Dengan santainya anak ini menunjuk pekarangan rumah. Aku tahu, tak hanya sebatas tumpukan sampah yang ia lihat.“Ayo kita jalan saja, nanti Mbak nyuruh Paklik bersihin.”Matahari semakin melambung tinggi, teriakan pedagang asongan di jalan Rumpang satu membuat suasana semakin hidup. Tak lama setelah itu, Putri bertemu Bundanya, mereka menyuruhku ikut karena aku masih asing di pasar tua ini. Tugas ke pasar biasanya Bibi Lija yang tangani, jarang sekali Eyang kemari.“Bunda denger-denger Eyangmu lagi sakit, Neng? Kata orang sakitnya sudah lama, ya?”“Eyangku … udah baikan, Bun.” Terpaksa aku bohong.“Alhamdulillah kalau sudah baikan, Bunda nih ngurus pemberakatan Ayahnya Putri ke Bandung lagi jadi belum bisa kesana jengukin Eyangmu. Insha Allah malam nanti kesana, ya, Put, ya?”“Enggak, ah. Putri enggak ikut,” cerocos gadis itu.Aku dan Bundanya saling bertatapan, anak itu menggeleng santai padahal bersamaku tadi ia amat ceria. “Kan jenguk saja, Nak. Gak lama kok.”Putri terus berjalan,
Read more