Home / Pernikahan / Akhirnya Kau Mencintaiku / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of Akhirnya Kau Mencintaiku: Chapter 61 - Chapter 70

114 Chapters

Hukuman Yang Pantas

BYUUURR!Aruna dan Alex gelagapan saat seember air dingin jatuh mengguyur tubuh mereka berdua. Suara langkah kaki terdengar semakin mendekat dan keduanya melihat sosok pria yang tidak pernah mereka duga akan datang. Suasana ruangan yang gelap perlahan timbul cahaya dari lampu yang berada di atas kepala mereka."Je-jeno, Sa-sayang. Ka-kamu datang untuk selamatkan aku, kan?" Aruna berusaha melepaskan kedua tangannya dari ikatan tali yang tergantung di atas. "Sayang, cepat lepaskan aku," pintanya menatap pada Jeno yang terus berjalan mendekat.Namun, pria itu bukannya melepaskan ikatan tali di tangan perempuan itu, dia malah mencengkram rahang sang wanita dan menatapnya geram. "Apa? Lepaskan? Ini pantas untukmu. Wanita pengkhianat sepertimu pantas aku perlakukan seperti ini, Aruna." Jeno melepas kasar rahang wanita itu hingga berpaling ke samping.Aruna masih tidak mengerti dengan apa yang Jeno katakan. "A-apa yang kamu katakan, Sayang? Aku tidak mengerti, aku mohon cepat kamu lepaskan a
Read more

Ini Bukan Akhir, tapi Awal

Ruangan ICU, di mana Rea selama seminggu ini terbaring koma, sejak malam itu Rea tak mau bangun hingga pemakaman papanya saja dia tidak ikut menghadiri. Rea seolah tidak punya semangat hidup lagi setelah tahu semua kejahatan Jeno terhadap dirinya dan juga pada orang yang paling wanita itu kasihi.Rasanya sakit sekali, penderitaan Surya disebabkan oleh cintanya pada pria yang salah. Bahkan, kematian papanya tepat di hadapan dirinya malam itu. Rea tidak sanggup menghadapi dunia lagi, dia ingin tidur dan tidak ingin bangun lagi.Jeno masuk dengan membawa sesuatu di tangannya, dia berjalan mendekat dan berdiri di samping ranjang. "Hai, selamat sore, istriku tercinta," sapanya dengan nada bergetar.Jeno lemah, selama seminggu ini tak bisa tidur siang dan malam memikirkan keadaan Rea yang tak juga bangun. "Kamu pasti sangat marah padaku, Rea. Hingga kamu tidak sudi bangun untuk sedikit berbicara padaku. Maafkan aku, Sayang. Karena aku begitu sangat terlambat menyadari kebodohanku. Jeno menu
Read more

Musim Kedua

Musim-musim berlalu setiap tahunnya, terus bergulir hingga mengikis kisah-kisah lalu yang mengubah banyak kehidupan para insan manusia yang ada di bumi. Siang begitu terik, seorang pria berkacamata berjalan cepat menuju sebuah ruangan kantor besar di kota."Tuan, seorang penculik menghubungiku dan meminta tebusan 2 Milyar untuk membebaskan seorang anak yang mirip denganmu."Jeno yang sedang fokus di depan laptopnya pun kini menatap Arya yang berdiri di seberang mejanya, pria yang kini berusia 30 Tahun itu melepas kacamata baca dari wajahnya."Apa maksudmu? Anak siapa yang mirip denganku? Dan kenapa mereka menculiknya?" tanya Jeno penasaran, pria itu menatap Arya dengan serius."Diduga mereka adalah musuh bisnis Anda, Tuan. Mereka mengira anak ini adalah anak Anda karena memiliki kemiripan sembilan puluh sembilan persen." Arya memberikan ponselnya pada Jeno dan menunjukkan foto anak kecil yang sedang disekap pada satu ruangan.Anak laki-laki tampan itu tampak tidak menangis, tapi dia t
Read more

Tidak Punya Orangtua

Anak kecil itu berhenti makan, dia lantas mengerutkan kening. "Apa yang Paman lihat?" tanyanya waspada."Siapa namamu, Nak?" tanya Jeno."Rayan Lee," jawabnya, lantas kembali makan dan mengabaikan tatapan Jeno yang terus memperhatikan fitur wajah anak itu, Rayan benar-benar mirip seperti Jeno kecil."Apa kamu ingat di mana rumahmu?" tanya Jeno lagi.Anak kecil bernama Rayan itu mengangguk. "Aku tinggal di Green House Asri Nomor A5," jawab Rayan lalu lanjut makan.Jeno pun sedikit terkejut, ada anak kecil yang begitu pintar seperti ini. "Bagus sekali, kamu mengingat tempat tinggalmu sendiri. Habiskan makanmu, nanti Arya akan mengantarkanmu pulang," kata Jeno."Umm!" jawab Rayan seraya mengangguk cepat. Rayan anak yang pintar dan pemberani, buktinya dia tidak sedikit pun menangis atau merengek memanggil ibu dan ayahnya seperti anak-anak pada umumnya."Kalau boleh tahu siapa nama mama dan papamu?" Jujur saja Jeno penasaran dengan orang tua anak ini, terlebih pada nama ibunya. Entah menga
Read more

Kunjungan Ke Rumah Bramantio

Seperti janji yang sudah disepakati kemarin, hari ini Rena Lu mengajak cucunya untuk pergi ke rumah orang yang telah baik hati menyelamatkan Rayan dari penculik. Mereka berjalan keluar dari rumah nenuju mobil. "Pak, antarkan kami ya," pinta Rena Lu kepada supirnya."Baik, Nyonya." Supir itu mengangguk dan membukakan pintu belakang. Rayan dan Rena Lu pun masuk mobil lantas supir menutup pintu kembali, pria paruh baya itu juga masuk mobil dan kendaaran itu melaju meninggalkan rumah yang cukup megah itu.Di tengah perjalanan Rayan terus memperhatikan jalan, dia harus fokus mengingat karena jangan sampai salah alamat. 'Anggrek House Elite' saat Rayan membaca plang besar di depan jalan ia pun menujuk. "Kita masuk gang besar itu, Pak!" seru Rayan memberi tahu.Supir itu pun mengangguk dan mengikuti arahan dari Rayan, sementara Rena Lu hanya tersenyum saja, dia benar-benar bangga memiliki cucu sepintar Rayan. Wanita paruh baya itu mengelus kepala anak kecil itu. "Apakah masih jauh, Ray?" Ra
Read more

Yang Sesungguhnya

Maryam berjalan menaiki anak tangga dan melangkah menuju suatu kamar tidur, sore tadi putranya sudah pulang dari kantor dan sudah pasti setelah itu Jeno tidak akan keluar lagi meski hanya untuk makan malam.Mungkin hanya sesekali saja putranya mau turun makan malam itu pun jika Maryam memaksa. Sejak kepulangan Jeno ke rumahnya 6 Tahun lalu, putranya itu berubah menjadi sangat tertutup.Jeno tidak pernah menceritakan sedikit pun permasalahan dirinya dengan istrinya, Maryam hanya tahu kalau menantunya meninggalkan Jeno karena Jeno yang salah. Ya, Jeno hanya mengatakan kepada ibunya kalau Rea meninggalkan dia karena kesalahannya.Maryam tentu menyalahkan putranya sendiri, Maryam juga menduga kalau Rea sakit hati karena pasti Jeno berselingkuh dengan Aruna yang kini entah berada di mana wanita murahan itu. Maryam juga hanya tahu Jeno sakit ginjal dan diharuskan dioperasi sehingga putranya itu kini hanya memiliki satu ginjal saja.Maryam mengetuk pintu kamar putranya beberapa kali, tapi s
Read more

Terbiasa Bersamanya

Esok pagi yang dingin sangat dingin, pekerjaan adalah pekerjaan. Arfan harus tetap berangkat ke rumah sakit untuk bekerja, ada pasien yang kritis di rumah sakit sehingga ia harus segera sampai ke tempat kerja pagi ini.Pria itu sangat terburu-buru berjalan menuju pintu keluar hingga melupakan banyak hal. "Arfan, tunggu!" Panggilan Rea menahan langkah kaki Arfan, pria itu menoleh dan melihat Rea datang berlari menghampirinya. "Kamu melupakan mantel dan juga sarapanmu, ini ambillah." Rea memberikan sebuah mantel tebal dan juga kotak makanan kepada pria itu, lantas segera Arfan terima."Terima kasih," ucapnya seraya tersenyum, Arfan menatap Rea, ingin sekali ia mengecup kening wanita itu seperti layaknya suami dan istri saat akan pergi bekerja, tapi lagi-lagi Arfan harus sadar kalau itu belum bisa ia lakukan."Tunggu apa lagi? Ayo cepat pergi, Fan!" kata Rea membuyarkan lamunan Arfan hingga pria itu tersadar.Pria itu tersenyum dan sedikit mengangguk canggung. "I-iya, Re. Aku pergi dulu,
Read more

Ayah dan Ibu

Kini keduanya sudah berada di satu meja makan yang sama, menikmati makan malam berdua seperti biasa. Setelah selesai Arfan segera meraih gelas dan meminum air putih di dalamnya, begitupun dengan Rea.Arfan kemudian meletakan kembali dan mengambil tissue dari tempatnya untuk menyeka bibir, pria itu lantas menatap wanita yang duduk di hadapannya. "Apakah kamu sudah memikirkan pembicaraan kita kemarin malam, Re?" Pertanyaan Arfan membuat gerak tangan Rea yang akan membereskan peralatan makan pun berhenti, wanita itu lalu mengangkat pandangan kepada Arfan. "Aku belum siap bertemu dengan Ray, Fan. Aku juga takut kembali ke Indonesia sekarang," jawab Rea seraya menundukan pandangannya.Siapa yang tidak rindu anak? Semua ibu pasti akan sangat merindukan putranya, tapi Rea masih memiliki luka lama dan trauma yang tak kunjung sembuh sampai saat ini. Mendengar hal itu Arfan mengangguk, apa pun itu keputusan Rea, pria itu akan setuju karena ia hanya bisa menasehati saja. "Baiklah, aku tidak aka
Read more

Perasaan Seorang Ibu

"Dengar, Fan. Bibi tidak pernah memaksa Rea untuk memberikan seluruh karyanya kepada bibi. Dia sendiri yang sukarela melakukannya, kan?" Rena Lu tampak kesal kepada keponakannya sendiri saat malam begini Arfan menelefon dan meminta bibinya itu untuk berhenti meminta desain pakaian terbaru dari Rea."Itu karena dia orang yang baik dan tahu caranya balas budi. Akan tetapi, Bibi. Sebuah karya akan lebih baik jangan diakui hak ciptanya, Bibi lebih baik akui jika semua itu adalah milik Rea, bukan milik Bibi--""Arfan! Kamu pikir aku tidak bisa membuat karyaku sendiri, hah! Jadi hanya untuk ini malam-malam menelefonku untuk mengganggu tidurku saja! Dengarkan aku, Fan--"Arfan mengerutkan kening saat omelan bibinya terjeda, yang ternyata di sana Rena Lu mendengar ketukan di pintu. Wanita paruh baya itu berjalan ke arah pintu tanpa mematikan telefon lebih dulu. "Iya, ada apa kamu datang malam-malam begini, Pengasuh?" tanya Rena Lu dengan nada sedikit ketus karena masih kesal dengan percakapann
Read more

Kontak Batin

Keadaan Rayan saat ini sudah cukup membaik setelah dokter memberikan suppositoria dan infus pada anak kecil itu, kini suhu tubuhnya lebih baik dan dia tampak tertidur pulas.Rena Lu mengusap puncak kepala Rayan lantas tersenyum. "Syukurlah kini kamu sudah membaik, Ray. Nenek lega kamu sudah baik-baik saja," kata Rena Lu pelan, lantas wanita itu pun melangkah menuju sofa, duduk di sana dan melipat kedua tangan di bawah dada.Jam menunjukan tengah malam, wanita paruh baya itu tampak lelah setelah bekerja seharian dan malah sekarang Rayan sakit, terpaksa untuk malam ini Rena Lu akan tidur di rumah sakit menunggui cucunya.Karena lelah Rena Lu akhirnya memejamkan mata, menunggu fajar menyingsing membawa cahaya pagi. Saat di rasa pagi telah tiba, Rena Lu bangun dari tidurnya lantas mengusap wajahnya yang lelah karena semalaman dia tidur berbaring miring di sofa.Rena Lu melihat Rayan masih tertidur, perlahan ia berjalan mendekat dan kembali mengecek suhu tubuh anak kecil itu. Tak lama pint
Read more
PREV
1
...
56789
...
12
DMCA.com Protection Status