Share

Diusir Dari Kampung, Dinikahi Sultan Tampan
Diusir Dari Kampung, Dinikahi Sultan Tampan
Penulis: UmmiNH

1. Perjalanan Ke Kota

Penulis: UmmiNH
last update Terakhir Diperbarui: 2022-12-04 21:32:00

Di dalam bus yang begitu padat, penumpang sampai berdesak-desakan dalam memilih tempat. Di kursi paling kiri terdapat seorang gadis yang sedang tercenung, memisahkan diri dari keributan yang terjadi disana. Nadia, seorang gadis berusia 19 tahun.

Dalam fikirannya terus berputar kejadian-kejadian yang baru beberapa jam dia alami di kampung halamannya.

Dua hari lalu sang ayah meninggal, meninggalkannya bersama ibu dan saudari tirinya yang tak menyukainya.

"Heh.. Anak sebatang kara kaya kamu gak bakalan ada yang mau mungut, udah jelek, gak ada keahlian sama sekali. Gak bisa hasilin duit." bentak sang ibu tiri.

"Jangan pernah membantah apapun yang kami suruh, karena gak ada yang bakalan nolongin kamu disini." tambahnya lagi sembari melemparkan pakaian kotor ke wajah gadis malang itu.

Sepeninggal ibu tirinya, Nadia mengepalkan tangannya dengan sorot mata yang tajam.

Selama ayahnya hidup, mereka ternyata hanya berpura-pura menyayanginya. Mempunyai ibu tiri selama satu tahun, Nadia tak pernah menyangka kalau ibu tiri serta saudari tirinya itu hanya pura-pura menyayanginya saja selama ini.

Nadia tak terima dengan perlakuan ibu tiri serta saudari tirinya yang selalu semena-mena sekarang, dia pun berniat untuk pergi dari rumah itu sekalian. Namun, saat Nadia sedang mengemasi pakaian, Silvi, saudari tirinya melihatnya dan langsung mengadukannya pada sang ibu.

"Biar, biarin aja dia pergi. Emang dia mau pergi kemana, dia gak punya tempat lagi selain rumah ini." ucap ibu tirinya dengan pongah.

Dia tak tau saja, kalau saat hari kematian sang ayah, ada seorang kakek yang menghampirinya di pemakaman saat semua orang sudah pulang. Sang kakek itu meminta Nadia untuk ikut dengannya ke kota, sang kakek pun memberikan kartu namanya, lengkap dengan alamat dan nomor telpon.

"Saya atasan sekaligus teman mendiang ayah kamu, saya sangat menyukai dan menghargai beliau. Saya sangat sedih dengan meninggalnya Haris. Haris pernah bercerita pada saya, dia masih punya seorang anak gadis. Karena seperti sudah mempunyai firasat tentang kematiannya, Haris tiba-tiba memintaku untuk menjagamu hari itu. Dan saya pun sudah berjanji pada Haris akan menjagamu. " ucap kakek yang masih terlihat segar bugar itu.

Nadia tersadar dari lamunannya karena mendengar suara ribut di depan rumahnya.

Namun, Nadia pun menyelesaikan acara berkemasnya tanpa memperdulikan keributan itu . Tak banyak yang dia bawa, hanya beberapa pasang pakaian serta benda-benda kesayangannya.

Nadia bersiap keluar rumah, dia melihat kini ibu serta saudari tirinya sedang memicarakan sesuatu dengan ibu-ibu yang sudah berkumpul di halaman rumahnya.

Nadia sedikit heran dengan kedatangan para tetangganya ke rumah yang tiba-tiba, tapi dia pun tak mau banyak berfikir. Terus melangkahkan kakinya melewati ambang pintu.

"Huh... Anak durhaka ! Anak durhaka ! Harusnya anak seperti dia kita jebloskan ke penjara, biar jera dan tak di tiru anak lainnya !" teriak ibu-ibu itu sambil menatap Nadia dengan mata nyalangnya.

Nadia bertanya-tanya dalam hati.

"Apa yang ibu-ibu bicarakan ?" tanya Nadia yang sangat tak mengerti dengan ucapan mereka.

"Kami tau, kamu sudah membunuh ayahmu sendiri, Nadia. Ibu kamu saksinya, tapi sayang sekali kita gak punya bukti, jadi gak bisa mengirim anak durhaka sepertimu ke penjara !" teriak ibu-ibu yang lainnya.

Nadia melirik ibu tiri serta adik tirinya, mereka kini menunduk dan sesekali sesenggukan, berpura-pura bersedih dan menangis.

"Ayoo... Kita usir sekalian anak ini dari kampung kita !" ucap salah satu dari mereka, membuat semua yang ada di sana pun maju dan menyeret Nadia.

Nadia tak melawan, dia menatap penuh kebencian pada ibu serta saudari tirinya.

"Aku diam, tapi bukan berarti aku lemah. Lihat saja nanti, semua yang ikut menuduhku ini akan berbalik menyerang kalian." gumam Nadia dalam hati.

Setelah yang membawa Nadia terlihat jauh, ibu tiri serta anaknya pun tertawa puas.

"Haha.. Emang enak, sekarang lihatlah, tidak akan ada orang yang mau menampung anak seperti si Nadia itu." ucap ibu tirinya bangga, dia berfikir kalau Nadia tidak akan mungkin pergi jauh dan meminta tumpangan atau kerjaan pada warga sekampung saja.

Nadia yang sedang dalam mobil pun meneteskan air mata, dia menggenggam erat kertas di tangannya. Kartu nama serta alamat tuan Alex, kini dia tak punya lagi tujuan selain pada tuan Alex, dia pun memang sudah pernah mendengar ayahnya bercerita tentang tuan Alex itu, sehingga dia tak menyimpan ketakutan atau kecurigaan pada kakek yang baru sekali ini dia temui.

"Aku akan mengabdikan hidupku pada tuan Alex, aku akan melanjutkan abdi ayah padanya." gumam Nadia dalam hati.

Bus pun berhenti, satu persatu penumpang pun melangkahkan kakinya sedikit demi sedikit ke arah pintu keluar. Nadia tak terburu-buru, dia masih berdiam diri di kursinya sambil menunggu antrian untuk turun mulai senggang.

Akhirnya waktu Nadia turun pun tiba, dia menghirup udara segar begitu menginjakkan kakinya di tanah kota Jakarta.

Dia berputar, menyapu pandangan ke seluruh titik. Begitu banyak bangunan yang menjulang tinggi dan bangunan-bangunan modern, sangat berbeda dengan kampungnya yang setiap mata memandang, yang menjulang tinggi hanyalah pepohonan di seluruh tempat.

Nadia menatap kartu di tangannya.

"Aku harus mencari tempat ini." gumamnya.

Nadia cukup lama berkeliling, mencari sebuah alamat di kota yang begitu luas dan ramai.

Hingga hari mulai gelap, dia masih belum sampai ke tempat tujuannya.

"Bagaimana ini, apa tempat ini masih jauh ?" tanyanya pada dirinya sendiri. Nadia pun mampir ke sebuah mesjid, dia menunaikan shalat maghrib di sana, lama Nadia berdiam diri di dalam, dan melaksanakan shalat isya begitu waktunya tiba.

Setelah selesai, satu persatu orang pun keluar dari mesjid. Nadia tak sengaja menabrak seorang laki-laki yang sedang berjongkok di lantai mesjid karena saking terburu-burunya.

"Ya ampun, tuan. Maafkan saya, saya tidak sengaja ." ucap Nadia dengan menunduk.

Pria itu menatap Nadia, kemudian melihat sebuah kartu yang terjatuh dari tangan Nadia.

Pria itu meraihnya hendak menyerahkannya pada Nadia. Namun, tak sengaja matanya menangkap nama Alex Trisatya di kartu nama itu.

"Alex Trisatya ?" gumam Pria itu yang lalu menatap Nadia bingung.

"Emm, maaf tuan. Itu, itu punya saya. Saya permisi." ucap Nadia dengan cepat merebut kartu itu dari tangan pria asing tadi.

Bagi Nadia, orang-orang kota mungkin akan sangat menakutkan. Mendengar isu-isu dari tetangga dan temannya, kalau orang kota itu banyak yang licik dan memanfaatkan kepintarannya untuk hal yang buruk.

Dengan berlari kecil, Nadia memakai kembali sandalnya dan hendak berlari dari area mesjid.

Namun, sebuah tangan mencekal pergelangan tangannya hingga membuat Nadia terkejut dan langsung menoleh ke belakang.

"Tuan, tolong jangan apa-apakan saya, saya tidak sengaja tuan." ucap Nadia sambil terus menundukkan wajahnya.

"Nona, nona tenanglah. Saya tidak akan melakukan apapun pada nona." ucap pria itu membuat Nadia mengangkat wajahnya, menatap pria asing di hadapannya.

Pria yang sekiranya berumur 27 tahun itu terlihat bukan orang sembarangan dari jas yang dia pakai.

"Saya ingin menanyakan, apa keperluan nona pada tuan Alex ? Kenapa kartu namanya ada di nona ? Tentu tak sembarangan orang bisa memilikinya." ucap pria itu semakin membuat Nadia merasa lega. Setidaknya Nadia merasa kalau pria ini tak jahat, dia sepertinya mengenal tuan Alex.

"Saya.. Saya mendapatkannya dari tuan Alex sendiri." jawab Nadia masih dengan takut.

Pria itu semakin menautkan alisnya, dia terus menatap Nadia.

"Siapa anda sebenarnya ?" tanya pria itu.

"Sayaa.. Saya Nadia, tuan."

"Nadia ?" ulang pria itu

"Saya, putri dari pak Haris." ucap Nadia lagi. Dia berharap kalau pria ini benar mengenal tuan Alex, berarti akan mengenal mendiang ayahnya juga, yang sudah berbelasan tahun bekerja dengan tuan Alex.

Bab terkait

  • Diusir Dari Kampung, Dinikahi Sultan Tampan   2. Rumah Utama

    "Pak Haris ? Asisten pribadinya tuan Alex ?" tanya pria itu sambil emnatap Nadia dengan kening berkerut. Nadia yang mendengar jawaban pria itupun langsung berubah ekspresi, dia begitu senang ternyata pria ini benar-benar mengenal mendiang ayahnya dan tuan Alex seperti harapannya. "Iya, tuan. Tuan, bisakah anda mengantar saya ke rumah tuan Alex ? Saya sudah mencarinya dari siang, tapi belum ketemu juga." ucap Nadia dengan penuh permohonan. Lama pria itu tak membalas, namun kemudian pria itu pun menganggukkan kepalanya. "Baiklah, mari saya antar." ucap pria itu sambil berjalan mendahului Nadia ke sebuah mobil. Nadia tak menyimpan kecurigaan sama sekali pada pria itu, karena dia bertemu denfannya pun di mesjid yang pastinya pria itu pun pria baik-baik. Di sepanjang jalan, Nadia terus mebatap keluar jendela. Cahaya dari lampu-lampu kendaraan dan lampu jalan begitu berkerlap kerlip di sepanjang jalanan yang begitu ramai. Naina terkagum, tempatnya berada kini sangat jauh berbeda denga

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-05
  • Diusir Dari Kampung, Dinikahi Sultan Tampan   3. Baru bertemu langsung melamar

    Pagi hari, Nadia di panggil oleh pelayan untuk sarapan bersama.Nadia pun segera mengikuti langkah sang pelayan yang membawanya ke ruang makan yang begitu megah dengan meja yang panjang dan kursi-kursi yang begitu berjajar. Padahal penghuni rumah ini hanyalah sedikit.Atau mungkin di rumah ini para pelayan pun ikut makan bersama ?? Nadia tak mau repot-repot memikirkannya."Selamat pagi, tuan." ucap Nadia sambil menundukkan badannya begitu berada di dekat tuan Alex."Ah, Nadia. Ayo duduk, kita sarapan bersama." ucap sang tuan besar pada Nadia dengan ramah, tak seperti semalam.Nadia tersenyum canggung, dia bingung memilih kursi yang akan di dudukinya dan malah terus berdiri menatap kursi-kursi yang berjejer.Tuan Alex mengernyit menatap Nadia yang tak juga duduk."Kenapa, nak ? Ayo duduklah." ucapnya lagi."Emm... Maaf tuan, kursi yang kosong yang mana yah ? Saya takut menempati kursi milik orang lain." ucap Nadia dengan polosnya. Tuan Alex tersenyum, begitu juga dengan para pelayan y

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-05
  • Diusir Dari Kampung, Dinikahi Sultan Tampan   4. Persiapan

    Tuan Alex yang sedari tadi hanya terbengong menatap kedatangan cucunya itu pun langsung bangkit dan merangkul. "Ariaan... Kau sudah pulang, nak. Kenapa tak bilang kalau mau pulang hari ini ?" tanya tuan Alex dengan bahagia. Cucunya itu pun membalas pelukannya dan mengabaikan gadis di antara mereka. "Maaf, kakek. Arian tak sempat memberi kabar." ucapnya Tuan Alex melerai pelukan, dia terlihat begitu senang dan wajahnya pun tak henti-hentinya menampilkan senyuman. "Kakek sangat senang sekali, jadi sudah jelas ya semuanya ? Kita harus segera bersiap-siap untuk mengadakan pernikahan kalian. Ayo, Nadia, kita ke dalam." ucap tuan Alex yang kemudian merangkul Arian dan Nadia dengan penuh kebahagiaan. 'Apa ? Pernikahan ? Inii... Ini sungguhan ?' Nadia yang sedari tadi hanya terbengong mendengar ucapan tuan Alex pun hanya bisa beetanya-tanya dalam hati tanpa berani berkata. 'Aku sangat tak percaya, tiba-tiba saja aku harus menikah, dengan pria yang... Ah ! Mereka langsung berpesta tan

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-05
  • Diusir Dari Kampung, Dinikahi Sultan Tampan   5. Hari Pernikahan

    Hari - hari sudah berganti, seminggu itu waktu yang sangat singkat, semua para tamu sudah memenuhi ruangan di rumah utama. Tuan Alex sengaja menggelar pesta resepsi di rumah, karena supaya lebih berkesan dan terdapat kenangan.Nadia masih terdiam di dalam kamar, dia sudah selesai di rias dengan sedemikian rupa."Nona, nona sangat cantik sekali." puji Fariza dengan sta berbinar.Nadia tersenyum kecut, entah itu memang tulus atau hanya untuk menghibur dirinya, Nadia tak ingin menatap pantulan dirinya di cermin."Ayo nona, kita sudah di tunggu semua orang di bawah." ucap Fariza.Nadia menghirup udara dalam-dalam dan kemudian menghembuskannya."Ayo."ucap Nadia menoleh pada Fariza yang sedang tersenyum lebar."Nona gugup ya ? Itu biasa non, katanya sih. Saya kan belum menikah, hihi." "Emm,, tidak. Ayo." Fariza pun menuntun Nadia keluar dari kamar dan mendekati tangga, Nadia tertegun menatap tamu yang kini sudah memenuhi ruangan. Nadia semakin gugup, dia menelan ludah dengan susah payah

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-06
  • Diusir Dari Kampung, Dinikahi Sultan Tampan   6. Kesan Pertama

    Pagi pun tiba, sang surya telah menunjukkan wujudnya dan merangkak semakin tinggi. Sinar lembut sang surya menembus tirai yang masih tertutup rapat, di ruangan teesebut suasananya masih begitu sepi, menunjukkan para penghuninya masih belum terjaga dari tidur lelapnya.Nadia menggeliat dan mengucek matanya, dia merasakan silau dari cahaya yang menembus tirainya itu. "Ya ampun, udah siang sekali." ucap Nadia dengan terkejut saat melihat suasana di balik tirai jendelanya yang sudah sangat cerah terpapar sinar matahari. Nadia langsung turun dari ranjang dan mengambil handuk, dia dengan terburu-buru masuk ke dalam kamar mandi dan segera membersihkan diri. Setelah selesai, Nadia pun segera mendekati lemari dan memilih pakaiannya, saat Nadia hendak mengenakan pakaian dalamnya, Nadia terkejut saat mendengar suara pergerakan dari belakangnya. Nadia dengan seketika langsung memutar tubuhnya, matanya langsung terbelalak saat mendapati Arian sedang duduk bersandar di atas ranjang sambil mengu

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-26
  • Diusir Dari Kampung, Dinikahi Sultan Tampan   7. Di Villa

    Pagi ini Nadia dan Arian pergi ke suatu tempat. Tentu saja bukan insiatif Arian, melainkan perintah dari sang kakek yang tidak pernah di tentang sama sekali."Kita mau kemana ?" tanya Nadia dengan ketus.Arian yang sedang menyetir mobil pun menoleh sejenak lalu kembali fokus pada jalanan di depannya. "Ke Villa Mukti. Seperti perintah kakek." jawab Arian."Tapi apa itu jauh sekali ? Kenapa kita sampai membawa koper ? Kakek seakan mengusir kita." "Memang sangat jauh." jawab Arian lagi dengan begitu singkat dan padat. Nadia mendengus kesal, dia pun memilih untuk diam dan sibuk dengan fikirannya sendiri. "Apa yang kakek fikirkan ? Sehingga dia mengirimku bulan madu segala. Ah, astaga ! Bagaimana nasibku nanti disana yang hanya berdua dengan pria ini. Semoga saja banyak hiburan yang bisa menghiburku selama disana."Arian melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Lama kelamaan mobil itu melewati jalanan yang semakin asing dan sunyi seanjang perjalanan pun hanya di penuhi dengan pohon-

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-04
  • Diusir Dari Kampung, Dinikahi Sultan Tampan   8. Sedikit Perhatian

    "Apa anda membutuhkan yang lainnya nyonya ?" tanya seorang pelayan."Tidak, kau boleh meneruskan pekerjaanmu yang tertunda." ucap Nadia. Kini dia sedang duduk di taman samping villa sambil membaca sebuah majalah yang dia temukan tergeletak di atas meja. Pelayan yang tadi pun langsung mengundurkan dirinya setelah selesai menyimpan beberapa cemilan dan minuman untuk nyonyanya.Hari ini hari kedua Nadia beserta Arian menginap di villa, walau keduanya memiliki banyak waktu untuk bersama, tapi malah keduanya tak menggunakan waktu itu dengan baik, keduanya tetap saja menjaga jarak dan sibuk dengan urusan masing-masing."Ekhem." Nadia mengarahkan bola matanya ke sebelah sudut, dia melirik Arian yang sedang berdiri tak jauh dari tempatnya bersantai sekarang. Nadia tak terlalu menggubris kehadirannya, dia memilih fokus pada majalah di tangannya walau dia tak begitu tertarik dengan isinya.Arian melangkahkan kakinya dan duduk di kursi satunya lagi yang hanya terhalang oleh meja."Aku akan kem

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-16
  • Diusir Dari Kampung, Dinikahi Sultan Tampan   9. Sedikit Healing

    Tris memasuki mobil kebali dengan raut bersalahnya. Dia menatap Nadia cukup lama sebelum akhirnya duduk menatap lurus kedepan.Nadia yang masih syok hanya terdiam, taapannya mengikuti mkbil truk yang tadi hampir saja bertabrakan dengan mobil yang dia tumpangi."Huuffttt, Triis... Sebenarnya kau ini kenapa ? Kenapa kamu gak konsentrasi ?" Ucap Nadia setelah mobil truk tadi tak terlihat lagi."Maafkan saya, nyonya. Sungguh, saya menyesal sudah lalai." Ucapnya tanpa menoleh Nadia mengusap wajahnya dengan lesu, lalu kemudian dia mempersilahkan Tris untuk melanjutkan perjalanan."Awas ! Kali ini kau harus hati-hati." "Baik nyonya !" Akhirnya perjalanan pun di lanjutkan, Nadia kini tak meiliki keinginan untuk terlelap, dia ikut menatap fokus ke depan.Setelah cukup lama, Tris pun menepikan mobilnya di bawah pohon yang begitu rimbun. Nadia masih memandangi sekeliling dari dalam mobil hingga akhirnya ucapan Tris membuyarkan kefokusan Nadia."Kita sudah sampai nyonya." "Oh, iya. Baiklah."

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-21

Bab terbaru

  • Diusir Dari Kampung, Dinikahi Sultan Tampan   51. End

    Beberapa bulan berlalu, kehidupan mereka kini sudah sangat baik, tak ada lagi gangguan yang berarti. Bahkan, entah kenapa Silvi dan Leni pun tak pernah lagi dengan sengaja menunjukkan dirinya. Hanya pernah sesekali tak sengaja berpapasan, dan mereka bersikap seolah tak saling mengenal. Hanya, Nadia masih dapat melihat ketidak sukaan merrka dalam tatapannya. Kehamilan Nadia sudah memasuki usia ke 5 bulan, membuat perutnya kian membuncit. Dia juga kini di larang untuk ikut andil di toko, hanya sekedar keluar dan menyaksikan kesibukan karyawan-karyawannya yang sudsh bertambah. Resti yang bertanggung jawab mengurus segalanya. Ponsel Nadia berdering, wanita itu pun dengan cepat merogoh tasnya dan menempelkan ponsel itu di telinganya. "Ya, mas ?""Kamu masih di toko ?""Iya, mas. Kenapa memangnya ?""Cepat pulang, ya ? Kakek mengajak kita berkumpul di rumah. Ini mas juga sedang di jalan, mau pulang." "Oh, baiklah."Sambungan terputus. Nadia langsung mencari Tris untuk mengajaknya kembal

  • Diusir Dari Kampung, Dinikahi Sultan Tampan   50. Modus !

    Semua bapak-bapak di belakang Arian hendak melayangkan ledekannya lagi. Namun, pak penghulu dengan segera mengangkat sebelah tangannya, membuat mereka urung mendebat pembelaan Arian. "Jadi, tuan ini menghamili nona ini ?" Tanya penghulu menunjuk Arian dan Silvi bergantian. "Tidak !""Iya, pak !" Jawab Silvi dan Arian bersamaan. Arian menatap Silvi dengan bengis. Sungguh, dia sangat muak dengan wanita itu. "Pak, saya sama sekali tidak melakukannya. Demi allah ! Saya sudah punya istri, dan saya mencintai istri saya."Sambil menunduk, Silvi menyembunyikan bibirnya yang mencebik mendengar ucapan Arian."Haha, zaman sekarang mah udah punya istri, kek. Udah punya suami, kek. Kalau otaknya konslet tetep aja nyari mangsa lagi. Ya gak ?" Tanya salah seorang bapak-bapak itu yang di sambut dengan tawa dari yang lainnya. Arian berdiri, dia sudah cukup sabar menghadapi sikap so tau mereka."Itu menurut orang yang otaknya konslet. Tapi, saya tidak seperti itu. Saya masih normal, otak saya mas

  • Diusir Dari Kampung, Dinikahi Sultan Tampan   49. Jebakan Silvi

    "Ini, inilah yang saya tadi ingin bicarakan sama kamu. Juli, dia tadi pagi masuk rumah sakit mendadak karena di temukan tak sadarkan diri di kamarnya. Tapi keadaannya sudah stabil tadi, makanya saya pergi bekerja. Tapi tadi, suster menelpon mengabari kondiri Juli yang kritis." "Ap-apa ?? Juli ?" Felix menjadi gugup. Raut kecemasan terlihat dengan jelas di wajahnya. "Saya ke rumah sakit dulu, permisi pak Arian, pak Felix." "Tunggu, pak ! Saya ikut !" Ucap Felix "Baiklah, ikuti saja mobil saya." Ucap Samsudin sambil sedikit berlari menuju keluar restoran.Felix dengan terburu-buru merogoh dompetnya dan menyerahkan beberapa lembar uang pada Arian. "Pak Arian, saya mohon maaf sekali karena harus meninggalkan anda. Ini, saya yang bayar." "Tidak usah, pak Felix. Saya mengerti kok.""Tidak papa, anggap saja ini sebagai permintaan maaf saya karena tak jadi menemani anda makan siang, padahal saya yang ngajak tadi. Sudah ya, syaa tifak punya banyak waktu. Sekali lagi saya minta maaf, dan

  • Diusir Dari Kampung, Dinikahi Sultan Tampan   48. Kembali Dengan Berbeda

    "Loh, itukan si Nadia ?" Gumam wanita tersebut dalam hati. "Sayang, kamu kenapa ?" Tanya Dev, pria tampan yang bersama dengan Silvi. Dari penampilannya, Dev seperti pria kaya lainnya, keren, rapi, dan juga terawat, lagipula, jika saja Dev bukan pria ber-uang, mana mungkin Silvi akan mau berhubungan dengannya. "Eh, eem... Aku mau ke toilet dulu deh sayang. Sebentar, ya ? Kamu tunggu saja di mobil.""Baiklah, jangan lama." Silvi tersenyum, Dev pun berjalan menuju parkiran meninggalkan Silvi. Silvi ternyata juga berkencan dengan Dev di resort itu. Setelah hatinya hancur kemarin karena Arian yang ternyata suami Nadia, Silvi langsung pergi mencari kesenangan ke club langganannya, dan disanalah dia bertemu dengan Dev. Perlahan Silvi mengendap-endap untuk melihat pasangan tersebut semakin dekat. "Oh shit ! Iya itu mereka ! Jadi mereka emang suami istri ?" Silvi mengumpat sambil menatap tak suka ke arah mereka.Pasangan yang serasi, mereka terlihat begitu bahagia satu sama lain. Aura k

  • Diusir Dari Kampung, Dinikahi Sultan Tampan   47. Surga Cinta

    Arian sudah keluar dari kamar mandi, kini giliran Nadia yang harus membersihkan tubuhnya dari air hujan yang sempat mengguyurnya beberapa saat lalu. Arian duduk di sofa, dia memesan beberapa cemilan dan juga minuman hangat pada petugas resort. Sambil menunggu pesanan tiba, Arian membuka ponselnya dan mendapatkan beberapa pesan. Hampir semuanya tentang pekerjaan, Arian sudah meminta sekretarisnya untuk menghendel pekerjaan selama dia berada disini. Gerakan jempolnya terhenti saat mendapati panggilan tak terjawab dari kakeknya. Aahh... Arian sampai lupa tidak memberitahukan pada kakeknya kemana mereka pergi. Arian menekan tombol panggil, dan tak menunggu lama akhirnya panggilan tersambung. "Halo ?" "Halo, kek.""Jadi, kemana kamu membawa cucu menantuku ?" Tanya Alex to the poin. Arian mendesah pelan, tadi dia hanya menitipkan pesan pada Tris, untuk memberitahukan pada kakeknya bahwa dirinya akan pulang sedikit terlambat bersama Nadia. Namun, dia tidak mengatakan tujuannya dan kapan

  • Diusir Dari Kampung, Dinikahi Sultan Tampan   46. Di Depan Air Terjun

    Di restoran yang masih termasuk di area resort, Arian dan Nadia sedang makan bersama di salah satu meja. Ada beberapa meja lain yang sama-sama terisi oleh pengunjung lain, namun tak mengurangi kenikmatan hidangan tersebut. Setelah Arian selesai membersihkan dirinya, keduanya langsung pergi keluar untuk makan siang yang sudah kesorean. Nadia maupun Arian menyantap makanannya dengan lahap tanpa ada perbincangan saking sudah laparnya, hingga tak butuh waktu lama untuk mereka berdua menghabiskan semua menu yang tersaji di meja. "Ayo !" Ucap Arian setelah selesai mengelap bibirnya menggunakan tissue. "Mau kemana lagi, mas ?" Tanya Nadia setelah meneguk habis minumannya. "Kemana saja, jalan-jalan." Ucapnya yang segera berdiri dan menarik tangan Nadia. Nadia pun menurut dan hanya mengikuti langkah sang suami saja. Dia benar-benar tida menyangka, kalau ternyata Arian Trisatya, seorang pria yang terkenal dingin dan acuh itu memiliki sisi yang berbeda. Nadia melihat suaminya kini seperti pr

  • Diusir Dari Kampung, Dinikahi Sultan Tampan   45. Gara-Gara Tas

    Setelah perjalanan selama setengah jam, akhirnya mereka tiba di sebuah Resort yang Resti katakan tadi. Bangjnan itu cukup luas dan terlihat sangat nyaman. Walaupun tidak terlihat mewah, karena resort itu memberikan tampilan bernuansa pedesaan atau pantai.Arian tak berkata apa-apa, dia langsung meraih tangan Nadia dan menarik istrinya itu untuk mengikuti langkahnya. Arian langsung menuju resepsionis, setelah semua keperluannya selesai, mereka langsung menuju kamar yang sudah menjadi milik mereka untuk beberapa hari kedepan."Tuan, apa saya tidak salah dengar tadi ?" Tanya Nadia sambil berjalan menuju kamar mereka. "Apanya yang salah ?""Tiga hari ? Anda akan menginap disini selama tiga hari ?""Ya, seperti yang kamu dengar. Kenapa ?" Arian membuka pintu, terlihat sebuah ruangan yang cukup luas dan sangat bersih di dalamnya. Awal masuk mereka seperti di sambut oleh ruang tamu mini yang hanya terdapat sofa panjang dan meja kecil. Nadia terpana, dia melepaskan pegangan tangan Arian dan

  • Diusir Dari Kampung, Dinikahi Sultan Tampan   44. Resort

    "Ibu !" "Diam kamu !" Leni mengusap wajahnya dengan lesu, sedangkan Silvi masih terus merengek sambil menggerak-gerakkan kakinya asal."Hiks, tuan tampan itu ternyata suaminya Nadia. Ibu, aku tidan percaya semua ini... Pasti dia berbohong kan ? Bagaimana Nadia bisa menikahi pria sultan sepertinya ?" "Yah, ibu juga tidak bisa percaya ini. Tiba-tiba saja pria itu datang dan menyebut Nadia sebagai istrinya. Ini sangat tidak masuk akal.""Ibu... Apa yang harus kita lakukan sekarang ? Kalaupun itu bohong, aku ingin memperjuangkan cintaku, dimana dia tinggal ?" "Silvi, tenanglah dulu. Jangankan tempat tinggal, namanya saja kita tidak tau."***Sepasang suami istri itu baru sampai di toko, sepanjang perjalanan, keduanya sama-sama larut dalam fikirannya masing-masing. Nadia menatap Arian yang masih fokus menatap kedepan. Ada perasaan hangat yang menelusup kedalam dadanya, ucapan Arian tadi di depan Leni dan Silvi terus terngiang-ngiang di telinganya. Arian langsung menepikan mobil, melih

  • Diusir Dari Kampung, Dinikahi Sultan Tampan   43. Dia Adalah Istri Saya

    Nadia menanggapi sikap ibu tirinya dengan senyuman sinis sambil menggelengkan kepalanya. Bisa-bisanya dia masih bersikap keras seperti ini setelah semuanya terbukti. "Ibu, kenapa ibu malah balik marah ? Harusnya aku loh yang marah disini, kenapa ibu merebut peranku ?" Tanya Nadia masih santai. Leni semakin tersulut emosi melihat sikap Nadai yang seolah mengejeknya. "Dasar kamu ya... Anak gak tau diuntung !" Leni bergerak cepat hendak menyerang Nadia. Namun, Nadia berhasil menghindar tepat waktu. "Kalian sungguh tidak tau terima kasih, sudah untung aku tidak menjebloskan kalian ke penjara. Tapi lihatlah, apa yang kalian lakukan untuk membalas kebaikanku itu. Bahkan kamu bertindak kasar. Jika aku mau, aku bisa melaporkan kamu ke polisi debgan dua kasus sekaligus !" Leni semakin marah, tapi dia tak kunjung bertindak. Dia hanya berdiri mematung sambil menatap Nadia dengan penuh kebencian, dadanya pun terlihat kembang kempis karena amarahnya. "Silvi ! Ambil laptopnya, kita harus meng

DMCA.com Protection Status