"Em. Enggak apa-apa, Ma. Nayla ini cuman sungkan aja. Enggak udah didengar omongannya." Davin kembali menurunkan tangannya. "Kalau sampai kamu masih bertemu lagi dengan gadis itu, maaf Davin, sebagian harta ini tidak bisa menjadi milik kamu.""Maksud, Mama?" Pemuda itu mendelik. Memastikan lagi bahwa apa yang ia dengar tidak salah. "Kamu harus kasih kami cucu. Yah, itu menurut Mama gampang. Kalian tidak boleh berpisah. Pernikahan bukan buat mainan. Jadi, apa saja alasan kalian untuk berpisah, maaf Mama tidak bisa mengabulkan.""Ma, tapi saya juga tidak bisa hidup dengan lelaki yang mencintai wanita lain." Akhirnya, Nayla membuka suara. Ia sudah terlampau menahan rasa sakitnya. "Saya bukan wanita yang diinginkan Mas Davin. Buat apa ini semua dilanjutkan, Ma? Bukan begitu, Mas Davin?" Kedua mata Nayla merah. Ada garis-garis yang memenuhi warna aputih dalam kelopak matanya. Wajah Nayla kini tertunduk tak berani menatap sang mertua yang masih tercengang atas kalimat yang keluar dari mu
Read more