"Davin, kamu harus ambil keputusan, Nak. Lepaskan dia, please, Mama mohon." Indri menatap sendu pada putra semata wayangnya. Sementara, Davin hanya menunduk saja. "Benar, Davin. Ikuti apa kata Mama kamu. Jangan lanjutkan hubungan dengan anak wanita itu. Nyawa kami semua taruhannya sebelum kamu ada di dunia ini." Dave menghela napas panjang. Duduk sambil menggenggam tangan sang istri yang terasa dingin. "Tapi, Ma, Pa ... itu, kan, Ibunya. Bukan Fia yang melakukan pada kalian dan semua itu masa lalu. Bisa saja Bu Fitria sudah taubat dan berubah." Davin tetap bersikeras. "Pokoknya, Davin, kamu harus putuskan dia. Kalau tidak, biar Mama saja yang temui gadis itu secara baik-baik. Masih banyak gadis lain yang jauh lebih baik. Kita tidak mau mengambil resiko, Sayang." Kali ini, Indri mendekati Davin dan mengelus pundak kekarnya. Davin berdiri sembari membuang rasa kecewa dalam hatinya. Lewat aliran napas yang begitu berat, ia meminta izin untuk memikirkan langkah selanjutnya. Jujur, tat
Read more