Semua Bab Istri Rahasia CEO Kejam: Bab 41 - Bab 50

88 Bab

Pengobatan Ala Bumi

Lega rasanya saat satu masalah sudah diselesaikan. Lunar berharap agar tidak ada masalah lainnya, cukup masalh yang sudah-sudah saja, karena dia sudah biasa mengadapinya. Seperti, cibiran atau omongan para karyawan tentangnya di belakang. "Mbak, kata Tuan siang ini Mbak Lunar harus pulang. Bawakan makanan yang dia inginkan sekaligus ... ." Tian menghentikan ucapannya dengan kikuk. "Ingin disuapi!"Uhuk! Lunar yang sedang minum tersendak sampai memukul pelan dadanya. Dia tidak percaya bahwa atasannya akan berkata seperti itu pada asistennya. "Sepertinya Tuan manja pada Mbak. Dulu sakit dia juga begitu," ujar pemuda itu sambil menunjukkan giginya. "Pada istri sahnya?"Karena Tian bilang dulu, jadinya Lunar berpikir bahwa Bumi yang sudah menikah sedang sakit dan dirawat oleh istri sahnya. Tidak mungkin dengan wanita lain. Meskipun Bumi menikahinya, bukan berarti lelaki itu suka main perempuan. Lunar yakin itu. "Bukan. Tetapi pada Nyonya Besar.""Kalau pada istri sahnya? Tidak mungki
Baca selengkapnya

Obat Paling Mujarab

Lunar pikir kalau orang sakit tidak akan bisa melakukan apa pun termasuk bercinta. Namun berbeda dengan Bumi yang kuat hingga beberapa ronde menggarapnya. Lelaki itu menghentikan aksinya setelah mendengar peru perempuan itu bunyi minta untuk diisi. "Makan yang banyak," kata lelaki itu melihat sang istri yang makan dengan lahap. "Jangan bilang Mas Bumi mau lagi?"Kalau sampai suaminya mau minta jatah lagi, Lunar angkat tangan. Dia tidak sanggup, seluruh badannya masih terasa sakit. Berbeda dengan Bumi sudah terlihat lebih berbinar, tetapi badannya masih sedikit hangat. "Kalau kamu mau, dengan senang hati aku akan mengabulkannya," seru lelaki itu dengan santai. Dengan lekas perempuan itu menggelengkan kepalanya. "Aku capek, Mas. Mau istirahat saja. Badanku rasanya remuk semua. Yang ada, malah aku ikutan sakit."Bumi mengelus pelan kepala istrinya seraya berkata, " Kalau kamu sakit dengan senang hati aku akan merawat kamu."Mata Lunar seketika memicing mendengar ucapan suaminya. "Ka
Baca selengkapnya

Rebutan

Pagi yang cerah untuk memulai pekerjaan dengan semangat. Begitulah yang Lunar pikirkan. Sayangnya ekspektasi tidak sesuai dengan realita. Bumi memberikannya beberapa berkas yang harus diselesaikan saat itu juga. Ingin minta tolong Tian, pemuda itu ditugaskan untuk menghendle perayaan ulang tahun perusahaan yang tinggal beberapa hari lagi. "Ini berkas terakhir, Tuan. Apakah ada berkas lainnya?"Jam sudah menunjukkan sore hari. Lunar merasa kelaparan dengan perut yang keroncongan. Tadinya dia sudah mau makan bakso bakar yang dilihatnya di medsos. Akan tetapi, demi menyelesaikan perkerjaannya, dia mengurungkan niat ke sana bahkan sampai tidak tidak makan malam. "Sudah selesai. Ayo makan!" kata Bumi seraya mengajak sekretarisnya makan bersama. "Aku tahu kamu belum makan siang. Makanya, sekarang kamu makan!"Bisa Lunar lihat makanan di depannya terdiri dari steak, pizza, dan cake. Namun, tidak ada satu pun yang perempuan itu sentuh. "Apa aku boleh makan di luar? Ada makanan yang mau aku
Baca selengkapnya

Telat Seminggu

Hari perayaan ulang tahun perusahaan tinggal sehari lagi. Lunar baru saja selesai membantu Tian mengecek kesiapan acara. Setelah selesai dia pulang bersama pemuda itu untuk makan malam bersama. Tidak hanya mereka berdua, ada Anya juga yang akan makan bersama mereka. "Aku sudah pesanan makanan untuk kalian," seru Anya saat sampai di kedai mie ayam yang cukup ramai. "Terima kasih, Nya.""Terima kasih, Sayangku."Anya tersenyum menerima tanda terima kasih itu, lalu dia memberikan paper bag pada Lunar yang duduk di sampingnya. "Apa ini?" Perempuan itu melihat isinya dan berisi sebuah kotak. "Itu gaun rancanganku, Mbak. Besok dipakai saat perayaan ya," pinta Anya dengan penuh harap. Lunar melihat sekilas gaun pemberian tunangan Tian yang berwarna hitam kelap-kelip. Tidak dia lihat keseluruhan, nanti gaunnya malah kotor. "Mbak Lunar pasti sudah dibelikan oleh suaminya. Begitu 'kan, Mbak?" seru Tian agar Anya tidak kecewa saat besok Lunar menggunakan pakaian yang pasti dibelikan oleh s
Baca selengkapnya

Tidak Diharapkan

Seorang perempuan sedang mematut dirinya di depan cermin. Dia mengenakan dres hitam yang sangat cantik dan elegan. Berhubung tindak terlalu suka dandanan menor, Lunar mengaplikasikan make up secara natural agar wajahnya sedikit berwarna. "Sepertinya begini saja sudah cukup," gumamnya seraya mengenakan wedges yang berwarna senada dengan gaunnya, begitu pula dengan tas tangan yang dia kenakan. Saat ini Lunar akan menghadiri perayaan pesta ulang tahun perusahaan. Dan dia datang sendiri sebagai karyawan bukan istri dari Bumi. Mau bagaimana lagi, dia sadar bahwa hanya istri rahasia dan hanya Clara yang berhak menemani Bumi di pesta itu. "Bi, aku berangkat dulu ya," pamitnya pada pelayan masih membereskan dapur. Tidak mau membuang waktu, perempuan itu segera turun ke basement agar lekas berangkat ke tempat acara. "Mbak Lunar!" panggil seorang wanita yang berada di dalam mobil.Siapa lagi jika bukan Anya yang datang bersama Tian. Saat mobil berhenti di depan Lunar, tunangan Tian segera
Baca selengkapnya

Kabar Bahagia atau Luka?

Nuansa serba putih dengan aroma obat-obatan menyambut Lunar yang baru sadar dari pingsannya. Mata masih terus awas memperhatikan sekeliling, hingga melihat seorang wanita yang datang menghampirinya. "Mbak sudah sadar?" seru Anya sembari menekan tombol untuk memanggil dokter atau perawat ke sana. "Aku kenapa?" Lunar berusaha mengubah posisinya menjadi duduk, lalu dibantu oleh wanita yang menemaninya. Dia berusaha mengingat apa yang terjadi, hingga memorinya teringat akan kejadian di pesta sampai akhirnya dia pingsan dengan seseorang memegang tubuhnya. "Mbak pingsan saat kita akan pergi dari pesta. Entah kenapa Tuan Bumi refleks memegang Mbak, kemudian meminta Tian membawa Mbak Lunar ke sini," jelas Anya sambil duduk duduk di samping ranjang. "Tuan Bumi? Pasti Nyonya Clara makin marah dengan hal itu."Hanya mendengar desas-desus saja sudah membuat Clara kebakaran jenggot. Apalagi kalau sampai Bumi menangkap tubuhnya saat pingsan, sudah pasti hatinya yang terbakar. "Aku tidak tahu
Baca selengkapnya

Tidak Berarti

"Apa karena aku istri rahasia, jadi aku pantas mendapat cerca dari istri yang Mas cinta? Aku tahu aku bukanlah perempuan yang Mas cintai, tetapi kenapa aku harus diam kalau harga diriku di caci?" kata Lunar kembali dengan air mata yang sudah tidak bisa dia bendung lagi.Perempuan itu menghela nafasnya dengan pelan agar tetap rileks. Dia juga menghapus air mata yang mengalir di pipinya. Setelah itu, dilihatnya Bumi yang masih menatap dengan sorot yang sulit dia artikan. Tidak mau semakin memperburuk suasananya, perempuan itu berdiri sambil tersenyum begitu kaku. "Aku ijin pergi ke supermarket dulu, Mas. Ada yang perlu aku beli. Setelah ini, kita bisa bicara lagi. Boleh 'kan?"Karena Bumi tidak segera menjawab, Lunar memutuskan untuk pergi dari unitnya sambil membawa ponsel dan dompet. Tidak ada tanda-tanda bahwa Bumi akan menyusulnya, membuat perempuan itu sedih karena merasa tidak begitu berarti bagi suaminya. Lelaki itu bahkan menyuruhnya untuk tidak berurusan dengan Clara, padaha
Baca selengkapnya

Dijenguk Ayahnya

Akhirnya apa yang dirasakan oleh perempuan itu tumpah di hadapan suaminya. Rasa kecewa dan sedih yang menjadi satu, meski dia tahu bahwa tidak seharusnya seperti itu. Namun, Lunar hanyalah manusia biasa juga ingin diperhatikan oleh suaminya sendiri. Dia terus menitikkan air mata dengan diam, hingga melihat Bumi yang sudah berdiri di depannya. Lelaki itu menghapus air mata Lunar yang masih mengalir. "Jangan menangis! Aku tidak mau anak kita membenciku karena sudah membuatmu menangis!" ucap Bumi dengan wajah datarnya. Bagi perempuan itu kalimat dari sang suami menunjukkan bahwa Bumi hanya tidak ingin dibenci oleh anak mereka, bukan menyesal sudah membuatnya menangis. Dia semakin menangis dengan terisak pelan, hingga pelukan hangat membuat Lunar menyembunyikan wajahnya di perut sang suami. "Ck, kenapa kamu makin jadi menangisnya, Lunar?" decak Bumi tidak mengerti dengan istrinya yang menangis dengan bagus bergetar. "Apakah ada sesuatu yang kamu inginkan? Atau aku ... melakukan kesala
Baca selengkapnya

Nasib Istri Rahasia

Pagi tiba dengan begitu cerahnya membuat seorang perempuan terbangun dengan menyipitkan matanya untuk melihat jam yang ada di dinding. Waktu sudah menunjuk pukul enam pagi, sehingga Lunar segera menyibak selimutnya untuk bersiap ke Kantor.Di bawah guyuran shower masih bisa dia ingat bagaimana Bumi menyentuhnya dengan lembut dan pelan. Sangat terlihat lelaki itu tidak ingin menyakiti calon anak mereka. Setelah mendapat kepuasannya, Bumi pamit pergi sambil membawa nasi goreng buatannya dengan bekal makanan. "Hah, begini nasib jadi istri rahasia. Padahal, aku sudah hamil anaknya tetapnya tidak akan bisa memiliki dia seutuhnya. Mau bagaimana lagi, setidaknya aku harus menyelesaikan hutangku untuk melahirkan anak laki-laki," gumamnya sambil mengenakan jubah handuk. "Setelah itu aku tidak mau hamil lagi. Cukup satu anak saja."Itu hanyalah sebuah rencana yang mulai Lunar susun, sebagai manusia dia tentulah dia hanya mampu berencana. Tidak tahu bagaimana nanti Tuhan akan mengatur garis ket
Baca selengkapnya

Ingin Menginap

Di sebuah restoran Jepang yang cukup mewah, ada seorang perempuan yang menikmati makanannya dengan sendu. Tak ayal, perempuan yang bukan lain adalah Lunar menitikkan air matanya. Padahal, tadi dia sangat ingin makan makanan di depannya. Ternyata rasanya malah gambar setelah mendapat bentakan dari sang atasan. "Mbak, jangan sedih dan menangis. Tuan Bumi memang seperti itu kalau sudah berurusan dengan istri tercintanya. Maka dari itu, Mbak Lunar keluar saja dari perusahaan itu," ujar Anya yang kesal setelah mendengar perempuan yang dia anggap sebagai kakak dibentak oleh Bumi. "Sayang, jangan memberikan saran itu. Dengan adanya Mbak Lunar di kantor juga membantuku menyelesaikan laporan dan lainnya. Kalau tidak ada dia, nanti waktuku juga akan berkurang untukmu," timpal Tian yang tidak setuju dengan saran tunangannya. Dengusan kesal dilakukan oleh Anya. "Tetapi sikap Tuan Bumi sudah keterlaluan, Sayang. Memangnya dia tidak tahu kalau Mbak Lunar sedang hamil dan apa yang dia lakukan bi
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
9
DMCA.com Protection Status