Home / Pernikahan / Akhirnya Kau Mencintaiku / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Akhirnya Kau Mencintaiku: Chapter 41 - Chapter 50

114 Chapters

Kena Serangan Jantung

Jeno dan Rea baru saja sampai di rumah, keadaan rumah juga terasa sepi dan terlihat bersih karena Jeno memang sudah menyuruh Aruna memanggil asistant rumah tangga kali ini, dia tidak mau membuat Rea bekerja di rumah lagi."Selamat datang, Tuan dan Nyonya." Ternyata Jeno memang mempekerjakan pembantu rumah yang harus bersedia tinggal di rumahnya untuk 24 jam melayani dan menjaga Rea. "Kamu menyewa asistant rumah?" tanya Rea pada suaminya.Jeno mengangguk. "Iya, aku tidak mau membuatmu bekerja berat lagi. Kalau begitu ayo masuk," ajaknya dan Rea memperhatikan suasana rumahnya."Ke mana Aruna?" tanya Rea, karena dia tidak melihat keberadaan wanita itu."Aruna sudah tinggal di tempat lain, aku sudah sewakan rumah untuknya," jawab Jeno apa adanya, karena ia ingin lebih menjaga perasaan Rea maka dia pun menyiapkan tempat tinggal lain dan menyuruh wanita itu pindah, tentu saja hal itu membuat Aruna sangat tersinggung.Rea mengangguk paham, meski bagaimana pun Jeno masih memberi kepedulian p
Read more

Tidak Siap Jujur

Para perawat dan dokter berdatangan, Jeno benar-benar merasa panik. "Tolong bantu mertuaku, selamatkan dia, Dok.""Apa yang terjadi, kondisi pasien sebelumnya baik-baik saja, mengapa tiba-tiba mengalami serangan jantung lanjutan? Ini sangat berbahaya bagi pasien, tolong Anda keluar lebih dulu, kami akan lakukan tindakan," kata Dokter seraya mempersiapkan alat medis yang dibutuhkan bersama perawat lainnya."Aku tidak tahu, Dok. Saat aku datang mertuaku sudah seperti ini," jelas Jeno, apa adanya."Iya, iya, tapi sekarang tolong Anda keluar. Perawat tolong bawa Tuan ini keluar dari ruangan!" titah Dokter kemudian."Baik, Dok." Perawat perempuan itu mengangguk dan menyuruh Jeno untuk keluar. "Tuan, silakan keluar." Perawat itu mendorong tubuh Jeno hingga pria itu sampai di luar ruangan dan pintu tertutup.Jeno tidak bisa melihat keadaan di dalam, dan di dalam juga Dokter serta perawat berusaha melakukan penyelamatan yang terbaik.***Rea terbangun dari tidurnya, tenggorokannya tiba-tiba s
Read more

Tidak Ada yang Bisa Dilakukan

Dokter tampak menghela napas. "Pasien sudah melewati masa kritisnya, kita tinggal tunggu pasein sadar, kami sudah berusaha yang terbaik, tapi untuk hasil kita tunggu perkembangannya ketika pasien sudah siuman," jelas Dokter pada Rea."Apakah sekarang aku bisa melihatnya, Dok?" tanya Rea penuh permohonan."Silakan, tapi satu orang saja. Pasien harus istirahat cukup jangan sampai terganggu.""Baik, Dok," sahut Rea dan Jeno."Baiklah, aku permisi," pamit Dokter dan melangkah pergi.Rea menoleh pada Jeno dan pria itu mengangguk. "Pergilah, temui papamu," titah Jeno.Rea mengangguk dan mulai masuk ke ruangan. Jeno mengusap wajahnya tak bisa tenang, dia kembali duduk di kursi dan menopang kepalanya dengan kedua telapak tangan yang bertumpu pada kedua paha. Arya hanya berdiri diam di hadapan Jeno, dia juga bingung tidak punya kalimat penghiburan yang bagus untuk menenangkan bosnya.***Rea perlahan mendekat pada ranjang rumah sakit di mana Surya berada, terbaring tak berdaya dengan jarum inf
Read more

Jelas, Lebih Memilih Dia

Seminggu sudah Surya di rumah sakit, Rea selalu berada di sisinya untuk menjaga sang Papa. Arfan juga sering berkunjung karena tahu kalau Surya dirawat di rumah sakit tempat dia bekerja."Besok Papa boleh pulang, Fan. Dan mungkin dia akan tinggal di rumahku dan Jeno. Papa tidak ada saudara lain di sini." Rea sedang memijat kaki papanya, Surya hanya menyimak saja obrolan sepasang sahabat itu tanpa ada yang bisa ia lakukan.Arfan adalah sahabat baik putrinya, kenapa Rea malah mencintai iblis seperti Jeno? pikir Surya. Lihat saja, Arfan begitu baik dan lembut pada putrinya, sepertinya pria itu menyukai Rea, tapi sayang putrinya tidak sadar. Surya hanya bisa memainkan mata, kerena hanya itu organ tubuh yang masih berfungsi."Kalau kamu mau, Paman Surya bisa tinggal bersamaku, Re. Aku hanya tinggal sendiri di rumah, nanti aku bisa sewa perawat untuk Paman jika aku harus pergi ke rumah sakit," tawar Arfan."Itu tidak diperlukan," sela Jeno yang tiba-tiba saja datang. Rea dan Arfan menoleh p
Read more

Tidak Cukup Dengan Kesempatan Kedua

Sesampainya di rumah, Jeno membantu Rea mendorong kursi roda papanya, kini Surya akan tinggal di sini, saksi bisu kekejaman Jeno terhadap sang istri. Mereka semua masuk saat assitant rumah membukakan pintu. "Selamat datang, Tuan, Nyonya," sapanya ramah."Bi, tolong bawakan barang-barang ini ke kamar yang ada di lantai bawah, ya," titah Jeno, dan meminta Rea memberikan barang-barang Surya pada pembantu rumahnya."Terima kasih ya, Bi," kata Rea, sopan."Sama-sama, Nyonya." Bibi mengangguk lantas membawa tas milik Surya ke kamar yang Jeno pilihkan.Pria itu lantas menoleh pada istrinya yang berdiri di samping. "Aku pilihkan kamar bawah karena kondisi Ayah, Re," jelasnya.Rea tersenyum dan mengangguk kecil. "Tidak apa-apa, aku paham. Kamu tidak usah merasa tidak enak begitu." Toh kamar bawah tidaklah buruk, rumah mewah ini selalu memiliki fasilitas bagus di setiap kamarnya.Jeno balas tersenyum setelahnya kembali berkata. "Aku antarkan Ayah ke kamarnya, Ayah harus istirahat. Kamu juga har
Read more

Suami Possesive

Setelah makan malam Jeno dan Rea mengantarkan Surya kembali ke kamar, setelah itu Rea juga membantu papanya minum obat yang disarankan dokter. "Papa istirahat ya," kata Rea seraya mencium pipi kanan dan kiri papanya.Dia lalu tersenyum pada suaminya, dan Jeno segera membantu Surya untuk naik ke tempat tidur. Rea menyelimuti papanya, dan mencium punggung tangan pria paruh baya itu. "Kami pergi dulu," pamitnya lantas mereka berdua melangkah keluar.Sepeninggalan Rea dan Jeno tampak sudut mata Surya mencair, putrinya adalah wanita yang manja dan lemah lembut. Tidaklah pantas bersanding bersama Jeno yang licik dan kejam, tak bisa membayangkan hidup putrinya dulu bagaimana. "Perasaanmu pasti akan hancur jika tahu semuanya, Re. Papa ingin sekali mengatakan semuanya padamu sekarang, agar kamu tidak terlalu terlena akan kebaikan pria itu," batin Surya.Pria paruh baya itu hanya terisak-isak meratapi nasibnya sekarang, tanpa bisa menyeka air mata yang membasahi pelipisnya. Dia ingin sembuh dan
Read more

Putus

Melihat tulisan di kertas itu Rea tertegun, lantas menatap Arfan di hadapannya. "Apakah masih ada yang perlu ditanyakan?" tanya pria itu dengan santai.Rea menggeleng. "Ti-tidak sama sekali, aku hanya ingin katakan terima kasih banyak atas bantuanmu." Rea semakin merasa kaku dan canggung karenanya."Tidak masalah, ini sudah pekerjaanku. Jika ada apa-apa segera hubungi aku."Rea tersenyum dan mengangguk kaku. "Kalau begitu aku permisi, terima kasih sekali lagi." Rea berdiri dan Arfan mengangguk.Rea segera keluar ruangan dan diikuti pengawal. "Sudah matikan saja," pinta Jeno pada pengawalnya."Baik, Tuan," jawab pria yang memakai setelan jas hitam-hitam itu.Layar ponsel menjadi gelap, Jeno meletakan benda pipih itu kembali ke atas meja dan menghela napas lega. Saat ini pintu ruangan Jeno diketuk dan tak lama terbuka, Aruna masuk dengan senyuman manisnya dan di tangannya terdapat kotak bekal seperti biasa ia bawa."Sayang, kamu pasti belum sarapan. Ini aku bawakan sarapan untukmu seper
Read more

Apa yang Harus Dibawa

Jam sudah menunjukkan pukul 2 siang, sudah sangat jauh dari jam makan siang. Setelah menemani Jeno meeting pria itu kembali ke ruangannya, lantas melihat kotak bekal yang tadi Jeno berikan. Itu pemberian dari Aruna, dan wanita itu saat ini tidak terlihat di kantor. Bahkan tadi saja dia tidak hadir dalam meeting penting.Arya mengambil kotak itu dan perlahan membukanya, pria itu melihat masakan yang tak asing lagi, pria itu lantas tersenyum miring. "Apa tuan Bramantio tidak bisa membedakan masakan rumah dengan masakan restoran? Wanita itu memang wanita ular, aku bersyukur nona Rea sudah bisa membuat tuan sadar dan akhirnya mencintainya."Arya lantas menutup kotak bekal itu lagi, meraih gagang telefon dan menghubungi seseorang. Setelah selesai menelefon tak lama pintu diketuk. "Masuk!" sahutnya, dan tak lama seorang office boy membuka pintu."Permisi, Tuan. Apa Tuan membutuhkanku?" tanyanya sopan."Ya, masuklah," pinta Arya.Office Boy itu masuk dan berdiri di depan meja Arya, Arya meny
Read more

Aku Berikan Hatiku

Rea mematut diri di cermin, wajahnya sangat pucat. Padahal dia sudah berusaha menurut pada dokter agar rutin minum obat, tapi mengapa masih suka kambuh? Mungkin karena penyakitnya ini sudah sangat parah, akan butuh waktu lama untuk memulihkannya.Ini pertama kalinya Jeno mengajaknya ke suatu tempat, dia tidak tahu mau dibawa ke mana. Dipolesnya wajah cantik yang semakin tirus, dulu Rea memiliki wajah imut dan sedikit berisi, sekarang wajahnya semakin menirus.Diraihnya alat make up yang ada di atas meja rias, mengulas sedikit bedak dan memberi perona wajah agar tidak terlalu pucat, tak lupa juga ia mengulas bibir agar lebih terlihat segar, dia tersenyum menatap pantulan dirinya di cermin, lantas mengambil jepit rambut mutiara dan menggunakan di rambutnya yang tergerai indah hingga punggung.Rea menggunakan dress warna pink dengan kerah sabrina, sehingga menunjukkan tulang selangkanya yang indah meski terlihat lebih kurus. Dia wanita sempurna sehingga sedikit polesan saja sudah cukup m
Read more

Mau Punya Bayi

Deruan napas yang berbaur aroma mint mengikat ingatan waras Rea, wanita itu mencengkram seprai putih bertabur kelopak bunga mawar tempat keduanya berbaring. Setelah makan malam romantis tadi pasangan ini menghabiskan malam di kamar hotel yang sudah Jeno pesan sebelumnya.Lampu temaram dengan aroma lilin menguar bersama irama desahan, kalimat cinta dan panggilan sayang memenuhi ruangan kamar sweetroom yang disetting begitu sempurna. Jeno tenggelam dalam indahnya asmara, Rea bagai candu yang tak dapat ia lewatkan lebih lama lagi. Dirinya selalu ingin mendekat dan menikmati manisnya cinta berdua, menghabiskan sisa malam gelap hingga fajar terbit membawa terang."Terima kasih." Suara parau Jeno masuk ke telinga Rea, wanita itu perlahan membuka mata dan memberi senyuman lembut.Hatinya selalu hangat, dia wanita berhati lembut yang selalu dipenuhi cinta. Sebanyak apa luka yang Jeno beri untuk dirinya, tak mampu menghapus cinta di hatinya. Rea pernah marah pada dirinya sendiri, mengapa dia s
Read more
PREV
1
...
34567
...
12
DMCA.com Protection Status