Wajah Frank merah padam. Dari semua serangan yang pernah ia alami, belum pernah ada yang menargetkan titik itu. Sekarang, ia harus marah kepada siapa? Para pengawal yang mengiringinya di mobil lain, sopir yang entah menghindar dari apa, atau gadis yang sedang berada dalam cengkeramannya? “M-maaf, Tuan! Saya sungguh tidak sengaja!” Pita suara Kara nyaris rusak tercekik ketakutan. Frank Harper memang layak dihajar sekeras itu. Namun, dengan posisinya yang sedang terdesak, bukankah itu sama saja dengan menggali kuburannya sendiri? “Tidak sengaja, katamu?” Frank menjambak rambut Kara sehingga gadis itu mendongak. “Tunggu saja! Sebentar lagi, akan kubuat kau tidak bisa bangun lagi!” Sambil meringis, Frank menekan sebuah tombol di sisi meja. “Ubah haluan! Aku ingin pulang sekarang.” Keringat dingin mulai bercucuran di wajah Kara, bukan karena sakit, melainkan ngeri. Ia tidak sanggup membayangkan dirinya ditindih oleh Setan Cabul itu lagi.
Read more