Sebuah upacara pernikahan seharusnya dilaksanakan hari ini, tepatnya seharusnya tujuh menit yang lalu. Ruang pesta telah dihias menjadi sedemikian megah dan elegan, bernuansa putih yang disentuh oleh warna hijau dari tumbuh-tumbuhan dan bunga-bunga yang jumlahnya sangat banyak sehingga setiap kali Helenina Baron menarik napas, indera penciumannya akan dipenuhi dengan aroma yang manis dan menggoda dari bunga-bunga itu. Para tamu yang jumlahnya lebih dari seribu orang telah hadir mengisi setiap kursi yang ada, menunggu sang mempelai wanita muncul dari pintu mahoni itu, berjalan menyusuri altar bersama sang wali, sebelum diserahkan ke hadapan suaminya yang berdiri di atas tiga undakan tangga di hadapan pastor. Namun, kini sebelas menit telah berlalu. Dengan gelisah, Helenina melirik ke arah arlojinya. Saat itulah tiba-tiba saja dia merasakan sebuah cengkeraman kencang di pergelangan tangannya. “Nona Helene, Anda dipanggil oleh Tuan Baron.” Tanpa menunggu respon Helenina, pelayan wani
Baca selengkapnya