Home / Pernikahan / Akhirnya Kau Mencintaiku / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Akhirnya Kau Mencintaiku: Chapter 71 - Chapter 80

114 Chapters

Rasa Yang Sulit Dijelaskan

"Akh!" Jeno sampai berdiri membungkukkan sedikit punggung seraya memegangi dadanya sebelah kiri membuat semua orang juga ikut berdiri dari duduknya.Arya segera memegangi kedua bahu sang Bos dan merasa panik karena Jeno tiba-tiba seperti ini. "Tuan, apa yang terjadi?" tanya Arya cemas, tentu saja semua orang juga panik melihat keadaan Jeno yang demikian di tengah-tengah jalannya meeting.Jeno menggeleng, dia juga tidak tahu apa yang terjadi kepada dirinya. Mengapa jantungnya berdenyut sangat kuat, dia tidak punya riwayat sakit jantung. Andaipun dia kena serangan jantung, apakah seperti ini sakitnya?Ini terasa sesak, debarannya beda, sulit dijelaskan. Lantas tiba-tiba di benak Jeno memikirkan satu nama, dia tiba-tiba teringat wanita terkasihnya, wanita yang setiap saat ia pikirkan, tapi tak pernah hadir di dalam mimpinya sekali pun.Ya, wanita itu terlalu marah, dia terlalu membencinya!"Rea!" bisik Jeno, pandangannya terangkat dan setetes bening jatuh begitu saja dari sepasang mata e
Read more

Janji

Keduanya berjalan menuju pintu, Arfan mengetuk pintu tiga kali dan pembantu rumah yang membukanya. Dia terkejut saat melihat Arfan ada di hadapannya. "Tu-tuan Arfan? Anda ada di sini, ayo silakan masuk," sambutnya ramah, meski ia terlihat shock tapi pembantu rumah tersebut terlihat bahagia karena sang Tuan rumah akhirnya kembali."Terima kasih, Bi," jawab Arfan, pria itu lantas merangkul pundak Rea dan mengajaknya untuk ikut serta.Rea dan Arfan pun masuk ke ruang tamu dan ternyata Rena Lu baru saja menurunkan Rayan dari gendongannya. Iya, mereka juga baru sampai dari rumah sakit. "Siapa yang datang, Bi?" tanya Rena Lu yang membelakangi pintu, saat ia mendudukkan Rayan di sofa wanita paruh baya itu pun menoleh dan terkejut melihat Arfan dan Rea berada di sana.Sepasang mata Rea dan sepasang mata kecil lucu itu pun saling temu, Rea terpaku dalam diam kala memandang manik mata kecil milik Rayan yang jernih dan wajah yang sangat tampan. "Ra-ray!" bisik hati Rea, bibirnya terkatup tak dap
Read more

Yang Dirindukan

Malam pun tiba, Rayan terlihat sedang ditidurkan oleh pengasuh. Rayan masih dalam proses pemulihan, jadi besok sampai beberapa hari ke depan tidak sekolah dulu. Namun, di balik pintu yang tak sepenuhnya tertutup itu ada Rea yang tengah mengintip ke dalam. Ingin rasanya ia yang menidurkan Rayan, berbaring di sampingnya dan membacakan buku dongeng. Memeluk dan mencium putranya sampai mereka tertidur bersama.Entah apa yang ada di pikiran Rea dulu, semua seolah terjadi begitu cepat. Hatinya masih terluka, ia baru pulih dari operasi yang ia jalani lalu tak lama ia dinyatakan hamil dari benih pria yang sangat ia benci.Tidak ada jeda sedikit pun, bagi Rea yang masih sensitive benar-benar membuatnya tidak dewasa sama sekali. Kini ia menyesali sikap ketidak dewasaannya itu dulu. Saat ini, dia telah menyadari. Kalau Rayan adalah hidupnya, dia hidup karena bayang Rayan meski ia tak bersamanya selama ini.Jauh di dalam lubuk hati paling dalam dari seorang Ibu iyalah, ingin melihat putranya tum
Read more

Minta Tolong

Pagi yang cerah, sehabis sarapan Rea hanya duduk di kursi yang ada di balkon kamarnya. Wanita itu memegangi sebuah bingkai foto, di mana ada potret dirinya dan Rayan saat bayi.Rea mengelus gambar itu, senyumnya terukir meski air mata juga ikut mengiringi. Rayan kini ada begitu nyata di hadapannya, tapi dia takut untuk mendekat. Beberapa waktu berlalu Rea hanyut dalam lamunan, wanita itu mendengar suara tawa dari bawah.Wanita itu lantas berdiri dan melihat ke arah taman di bawah sana, terlihat Rayan sedang bermain bola dengan Arfan. Rea tersenyum melihatnya, ingin rasanya dia juga ke sana untuk bergabung.Arfan mendunga melihat Rea di balkon kamarnya, pria itu lantas berseru memanggil wanita itu. "Rea! Kemarilah, kita bermain bersama!"Rayan juga menatap Rea, wanita itu juga memandang Rayan. Dua pasang mata itu saling pandang, Rea tidak tahu apa yang ada di pikiran anak kecil itu. Dia tidak tersenyum atau apa pun, Rayan hanya diam memandanginya saja.Rea jadi ragu, dia harus turun at
Read more

Aku Ibunya

Rea pun menurut, wanita itu turun lebih dulu dan barulah Rayan. Dilihatnya anak nakal itu dicium oleh sang Mama lantas melambaikan tangan saat hendak meninggalkan. "Bye, Vero! Belajar yang baik, Love you!" seru sang Mama dari anak nakal itu.Ya, semua itu tidak lepas dari perhatian Rayan. Rea bingung apa yang sedang diperhatikan sang Putra. Sampai ia melihat ke arah mana pandangan anak kecil itu tertuju. Hati Rea seperti dicubit sesuatu, dia berpikir apakah Rayan merasa iri pada temannya?Ya Tuhan!Rea menatap putranya kembali dengan sedih, ingin rasanya ia memeluk Rayan dan mengatakan 'aku ibumu, jangan iri, karena kamu juga punya ibu' tapi Rea tidak mungkin mengatakan itu semua. Dia takut Rayan malah justru kecewa karena kenapa ibunya baru muncul sekarang? Bukankah seorang Ibu harusnya tetap ada bersama anaknya? Lalu kenapa ibunya malah baru datang? Ke mana saja? Apakah dia ditinggalkan? Atau dia dibuang?Ya, Rea takut anak kecil itu berpikiran buruk, dan akan memperkeruh situasi.A
Read more

Es Krim

Rea, Rayan dan pengasuh naik eskalator ke lantai dua mall. Mereka berjalan bergandengan tangan menuju restoran pizza, ketiganya pun masuk dan Rea memesan."Nyonya, Tuan Rey ingin berjalan-jalan dulu," kata Pengasuh menyampaikan keinginan anak asuhnya itu.Rea yang berada di depan pelayan pun menoleh. "Pesanannya mungkin akan sedikit lama datang. Kalau begitu tolong temani Ray bermain dulu, hati-hati jaga dia. Aku akan cari kalian jika pesanan sudah siap," jawab Rea.Pengasuh pun mengangguk seraya tersenyum. "Baik, Nyonya," jawabnya lantas menoleh pada Rayan. "Ayo, Tuan Ray," ajaknya mengulurkan tangan.Rayan pun mengangguk dan menyambut uluran tangan pengasuhnya, mereka lalu berjalan keluar restoran dan Rea tersenyum melihatnya. "Jadi, ini sudah pesanannya, Nyonya?" tanya Pelayan.Rea menoleh dan mengangguk. "Iya, sudah," jawabnya."Baik, mohon ditunggu beberapa waktu, Nyonya," pinta Pelayan dengan suara dan senyuman ramah.Rea mengangguk dan berjalan ke salah satu meja yang kosong. W
Read more

Salah Ucapan

Terlihat Rea menuntun tangan Rayan kembali ke tempat parkir, si Pengasuh juga terus mengikuti. Rea tampak kesal karena tidak tahu siapa orangnya yang sudah memberi putranya es krim.Mereka jadi tidak jadi makan pizza, semuanya Rea minta bungkus dan bawa pulang saja. Mood wanita itu rusak, dan sangat kesal pada orang yang tidak tahu siapa. "Ayo masuk, Ray," pintanya lalu menggendong Rayan masuk mobil.Dari mobil lain tampak Jeno mengerutkan kening kala melihat seorang wanita di balik pintu mobilnya, wajahnya tidak terlalu jelas dari samping terhalang oleh rambut panjang wanita itu juga.Namun, dia tahu wanita itu sedang kesal pada putranya dari sang pengasuh memiliki ekspresi panik. "Namanya juga anak-anak, kalau nakal kan wajar," gumamnya berkomentar seraya berdecak.Saat ia memperhatikan pengasuh, dia pun ingat kalau itu pengasuh Rayan. Jadi, Rayan ke mall bersama wanita itu? Siapa dia, Jeno sangat ingin melihatnya.Maryam yang duduk di belakang pun mengerutkan kening. "Kamu sedang l
Read more

Memungut Orangtua

Rayan sedang berendam di air hangat, Pengasuh menuang essence pada hathup yang sudah dipenuhi busa sabun. Vanila mint adalah wangi kesukaannya Rayan, tercium wangi dan sangat manis juga segar.Rayan berdiam diri saja, otak pintarnya terus mengingat ucapan Rea yang salah bicara 'ibu ibu ibu' kata itu terus terngiang di kepala Rayan. Kenapa tante itu menyebut dirinya ibu? Apakah dia mau jadi ibunya? Itu yang dia pikirkan saat ini.Setelah beberapa saat berendam, Pengasuh membantu Rayan membersihkan diri dari busa-busa sabun dengan air bersih lantas membalutnya dengan handuk mandi yang halus.Rayan digendong keluar kamar mandi dan masuk ruang tidur, diduduknya di atas sofa dan Pengasuh segera mengambilkan pakian untuk anak kecil itu. Rayan tampak tenang dia pun sudah lapar ingin segera makan pizza di bawah.Pengasuh segera memakaikan pakaian dan menyisir rambut anak kecil itu. "Ray ingin ke bawah, Pengasuh," kata Rayan."Siap, Tuan," jawab Pengasuh lantas menurunkan Rayan dari sofa lanta
Read more

Bagaimana Kalau Kita Menikah

Pagi ini dengan suka cita Rayan berangkat ke sekolah, teman-temannya dan beberapa orang dewasa di sana menyaksikan betapa gembiranya anak kecil itu. "Dadah, Ibu, Ayah!" seru Rayan seraya melambaikan tangan pada Arfan dan Rea yang kemarin telah diresmikan menjadi Ayah dan Ibu bagi Rayan."Dah, Ray!" balas Rea dengan senyum sumringah, setelahnya Rayan segera berlari masuk gedung.Rea dan Arfan sama-sama menurunkan tangan, mereka lalu saling pandang. Rea sangat merasa tidak enak tentunya karena melibatkan Arfan ke perihal yang seperti ini. "Maafkan Ray ya, Fan. Karena dia, kamu jadi dipanggil ayah, padahal menikah juga belum." Rea tersenyum.Arfan juga balas tersenyum menanggapinya. "Kalau begitu bagaimana kalau kita menikah saja," celetuk Arfan dengan nada canda, tapi sungguh jauh di lubuk hati paling dalam ucapan itu adalah sebuah keseriusan."Arfan! Apa yang kamu katakan!" sentak Rea, lalu tak lama wanita itu tertawa karena menganggap semua ucapan Arfan hanya candaan. "Itu tidak mungk
Read more

Air Mata Haru

Rayan terlihat berlari riang menuju Rea yang juga tersenyum melambaikan tangan, sementara Jeno yang melihat adegan itu seperti membeku layaknya patung es.Seperti ada percikan-percikan api yang menghangatkan hatinya, seperti ada debaran-debaran yang ia rasakan setelah sekian lama jantungnya seolah tak berdenyut. Dia benar-benar tidak tahu harus apa saat ini, harus keluar dari mobil dan menemui mereka atau ....Terlihat Rea membawa Rayan memasuki taksi lantas meninggalkan halaman sekolah, sementara Jeno baru tersadar setelah keduanya berlalu. Pria itu segera tancap gas untuk mengikuti taksi yang membawa Rea dan Rayan dengan jantung yang berdebar-debar, sampai-sampai ia menyeka keringat dari keningnya yang bercucuran.Di dalam taksi Rea memeluk kepala putranya dan membelainya penuh kasih, Rayan sangat senang mendapatkan perlakuan ini dari Rea sehingga anak kecil itu terus saja memberikan senyum. "Bagaimana tadi belajarnya?" tanya Rea lantas mengecup puncak kepala putranya yang baru saja
Read more
PREV
1
...
678910
...
12
DMCA.com Protection Status