Manis sekali dipandang. Namun, ada yang aneh saat aku mendengarnya berbisik. Aku tidak berani menatap nenek itu lebih lama, hanya mencuri pandang. Surat yang tadi masih ada di tanganku segera kumasukkan ke dalam saku. Sejenak hening, terasa mencekam kala tubuh rentah di hadapanku itu bergumam pelan."Mlebu, Cah." Sembari tersenyum.(Masuk, Nak.)"Nggih, Nek."Tidak sadar bibirku mengucap dan membalas. Kemudian aku melihat ia berjalan dan berbungkuk. Namun saat aku membalas ucapannya, tiba-tiba nenek itu terseot-seot ke belakang hingga ia menembus dinding rumah Bang Oar. Aku tercekat, sekujur tubuhku gemetar hebat. Baru sedetik saja aku mengambil nafas, kembali lagi terdengar suara derap langkah di dalam rumah, menuju pintu. Saat itu, aku seperti seorang tamu yang menunggu lama agar dibukakan pintu. Suara langkahnya sangat terburu-buru. Hal itu membuat tungkai lututku semakin lemas."Ya Allah, demit," umpatku sebelum aku akhirnya berlari terbirit-birit. Sialnya lagi, satu sendalku ya
Last Updated : 2022-11-20 Read more