Home / Pernikahan / Warisan Istriku yang Mengejutkan / Chapter 111 - Chapter 120

All Chapters of Warisan Istriku yang Mengejutkan: Chapter 111 - Chapter 120

207 Chapters

Sahabat?

Mira segera mengusap matanya dengan cepat. Menyesal ia menitikkan air mata di hadapan orang yang tidak punya perasaan ini. Apalagi dia datang ke sini bukan untuk mengemis uang, apalagi mengemis cinta."Aku bukan nangis tanpa alasan, Mas. Ini semua karena aku sangat terharu pada diriku sendiri. Kami tahu, sebenarnya akulah pemilik terbesar saham di perusahaan kamu ini. Apakah selama ini kami tidak menyadari, bagaimana aku sangat bermurah hati kepadamu?"Denny memicingkan matanya. Bagaimana bisa Mira mengatakan hal konyol di hadapannya. Tahu apa dia soal kesulitannya dalam membangun perusahaan ini dengan susah payah. Salah satunya adalah mendapatkan investor yang solid dan loyal. Apa manusia seperti Mira termasuk yang solid? Mana mungkin? Dia tidak pernah muncul dalam rapat pemegang saham. Atau dia termasuk yang loyal? Tidak, dia bahkan selalu seperti musuh dalam keluarganya."Kalau bercanda, jangan kelewatan, Mira. Kamu dulu memang pernah jadi istriku, tapi buka
Read more

Tanggung Jawab

"Ma, kita belum bertanya secara khusus. Lagian, apa yang salah dengan sahabat? Kalau mereka memang bersahabat, itu artinya, Alisya sudah bisa mengendalikan dirinya, berdamai dengan masa lalunya," bantah Pak Dodi."Ya sudah, sekarang tanya saja sama Denny, apa benar hubungan mereka cuma sebatas sahabat?"Denny menatap bingung pada mereka yang bertengkar hanya karena status hubungan mereka."Maaf Om, ada apa sebenarnya? Saya dan Alisya, sungguh telah sepakat untuk menjadi sahabat. Diantara kami, tidak ada hubungan apapun," terang Denny.Magdalena mengambil kesempatan itu segera, "Denny, kamu dan Alisya itu tidak bisa dikatakan sebagai hubungan sahabat. Kalian terlalu akrab, dan itu akan membuat wanita berpikiran lain. Kamu laki-laki seharusnya peka, dan bisa bertanggung jawab.""Bu, kenapa aku harus tanggung jawab? Memangnya aku menghamili Alisya?!"Sadarlah Pak Dodi bahwa ini semua adalah ulah Alisya. Alisya mengatakan bahwa mereka memiliki hubungan yang
Read more

Jujur

Denny yang mendengar perkataan Magdalena seketika berdecak. "CK, ibu selalu saja bicara tanpa berpikir panjang, sekarang ini aku sedang nggak bisa berpikir, aku mau istirahat dulu, Bu."Setelah itu, Denny beranjak ke kamarnya. Dengan kesal dan serampangan, Denny melepaskan pakaiannya. Suasana hatinya sungguh berantakan. Di perusahaan berhadapan dengan Mira dan di rumah berhadapan dengan orang tuanya.Segera ia masuk ke kamar mandi dan mengguyur tubuhnya."Ah Mira, maafkan aku. Ini salahku karena bersikap kasar kepadamu. Itu karena aku sangat marah disebabkan kamu menghilang begitu saja."Bugh!Denny meninju dinding kamarnya, mengalihkan rasa sakit di dadanya dan ditumpahkan pada dinding bisu itu. Kepalan tangannya mengeluarkan darah segar, menunjukkan kuatnya ia meluapkan semua itu."Mira, jangan menjauh lagi, kembalilah lagi menemui aku," lirihnya sangat pilu.Sementara itu, Mira mengusap air matanya menuju penginapan. Di sana, Yulia dan A
Read more

Alisya Kaget

Mira menahan nyeri di hatinya. Jujur pada bocah Lima tahun ini, seperti kejujuran yang penuh resiko. Akan tetapi ia tidak berbohong soal bagaimana ia mencintai Denny. "Bagaimana menjelaskan urusan orang dewasa padanya? Dia bahkan lebih sensitif dariku," gusar Mira membalas ucapan Yulia."Tidak perlu menjelaskan, tapi, minta Denny untuk datang ke acara kompetisi ini," sarang Yulia.Mira menatap Yulia lekat. 'Apakah ini sudah saatnya?'"Tidak Yulia, sepertinya bukan seperti yang kita harapkan. Aku malah akan menyadarkan dia bagaimana dia hidup selama ini. Aku tahu ini sedikit kejam, tapi sepadan dengan perbuatannya dan keluarganya selama ini."***Di suatu tempat, Alisya berjalan mondar mandir karena gelisah memikirkan sesuatu. Ia tahu, orang tuanya saat ini sedang menemui keluarga Denny di Jakarta.Ia juga tahu apa tujuan mereka di sana. Itulah sebabnya kedua tangannya gemetar dan meneteskan keringat dingin. Ia sangat takut sesuatu terjadi, terutama
Read more

Permainan

Sehari sebelum Denny akhirnya menerima tawaran orang tua Alisya, Mira datang kembali menemuinya di kantor.Mira datang dengan tumpukan berkas dan seorang pengacara. Wanita itu masuk ke ruangan Denny dengan sangat percaya diri."Selamat pagi, Pak Denny," sapa Mira begitu lembut dan hormat.Denny terkejut, akan tetapi sesaat melihat Mira datang dengan pria asing, Denny juga menjawab dengan formal dan hormat."Selamat pagi, Bu Mira. Silakan duduk. Oh ya, sepertinya ada yang penting?" tanya Denny berbasa-basi.Mira menatap raut wajah Denny, ia rasa Denny memang sudah bisa melupakan hubungan mereka seutuhnya. Itu sangat jelas baginya."Bisa dibilang begitu. Dan ini adalah pengacara saya, Pak Gani, beliau akan menjelaskan soal uang utang piutang dan saham yang saya miliki di perusahaan ini, Pak Denny.""Saham? Utang piutang?" Denny sempat termenung, merasa gagap dengan kehadiran Mira yang tiba-tiba. Terutama saat melihat Mira bersama seorang pria. Wanita i
Read more

Jalan Keluar

Pada waktu itu, saat mengetahui bagaimana Mira memiliki kekayaan melebihi ekspektasinya, hati kecilnya merasa marah dan berkecil hati. Ia sungguh menyesal menceraikan Mira, akan tetapi ia lebih merasa dijadikan permainan oleh wanita itu.Sekarang, kenyataan bahwa mayoritas saham perusahaan adalah milik Mira, ia juga semakin membenci wanita itu. Ia semakin kesal dan marah dipermalukan Mira sedemikian rupa.Lama ia termenung dan menyesali kebodohannya yang ia rasakan selama ini, lalu iapun segera pergi pulang untuk melonggarkan syaraf kepalanya yang menegang.Sesampainya di rumah, sang ibu sedang termenung di depan jendela. Ia terlihat melamun seorang diri."Bu, apa yang kau lakukan, apa ibu mulai lagi suka melamun begitu?" Denny menatap curiga. "Sudah lama ibu meninggalkan kegiatan ini, kenapa sekarang mulai lagi?" ujar Denny sedikit sedih karena ibunya pastilah mulai teringat dengan mendiang ayahnya.Dulu, Magdalena hanya akan duduk diam di kursi depan jende
Read more

Tak Bisa Mundur

Denny memikirkannya kembali, apa untungnya jika ia memanfaatkan Alisya untuk keluar dari masalah hidupnya saat ini.Yang pertama adalah ibunya, ia tidak akan menjual rumah ibunya yang akan membuat hati ibunya terluka apalagi terpuruk dalam kesedihan.Dan yang selanjutnya adalah ia bisa menyelamatkan harga dirinya di hadapan Mira, mantan istrinya itu."Kamu sungguh beruntung Denny," desisnya lagi. Iapun bergegas menemui Magdalena yang sedang menyesap secangkir teh di sana."Ibu terlihat sudah tenang sekarang."Iya Denny. Ibu sekarang lebih konsentrasi banyak berdoa sehingga hati ibu menjadi tenang. Terutama ibu merasa tenang kalau sudah berdoa untuk ayahmu.""Ooh, syukurlah, Bu. Kalau begitu, Denny mau sedikit mengobrol dengan ibu.""Wah, kamu yang kelihatannya serius sekali sekarang. Ada apa?""Apakah orang tua Alisya sudah pulang ke Surabaya?" tanya Denny seketika."Belum, Denny. Rencananya sih besok pagi, cari penerbangan pagi supaya b
Read more

Tayangan Kompetisi

Pada titik ini, Denny sudah menutup rapat lembaran lama. Ia ingin membuka lembaran baru bersama Alisya.Dengan kekayaan yang dimiliki keluarga Alisya, maka hubungan "buruk" antara dirinya dengan Mira akan segera teratasi.Begitu juga keluarga Alisya yang berharap putrinya mendapatkan kebahagiaan bagaimanapun caranya.Bu Sari dan juga suaminya terkejut sesaat kemudian setelah menelpon putrinya karena maid di rumah mereka mengatakan bahwa Alisya shock dan langsung dibawa ke rumah sakit."Aduh Pa, gimana ini, gimana kalau Alisya kenapa-kenapa?""Tenang sayang, Alisya akan baik-baik saja. Papa baru saja menghubungi dokter dan Alisya segera bisa pulih. Kata dokter Alisya cuma shock karena terlalu bahagia.""Ya Tuhan, semoga tidak ada yang buruk yang menimpa putriku. Ini adalah keinginannya, dan aku ingin Denny bisa membuatnya sembuh."Malam itu juga segera mereka berpamitan dengan keluarga Denny."Maafkan kami karena harus terburu-buru. Ada urusan kan
Read more

Takdir

Denny dan juga Danu tersenyum simpul dengan kelakuan anak-anak yang mereka lihat. Lalu mereka akhirnya membicarakan masalah niatan Denny yang hendak menikahi Alisya."Denny, kamu beneran gak bakal menyesal? Ingat ya Denny, ini adalah proses pernikahan kamu yang ke tiga. Aku harap ini adalah yang terakhir kalinya. Sudah capek aku mikirin kamu yang nikah berkali-kali. Benar-benar duda lapuk," gerutu kakaknya."Iya, Mas Danu. Aku sih maunya yang terakhir..Tapi itulah tadi, kita masih bergantung pada takdir Tuhan, Mas."Danu mengerti, tak ada seorangpun yang bersedia untuk gagal dalam pernikahan. Akan tetapi Denny keterlaluan. Dia bahkan yang menggagalkan pernikahannya dengan Imas. Siapa yang menanggung malu atas kejadian itu? Tentu saja keluarganya! Denny bahkan menganggap itu bukan suatu kesalahan."Ya sudah, kamu harus melupakan masa lalu dan membuka lembaran baru. Nggak ada hidup yang sempurna, tidak ada juga wanita yang sempurna di dunia ini. Kalau kamu nggak s
Read more

Terluka?

Bu Sari meremas pakaiannya. Bagaimanapun Denny dan keluarganya tidak boleh sampai tahu kondisi Alisya yang mengenaskan. Ia hanya ingin Alisya bahagia dan bisa menikah dengan Denny.Kalau sampai Denny tau Alisya seperti ini, mana mungkin Denny mau menikah dengan Alisya. Padahal mereka akan tiba di hotel sore nanti, tapi tidak ada tanda-tanda kalau Alisya akan membuka matanya. Sepertinya dosis penenang yang diberikan dokter cukup tinggi.Akhirnya iapun hanya pasrah menatap sedih pada putrinya itu."Apapun yang kamu inginkan, selalu ibu turuti, Nduk. Akan tetapi ibu tidak punya kuasa untuk membuat hidupmu sempurna dan bahagia," lirihnya menyesali keadaan.Wanita ini lupa, bagaimana ia selalu berusaha menempuh jalan, menuruti semua kemauan Alisya, sehingga Alisya menjadi lemah secara mental. Bahkan Alisya harus mendapatkan Denny. Jiwanya berontak, akan tetapi karakter itu sulit untuk ditundukkan bahkan oleh dirinya sendiri. Alisya terobsesi, kemudian ia nekad m
Read more
PREV
1
...
1011121314
...
21
DMCA.com Protection Status