

  • Diusir Dari Kampung, Dinikahi Sultan Tampan   50. Modus !

    Semua bapak-bapak di belakang Arian hendak melayangkan ledekannya lagi. Namun, pak penghulu dengan segera mengangkat sebelah tangannya, membuat mereka urung mendebat pembelaan Arian. "Jadi, tuan ini menghamili nona ini ?" Tanya penghulu menunjuk Arian dan Silvi bergantian. "Tidak !""Iya, pak !" Jawab Silvi dan Arian bersamaan. Arian menatap Silvi dengan bengis. Sungguh, dia sangat muak dengan wanita itu. "Pak, saya sama sekali tidak melakukannya. Demi allah ! Saya sudah punya istri, dan saya mencintai istri saya."Sambil menunduk, Silvi menyembunyikan bibirnya yang mencebik mendengar ucapan Arian."Haha, zaman sekarang mah udah punya istri, kek. Udah punya suami, kek. Kalau otaknya konslet tetep aja nyari mangsa lagi. Ya gak ?" Tanya salah seorang bapak-bapak itu yang di sambut dengan tawa dari yang lainnya. Arian berdiri, dia sudah cukup sabar menghadapi sikap so tau mereka."Itu menurut orang yang otaknya konslet. Tapi, saya tidak seperti itu. Saya masih normal, otak saya mas

  • Diusir Dari Kampung, Dinikahi Sultan Tampan   49. Jebakan Silvi

    "Ini, inilah yang saya tadi ingin bicarakan sama kamu. Juli, dia tadi pagi masuk rumah sakit mendadak karena di temukan tak sadarkan diri di kamarnya. Tapi keadaannya sudah stabil tadi, makanya saya pergi bekerja. Tapi tadi, suster menelpon mengabari kondiri Juli yang kritis." "Ap-apa ?? Juli ?" Felix menjadi gugup. Raut kecemasan terlihat dengan jelas di wajahnya. "Saya ke rumah sakit dulu, permisi pak Arian, pak Felix." "Tunggu, pak ! Saya ikut !" Ucap Felix "Baiklah, ikuti saja mobil saya." Ucap Samsudin sambil sedikit berlari menuju keluar restoran.Felix dengan terburu-buru merogoh dompetnya dan menyerahkan beberapa lembar uang pada Arian. "Pak Arian, saya mohon maaf sekali karena harus meninggalkan anda. Ini, saya yang bayar." "Tidak usah, pak Felix. Saya mengerti kok.""Tidak papa, anggap saja ini sebagai permintaan maaf saya karena tak jadi menemani anda makan siang, padahal saya yang ngajak tadi. Sudah ya, syaa tifak punya banyak waktu. Sekali lagi saya minta maaf, dan

  • Diusir Dari Kampung, Dinikahi Sultan Tampan   48. Kembali Dengan Berbeda

    "Loh, itukan si Nadia ?" Gumam wanita tersebut dalam hati. "Sayang, kamu kenapa ?" Tanya Dev, pria tampan yang bersama dengan Silvi. Dari penampilannya, Dev seperti pria kaya lainnya, keren, rapi, dan juga terawat, lagipula, jika saja Dev bukan pria ber-uang, mana mungkin Silvi akan mau berhubungan dengannya. "Eh, eem... Aku mau ke toilet dulu deh sayang. Sebentar, ya ? Kamu tunggu saja di mobil.""Baiklah, jangan lama." Silvi tersenyum, Dev pun berjalan menuju parkiran meninggalkan Silvi. Silvi ternyata juga berkencan dengan Dev di resort itu. Setelah hatinya hancur kemarin karena Arian yang ternyata suami Nadia, Silvi langsung pergi mencari kesenangan ke club langganannya, dan disanalah dia bertemu dengan Dev. Perlahan Silvi mengendap-endap untuk melihat pasangan tersebut semakin dekat. "Oh shit ! Iya itu mereka ! Jadi mereka emang suami istri ?" Silvi mengumpat sambil menatap tak suka ke arah mereka.Pasangan yang serasi, mereka terlihat begitu bahagia satu sama lain. Aura k

  • Diusir Dari Kampung, Dinikahi Sultan Tampan   47. Surga Cinta

    Arian sudah keluar dari kamar mandi, kini giliran Nadia yang harus membersihkan tubuhnya dari air hujan yang sempat mengguyurnya beberapa saat lalu. Arian duduk di sofa, dia memesan beberapa cemilan dan juga minuman hangat pada petugas resort. Sambil menunggu pesanan tiba, Arian membuka ponselnya dan mendapatkan beberapa pesan. Hampir semuanya tentang pekerjaan, Arian sudah meminta sekretarisnya untuk menghendel pekerjaan selama dia berada disini. Gerakan jempolnya terhenti saat mendapati panggilan tak terjawab dari kakeknya. Aahh... Arian sampai lupa tidak memberitahukan pada kakeknya kemana mereka pergi. Arian menekan tombol panggil, dan tak menunggu lama akhirnya panggilan tersambung. "Halo ?" "Halo, kek.""Jadi, kemana kamu membawa cucu menantuku ?" Tanya Alex to the poin. Arian mendesah pelan, tadi dia hanya menitipkan pesan pada Tris, untuk memberitahukan pada kakeknya bahwa dirinya akan pulang sedikit terlambat bersama Nadia. Namun, dia tidak mengatakan tujuannya dan kapan

  • Diusir Dari Kampung, Dinikahi Sultan Tampan   46. Di Depan Air Terjun

    Di restoran yang masih termasuk di area resort, Arian dan Nadia sedang makan bersama di salah satu meja. Ada beberapa meja lain yang sama-sama terisi oleh pengunjung lain, namun tak mengurangi kenikmatan hidangan tersebut. Setelah Arian selesai membersihkan dirinya, keduanya langsung pergi keluar untuk makan siang yang sudah kesorean. Nadia maupun Arian menyantap makanannya dengan lahap tanpa ada perbincangan saking sudah laparnya, hingga tak butuh waktu lama untuk mereka berdua menghabiskan semua menu yang tersaji di meja. "Ayo !" Ucap Arian setelah selesai mengelap bibirnya menggunakan tissue. "Mau kemana lagi, mas ?" Tanya Nadia setelah meneguk habis minumannya. "Kemana saja, jalan-jalan." Ucapnya yang segera berdiri dan menarik tangan Nadia. Nadia pun menurut dan hanya mengikuti langkah sang suami saja. Dia benar-benar tida menyangka, kalau ternyata Arian Trisatya, seorang pria yang terkenal dingin dan acuh itu memiliki sisi yang berbeda. Nadia melihat suaminya kini seperti pr

  • Diusir Dari Kampung, Dinikahi Sultan Tampan   45. Gara-Gara Tas

    Setelah perjalanan selama setengah jam, akhirnya mereka tiba di sebuah Resort yang Resti katakan tadi. Bangjnan itu cukup luas dan terlihat sangat nyaman. Walaupun tidak terlihat mewah, karena resort itu memberikan tampilan bernuansa pedesaan atau pantai.Arian tak berkata apa-apa, dia langsung meraih tangan Nadia dan menarik istrinya itu untuk mengikuti langkahnya. Arian langsung menuju resepsionis, setelah semua keperluannya selesai, mereka langsung menuju kamar yang sudah menjadi milik mereka untuk beberapa hari kedepan."Tuan, apa saya tidak salah dengar tadi ?" Tanya Nadia sambil berjalan menuju kamar mereka. "Apanya yang salah ?""Tiga hari ? Anda akan menginap disini selama tiga hari ?""Ya, seperti yang kamu dengar. Kenapa ?" Arian membuka pintu, terlihat sebuah ruangan yang cukup luas dan sangat bersih di dalamnya. Awal masuk mereka seperti di sambut oleh ruang tamu mini yang hanya terdapat sofa panjang dan meja kecil. Nadia terpana, dia melepaskan pegangan tangan Arian dan

  • Diusir Dari Kampung, Dinikahi Sultan Tampan   44. Resort

    "Ibu !" "Diam kamu !" Leni mengusap wajahnya dengan lesu, sedangkan Silvi masih terus merengek sambil menggerak-gerakkan kakinya asal."Hiks, tuan tampan itu ternyata suaminya Nadia. Ibu, aku tidan percaya semua ini... Pasti dia berbohong kan ? Bagaimana Nadia bisa menikahi pria sultan sepertinya ?" "Yah, ibu juga tidak bisa percaya ini. Tiba-tiba saja pria itu datang dan menyebut Nadia sebagai istrinya. Ini sangat tidak masuk akal.""Ibu... Apa yang harus kita lakukan sekarang ? Kalaupun itu bohong, aku ingin memperjuangkan cintaku, dimana dia tinggal ?" "Silvi, tenanglah dulu. Jangankan tempat tinggal, namanya saja kita tidak tau."***Sepasang suami istri itu baru sampai di toko, sepanjang perjalanan, keduanya sama-sama larut dalam fikirannya masing-masing. Nadia menatap Arian yang masih fokus menatap kedepan. Ada perasaan hangat yang menelusup kedalam dadanya, ucapan Arian tadi di depan Leni dan Silvi terus terngiang-ngiang di telinganya. Arian langsung menepikan mobil, melih

  • Diusir Dari Kampung, Dinikahi Sultan Tampan   43. Dia Adalah Istri Saya

    Nadia menanggapi sikap ibu tirinya dengan senyuman sinis sambil menggelengkan kepalanya. Bisa-bisanya dia masih bersikap keras seperti ini setelah semuanya terbukti. "Ibu, kenapa ibu malah balik marah ? Harusnya aku loh yang marah disini, kenapa ibu merebut peranku ?" Tanya Nadia masih santai. Leni semakin tersulut emosi melihat sikap Nadai yang seolah mengejeknya. "Dasar kamu ya... Anak gak tau diuntung !" Leni bergerak cepat hendak menyerang Nadia. Namun, Nadia berhasil menghindar tepat waktu. "Kalian sungguh tidak tau terima kasih, sudah untung aku tidak menjebloskan kalian ke penjara. Tapi lihatlah, apa yang kalian lakukan untuk membalas kebaikanku itu. Bahkan kamu bertindak kasar. Jika aku mau, aku bisa melaporkan kamu ke polisi debgan dua kasus sekaligus !" Leni semakin marah, tapi dia tak kunjung bertindak. Dia hanya berdiri mematung sambil menatap Nadia dengan penuh kebencian, dadanya pun terlihat kembang kempis karena amarahnya. "Silvi ! Ambil laptopnya, kita harus meng

DMCA.com Protection Status