Benar saja, Jeno di sepanjang jalan didiamkan oleh Rea, sampai sekarang mereka di atas tempat tidur pun Rea tetap diam. Kesal sekali Rea rupanya, setiap kali ia membahas Aruna, Jeno selalu menganggapnya lain, padahal Rea bersungguh-sunggu. Rea mengerti sekarang, di mata Jeno, Aruna memang masih seperti wanita polos dan baik hati.Ucapan saja tidak akan dipercaya jika tidak ada bukti, sia-sia saja jika membicarakan hal ini pada Jeno, dia tidak akan percaya."Sayang." Jeno menyentuh pundak Rea yang tidur miring membelakanginya."Jangan sentuh aku, kamu menyebalkan!" ketus Rea, seraya menggerakkan bahu atas hingga Jeno terpaksa melepaskan tangannya."Maafkan aku, aku tidak bermaksud membuatmu marah, Sayang." Jeno masih menatap punggung Rea, berharap wanita itu mau membalik tubuh dan menatap dirinya, tapi wanita itu tetap pada posisinya."Aku mau tidur, capek. Tolong jangan ganggu aku!" sahut Rea, wanita itu memejamkan matanya dan tak ingin mempedulikan Jeno yang merengek minta maaf sejak
Baca selengkapnya