"Gue denger, janda depan Bu RT itu mau nikah lagi.""Eh, masa, sih?""Hooh. Mana udah ke berapa, tuh?""Ih, doyan banget kawin. Bukannya dulu sama si Rasya, ya? Yang nikahnya cuman sederhana itu?""Iya. Terus sama si Tuan kaya, malah meninggal belum lama. Jangan-jangan cuman mau hartanya doang. Astaga, wanita jaman sekarang." Indri menekan kuat-kuat rasa pedih dari dalam dadanya. Ia mendengar obrolan yang tak jauh dari rumahnya itu. Tepat di tempat tukang sayur keliling yang memang setiap pagi mangkal di pos ronda. Semakin lama, saat rasa itu ia tahan, semakin deras air mata membasahi pipinya. Shalsabila yang baru saja keluar mengiringi Ali yang siap berangkat kerja pun, terkejut melihat sang adik yang sibuk dengan air mata. Indri duduk di gazebo samping rumah. Lalu, dua kakaknya datang dan bertanya, "Kenapa kamu, Ndri? Ada apa? Jangan sedih terus, kasihan anak kamu nanti." Ali menghela napas panjang. Baru lah, saat ia melihat sendiri siapa yang menguat adiknya itu sedih, pria itu
Read more