“Iya, si Halija, Neng.”“Siapa lagi selain dia, Neng?” ejek Bang Uki. “Pengasuh rumah Eyang ‘kan banyak, Bang. Kata Bang Hasim, ada yang namanya Santoso, juga ada tukang giling padi, mana tahu sebelum Bibi datang, ada yang duluan kerja,” kilahku menerangkan. Tak sadar, wajah Bang Husain dan Bang Uki berubah tegang, mereka seperti terkejut mendengarku menyebut nama pengasuh Eyang yang lama.“Kenapa? Kok kaget?”“Tanyakan saja sama si Mbah sendiri, Neng. Kami engga tahu kalau soal itu, ya ‘kan Ki?”“I-iya, Kang! Tapi, kira-kira siapa lagi yang kerja setelah Halija mati, ya?”“Sudah ada kok, Bang. Kami sudah dapat pekerja lagi, namanya Palikman. Paklik sudah kerja sebelum Imel pulang ke rumah Ayah.”“Hah?” Bang Husain melotot. Mereka tercekat, membuatku semakin penasaran. “Kok, kaget? Apa yang salah?”“Neng, begini. Ini memang hanya rumor, tapi terlepas dari nyata atau tidaknya, benar atau salahnya, kami cuma mau berpendapat ... Jika sebaiknya, tidak usah cari pekerja lagi buat rumah s
Read more