Semua Bab Akhirnya Kau Mencintaiku: Bab 51 - Bab 60

114 Bab

Aku Adalah Jingga

Sesampainya di rumah, Jeno segera keluar dari mobil dan membukakan pintu untuk Rea. "Aku masih bisa jalan," tolak Rea, saat Jeno membungkuk untuk menggendongnya kembali."Biarkan aku membantumu," jawab pria itu, Jeno tidak bisa dibantah apalagi ditolak, apapun yang dia ingin lakukan akan dia lakukan, dan Rea cukup menerimanya saja.Rea terpaksa menurut, Jeno menggendongnya ke dalam rumah. Sebenarnya dia sudah cukup malu saat tadi digendong di hotel, dan di sini juga. Rea terlebih takut papanya melihatnya dan akan berpikir kalau dia sedang tidak sehat, meski itu pada kenyataannya.Benar saja saat mereka masuk, Surya ada di ruang tamu. Assistant rumah tangga sedang memberinya sarapan. "Selamat pagi, Tuan, Nyonya. Tuan, Nyonya Rea kenapa?" tanya Assisatant.Pertanyaan wanita paruh baya itu juga menjadi pertanyaan yang ingin Surya tanyakan saat ini, dia tidak bisa bergerak apalagi berkata-kata, hanya sorot matanya saja yang menggambarkan kecemasan. "Jeno! Apa yang terjadi pada putriku?!"
Baca selengkapnya

Akan Membuatnya Bahagia

Hari-hari berlalu begitu cepat. 2 Bulan telah terlewati, kehidupan Jeno dan Rea selalu harmonis dan bahagia. Rea juga terus meminum obat dari Arfan, meski masih sering sakit, tapi dia tetap semangat untuk sembuh.Hari ini jadwal Surya terapi pada ahli syaraf yang khusus Jeno datangkan setiap minggunya untuk melatih otot organ tubuh Ayah mertuanya. Jeno memang bersungguh-sungguh mengurus Surya dan memberikan pengobatan yang terbaik.Berharap, Surya bisa melihat kesungguhannya dalam menebus setiap kesalahan yang.pernah ia lakukan di masa lalu. Namun, usaha Jeno menyembuhkan sepertinya tiada hasil, keadaan Surya tetap sama seperti awal, tak sama sekali menunjukkan kemajuan sedikit pun."Kenapa tidak ada hasil dari terapi ini, Dok? Apakah sudah tidak ada harapan Ayah mertuaku untuk sembuh?" tanya Jeno, pria itu seolah putus asa, dia mau Surya sembuh dan membuat hatinya tenang tidak merasa bersalah lagi pada istri dan mertuanya ini, setelah semuanya membaik Jeno ingin keadaan seperti semul
Baca selengkapnya

Bertemu Aruna

Sesungguhnya sudah 2 Minggu ini Surya mengalami kemajuan, dia bisa menggerakkan bibir juga jari-jari tangannya meski tidak bisa maksimal. Dia ingin berusaha mengatakan rahasianya pada Rea, tapi tidak pernah diberi kesempatan.Saat putrinya datang menemuinya, perawat selalu ada di kamarnya, atau kadang Jeno juga ikut serta berada bersama Rea. Surya benar-benar tidak diberikan kesempatan berdua saja dengan sang putri di rumah ini. Dia tak mau kemajuan kondisinya diketahui Jeno, dia takut kalau dirinya nanti didesak untuk diam. Dia tidak mau kewaspadaan menantunya semakin kuat yang bisa saja semakin mempersulit pertemuannya dengan sang putri jika saja Surya tidak setuju untuk menurut pada keinginan Jeno.Surya masih menilai kalau Jeno tidak akan pernah berubah. Jeno adalah pria yang kasar dan arugan dan tidak akan pernah berubah jika jalan tujuannya tidak mulus, Jeno bisa melakukan apa saja untuk menuju tujuannya.Tak lama perawat datang setelah dari toilet, perempuan muda itu lalu mengh
Baca selengkapnya

Sudah Kuduga

Karena merasa istrinya terlalu lama di toilet Jeno pun akhirnya menyusul dan mengetuk pintu toilet, tak lama Rea keluar dengan wajah panik membuat Jeno mengerutkan kening. "Rea, ada apa? Kenapa kamu terlihat ketakutan?" tanya Jeno, pria itu mencoba melongok ke dalam, tapi Aruna sepertinya masuk ke bilik toilet.Rea tersenyum gugup. "Ti-tidak apa-apa, Jeno. Tadi aku kaget saja melihat kecoa di dalam," jawab Rea beralasan.Jeno mengangguk dan meraih pinggang istrinya. "Ayo, filmnya sudah mau mulai."Rea mengangguk dan ikut melangkah bersama Jeno memasuki gedung teater. Mereka mengambil tempat duduk di tengah-tengah, jauh dari orang kanan kiri, depan dan belakang.Film yang menampilkan adegan romantis membuat Rea jadi terhanyut, Jeno tersenyum melihat ekspresi istrinya yang merona. "Dasar wanita, mudah sekali bawa perasaan," batin Jeno.Pria itu lebih suka memperhatikan wajah Rea dibanding menonton layar, hingga dirinya sendiri tidak sadar kalau wajahnya semakin mendekat ke pipi Rea. Rea
Baca selengkapnya

Penculikan

Benar saja, Jeno di sepanjang jalan didiamkan oleh Rea, sampai sekarang mereka di atas tempat tidur pun Rea tetap diam. Kesal sekali Rea rupanya, setiap kali ia membahas Aruna, Jeno selalu menganggapnya lain, padahal Rea bersungguh-sunggu. Rea mengerti sekarang, di mata Jeno, Aruna memang masih seperti wanita polos dan baik hati.Ucapan saja tidak akan dipercaya jika tidak ada bukti, sia-sia saja jika membicarakan hal ini pada Jeno, dia tidak akan percaya."Sayang." Jeno menyentuh pundak Rea yang tidur miring membelakanginya."Jangan sentuh aku, kamu menyebalkan!" ketus Rea, seraya menggerakkan bahu atas hingga Jeno terpaksa melepaskan tangannya."Maafkan aku, aku tidak bermaksud membuatmu marah, Sayang." Jeno masih menatap punggung Rea, berharap wanita itu mau membalik tubuh dan menatap dirinya, tapi wanita itu tetap pada posisinya."Aku mau tidur, capek. Tolong jangan ganggu aku!" sahut Rea, wanita itu memejamkan matanya dan tak ingin mempedulikan Jeno yang merengek minta maaf sejak
Baca selengkapnya

Menyalahgunakan Cinta dan Kepercayaan

Jeno baru saja sampai di kantor dan langsung dihadapkan dengan pekerjaan, sehingga ia tidak sempat mengecek ponselnya. "Kalau begitu, aku pelajari dulu dokumentnya, dan kamu bisa suruh mereka tunggu sebentar," kata Jeno pada Arya."Baik, Tuan. Permisi," pamit Arya, pria berkacamata itu segera keluar ruangan menuju ruang meeting, sementara Jeno fokus membaca dokument yang akan ia bawa di dalam meeting pagi ini.***"Lepas! Lepaskan aku, aku mohon. Kalian mau apa?" Rea terus meronta di dalam mobil yang melaju membawa dirinya dan juga sang Pengawal yang telah tak sadarkan diri."Berisik! Buat dia diam!" perintah pria yang memegang setir, dan dua pria di samping Rea mengangguk, salah satunya mengambil sapu tangan dan membubuhkan obat bius."Tolong lepaskan aku, kalian siapa-- mmph!"Rea pun tak sadarkan diri setelah penjahat membekapnya dengan sapu tangan, sementara pengawal yang penuh luka lebam di wajahnya masih tak sadarkan diri di bagasi mobil.Kendaraan itu pun berhenti pada sebuah r
Baca selengkapnya

Rea Yang Berbeda

Seluruh luka yang Pengawal alami sudah berhasil ditangani para perawat rumah sakit, Rea juga menemuinya untuk membicarakan sesuatu. "Nyonya," sapa Pengawal saat melihat Rea masuk ruang rawatnya, tidak menyangka kalau istri bosnya masih berada di sini menungguinya."Bagaimana keadaanmu, Pengawal?" tanya Rea seraya berdiri di samping ranjang tempat pengawal berbaring."Aku sudah baik-baik saja, Nyonya. Bagaimana keadaan Anda sendiri? Apakah ada yang terluka? Maafkan aku tidak bisa melindungi Anda dengan baik," kata Pengawal benar-benar merasa bersalah."Kamu sudah melakukan yang terbaik, mereka berjumlah banyak orang, sementara kamu hanya seorang diri. Beruntung mereka pergi setelahnya, tapi apakah kamu tahu siapa mereka?" tanya Rea.Pengawal menggeleng, dia tidak tahu persis musuh-musuh Jeno, dia hanya berpikir. "Mungkin itu salah satu saingan bisnis tuan, Nyonya."Mendengar dugaan Pengawal, Rea pun terdiam dan berusaha mengingat sesuatu. "Aku mengenal sekilas satu pria dari keempatnya
Baca selengkapnya

Habisnya Rasa Cinta

Jeno membawa kendaraannya bak kekuatan angin, tubuh kecil Rea seolah menyusut di tempatnya karena takut. "Jeno, bisakah kamu pelan sedikit, kamu harus dengarkan penjelasanku.""Penjelasan apa? Mataku sudah cukup melihatnya, Rea! Kamu wanita menjijikan dan murahan!"Rea melebarkan kelopak matanya tak mengerti. "Apa karena hal tadi kamu berpikir serendah itu tentang aku? Hah!""Memang begitu kan kenyataannya? Dulu juga begitu, demi menikah denganku kamu menukar ginjalmu." Jeno tersenyum sinis.Rea diam, seolah banyak ratusan kerak es tajam menusuk jantungnya, membuat seluruh aliran darah di dalam tubuh Rea membeku, rasanya mati rasa. Rea lelah lagi-lagi menerima penghinan dan tuduhan ini. Jeno melirik istrinya yang tidak menjawab apa-apa, dia pun kembali berkata. "Kenapa diam? Apa sekarang kamu lelah mengelak? Dan memilih mengakuinya saja, lalu berhenti berkata cinta bodohmu itu?"Cinta bodoh? Jeno mengatakan cintanya bodoh? Ya, Rea memang bodoh, sangat bodoh!"Ya," jawab Rea dingin. "
Baca selengkapnya

Malam Penuh Duka

Malam telah larut, hujan di luar pun telah reda seiring keringnya air mata di pipi Rea. Jeno dan Rea tidur saling membelakangi, setelah percintaan panas dan kasar yang Jeno lakukan pada istrinya, mereka tak lagi bertegur sapa.Perasaan Jeno bercampur aduk menjadi satu, mengingat rasa sakit wanita itu hingga air matanya tak kunjung mengering di setiap hentakan tubuh mereka tadi, membuat Jeno merasa tak nyaman. Dia sempat gamang saat melihat tatapan wanita itu, meski kedua netranya basah air mata yang menggenanginya, sorot teduhnya kini redup dan berganti kejam.Jeno memutuskan turun dari tempat tidur untuk menenangkan diri di dalam kamar mandi, dia tidak tahu harus merenung atau apa, yang pasti saat ini hati, otak dan tubuhnya begitu terasa panas. Pria itu memutar tuas shower yang mengucurkan air dingin, meski di luar udara masih sejuk, tapi tidak dengan dirinya.Rea perlahan menoleh ke belakang, melihat Jeno sudah tidak ada di tempat tidur dan terdengar suara air jatuh di lantai dia t
Baca selengkapnya

Kepergian Surya

"Dok, tolong selamatkan istri dan ayah mertuaku!" Jeno memberi pesan saat kedua brankar di dorong memasuki ruang ICU."Kami akan lakukan yang terbaik, Tuan. Permisi," jawab Dokter, lantas masuk dan perawat menutup pintu rapat.Jeno sangat panik, bisa dibayangkan seberapa paniknya dia saat ini? Dada pria itu terasa sesak seolah banyak udara di dalamnya, membuat detak jantungnya berdebar kuat, hingga membuat kepalanya menjadi pusing.Belum pernah ia berada dalam situasi seburuk ini, Jeno takut sesuatu yang buruk terjadi pada istri dan mertuanya. Dia akan sangat merasa bersalah jika itu terjadi. "Aku harus telefon Arya," gumamnya, lantas segera merogoh ponselnya di saku celana. Namun, sialnya tadi dia lupa bawa ponsel.Pria itu akhirnya pergi ke bagian informasi untuk meminjam alat komunikasi. "Selamat malam, Tuan. Ada yang bisa kami bantu?" tanya Petugas informasi."Bisakah aku pinjam ponselmu, aku butuh menghubungi seseorang," jawab Jeno."Tentu saja, silakan." Petugas memberikan ponse
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
45678
...
12
DMCA.com Protection Status