بسم الله الرحمن الرحيم‘Allahumma inna nas aluka salamatan fiddin, wa ‘afiyatan fil jasad, wa ziyadatan fil ‘ilmi, wa barokatan firrizqi, wa taubatan qoblal maut, warahmatan ‘indal maut, wa maghfirotan ba’dal maut, Allahumma hawwin ‘alaina fii sakarotil maut, wa najaatan minannari, wal ‘afwa ‘indal hisab.’*Salah satu kejadian yang di alami –aku, Ajeng Imelda Ningtiyas– pada pertengahan tahun 1983, hingga pada tahun 1985 membuatku trauma/cacat psikis.***Bagaimana mungkin? Bagaimana mungkin mataku tak salah lihat? Di atas ventilasi yang tingginya hampir mencapai lima meter dariku, memunculkan wajah. Wajah itu mengucapkan sesuatu yang tak aku pahami, tangannya melambai, pelan, seperti memanggilku agar segera keluar.‘Allahumma inna naj’aluka fi nuhurihim wa na’udzubika min syururihim!’Seluruh tubuhku bergetar. Apa yang aku saksikan benar-benar sudah tidak di batas wajar. Bagaimana bisa ‘Eyang’ ada di dua tempat berbeda. Yang satu sedang tidur di dekatku, sementara yang lain sedang m
Read more