"Bagaimana, Nona Lunar? Kamu mau 'kan membujuk Langit untuk diam dan tinggal menerima keputusanku untuk mengakuinya di depan publik?" tanya Tuan Mahendra sekali lagi pada perempuan di depannya. Lunar balik menatap pria di depannya dengan bingung. Memang, dia akan mendapatkan apa yang diinginkannya selama ini, tetapi Langit bukanlah orang yang akan menurutinya seperti kata Tuan Mahendra. Belum lagi, pasti pria itu akan menjauhinya. Tidak, Lunar tidak bisa membiarkan semua itu terjadi. Bukan karena menyukai adik iparnya, tetapi dia nyaman dengan keberadaan pria itu. "Maaf, saya tidak bisa menerima tawaran anda, Tuan. Walaupun jujur sangat menggiurkan, hanya saja saya tidak mau membuat Langit kecewa pada saya. Sekali lagi, maaf," sahutnya dengan sopan. "Kamu menolak hanya karena tidak mau Langit kecewa? Ataukah karena kamu punya alasan lain, Nona?" tanya lagi pria paruh baya itu dengan menuntut. Lunar ditatap begitu merasa sedikit gemetar, hingga dia berucap, "Memangnya saya punya al
Read more