Arthur menarik tubuh Helenina mendekat, mengubah posisi wanita itu sehingga mengangkangi pahanya, lalu menarik pinggul Helenina merapat diikuti suara geramannya yang tertahan jauh di tenggorokan. Helenina berontak lagi karena desakan tersebut dan membuka mata lebar-lebar pada sesuatu yang terasa mengganjal di pahanya. “Kau merasakannya?” kata Arthur dengan kekehan serak. Dia membuka mata dan menatap Helenina dengan mata hitam kelamnya yang tampak semakin gelap nyaris tidak bercahaya. “...?” Helenina menatapnya bertanya. Apa yang pria ini maksud? “Hm, itu tanda untuk berhenti,” kata Arthur, mengangguk kepada dirinya sendiri. “Untuk sekarang, pelajaran kita sampai di sini saja.” Pelajaran? Helenina berkedip, kemudian detik selanjutnya dia tersadar dan wajahnya jadi semakin memerah. Tentu saja, ini hanya sekadar pelajaran, seperti yang Arthur tadi katakan. Dan justru itulah yang terburuk. “Kau telah menjadi murid yang baik, Nina,” kata Arthur lagi, memberinya pujian dengan ekspr
Last Updated : 2023-01-24 Read more