Home / Pernikahan / Akhirnya Kau Mencintaiku / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Akhirnya Kau Mencintaiku: Chapter 21 - Chapter 30

114 Chapters

Ditagih Janji

Jeno tampak serius memasak, memakai celemek warna hitam dan mulai mengolah bahan makanan. Dia bukan ahli memasak, tapi kemampuannya dalam hal memasak tidak buruk juga. Jeno mulai mengambil daging ayam bagian dada dan mem-fillet-nya hingga tanpa kulit dan tulang, membakarnya dalam api sedang.Pria itu menyiapkan mangkuk kecil dan menyiapkan kecap BBQ mengocoknya dan mengoleskannya pada ayam fillet yang sedang ia panggang. Gerakannya cukup lihai dan cekatan, Jeno cukup bagus dalam perhitungan waktu sehingga saat membalik daging kematangannya pas.Aruna bertopang dagu, tersenyum-senyum sendiri memperhatikan wajah serius Jeno saat ini, terkesan cool dan menawan membuatnya semakin tergila-gila dan ingin segera memiliki pria itu seutuhnya."Sayang," panggilnya memecah keheningan di ruangan itu."Hmm," sahut Jeno, pria itu hanya menggumam sebagai respon tanpa mengalihkan pandangannya dari masakan yang sedang ia buat."Kapan kita menikah? Kapan kamu ceraikan Rea dan menikahi aku?"Pertanyaan
Read more

Tak Bisa Tidur

Jeno tersadar dari ketertegunannya, tapi hatinya benar-benar gelisah. Dia pernah berjanji pada seseorang yang kini telah tiada, berjanji akan menjaga dengan baik Aruna. Meski wanita paruh baya itu tidak meminta langsung agar Jeno menikahi putrinya, tapi pria itu mengerti arah yang dibicarakan itu ke mana, dan sekarang bagaimana? Rasa ingin bersama Rea lebih besar dibanding ingin menceraikan wanita itu.Lalu bagaimana dengan janjinya? Bagaimana dengan Aruna? Adakah jalan keluar yang terbaik untuk Jeno?Pria itu membawa dua porsi hidangan yang sudah ia buat, lengkap dengan salad sayur yang segar dan daging ayam fillet panggang tanpa lemak. Terlihat menggugah selera makan bagi siapa pun yang melihat dan mencium aromanya. "Makanlah," ucapnya dengan nada rendah.Setelah menaruh dua piring makanan di atas meja pria itu kembali ke are dapur, mengambil gelas dan menuangkan air putih untuknya juga Aruna. Jeno selama ini sejujurnya sudah sangat mengurus dan menjaga Aruna dengan sangat baik, bia
Read more

Bekas Cinta Semalam

Pagi hari, terlihat Rea menuruni anak tangga, dia menoleh ke arah pintu keluar saat mendengar suara pintu depan tertutup. Aruna baru saja mengantar kepergian Jeno yang akan lari pagi, wanita itu tampak tersenyum saat berbalik badan. Rea juga terlihat biasa dan lanjut menuruni anak tangga ingin menuju dapur, tapi saat dia sampai lantai dasar Aruna menyapanya."Selamat pagi, Rea? Apakah semalam kamu bisa tidur nyenyak?" tanyanya dengan senyum cerah di bibirnya.Rea menatap Aruna dengan ekspresi dingin, lantas menjawabnya datar. "Tentu saja."Aruna menggerakkan tangan dan membetulkan rambut panjangnya yang lurus, menyingkap satu sisi hingga memperlihatkan bagian lehernya. Pandangan Rea langsung tertohok pada satu bekas merah di permukaan kulit leher Aruna yang putih, seperti bekas cakaran kuku. Pikiran Rea langsung traveling dan mengumpati Jeno. "Dasar menjijikan!" batinnya lalu membuang wajah.Aruna tahu jika Rea sudah melihat tanda cakaran di lehernya yang dia buat sendiri, wanita itu
Read more

Bertemu Kekasih Gelap

Di tengah pembicaraan serius Jeno dan Aruna, suara langkah kaki menuruni anak tangga terdengar sehingga mengalihkan perhatian Jeno dan menatap ke arah sumber suara. Rea sangat anggun dengan dress putih yang panjang di bawah lutut, platshoes, tas sampai jepit rambutnya berwarna senada.Wanita itu sangat cantik dihiasi senyum yang menawan, kenapa Jeno baru sadar sekarang bahwa wanita yang dia nikahi selama 2 Tahun ini begitu mempesona. Namun, sikap Rea sekarang tak sehangat dulu, tatapannya tak sesendu dulu saat berhadapan dengannya.Kini ucapan wanita itu terkesan kasar dan selalu terselip sindiran, tatapannya dingin tak bersahabat, Jeno seperti kehilangan Rea yang 2 Tahun lalu mencintainya dengan segenap jiwa dan raga. Tentu saja, Rea masih muda, usianya masih 25 Tahun, mengapa harus menyia-nyiakan dirinya bertahan dengannya?Jika saja Jeno tidak mengancam berbuat sesuatu pada papanya, Rea sudah pasti melarikan diri dari genggaman Jeno. Namun, Rea sendiri belum yakin pada perasaannya,
Read more

Menarilah Di Atas Tubuhku

Lokasi apartemen Alex tidaklah jauh, cukup 20 Menit saja taksi yang membawa Aruna sampai di lokasi. Wanita itu segera keluar dari mobil dan masuk ke gedung bertingkat tersebut, naik lift dan mencari pintu kamar Alex yang berada di lantai 6 lantas menekan tombol di pintu itu. Pintu terbuka seketika, Aruna langsung ditarik ke dalam dan menerima sambutan hangat dari Alex.Beberapa menit keduanya berciuman sebelum Aruna melepas paksa. "Ah, sudahlah, Lex. Aku ke sini hanya ingin mengatakan tugas apa untukmu," kata Aruna seraya menyeka bibirnya yang sedikit basah akibat kelakukan Alex yang selalu saja brutal dalam bermain bibir.Alex terkekeh, dan bertolak pinggang, pria itu masih belum memakai pakaiannya sehingga menunjukkan tubuh bagian atasnya yang cukup seksi. "Terburu-buru sekali, baru juga ketemu sikapmu sangat dingin begini padaku. Ayolah, Aruna ... kita bersenang-senang sebentar. Aku merindukanmu, Sayang." Alex merangkul dan memeluk Aruna, bibirnya pun mengecup pipi wanita itu meski
Read more

Harus Terpisah Lagi

Seperti yang sudah dijanjikan kemarin, Arya datang ke rumah Jeno untuk membawakan foto pernikahan yang dicetak ulang dan dibingkai di figura yang baru. Arya mengetuk pintu beberapa kali, tapi tidak ada yang membukakannya.Pada akhirnya pria itu memutuskan menghubungi Jeno, sementara itu Jeno yang masih menemani Rea berkunjung di rumah Surya pun menerima panggilan telefon, pria itu bergegas merogoh saku celananya dan melihat kontak si penelefon. "Maafkan aku, aku harus menjawab telefon lebih dulu," pamit Jeno.Surya mengangguk dan tersenyum. "Silakan," jawabnya ramah.Jeno segera melangkah pergi menjauh dari Surya yang sedang duduk santai di sofa ruang tamu, sementara Rea sedang berada di dapur untuk mengambil sesuatu. "Hallo, Arya. Ada apa kamu menelefonku?" tanya Jeno saat ia telah menerima panggilan."Maaf, Tuan. Saya berada di rumah Anda, sesuai pesanan Anda saya sekarang membawa foto pernikahan Anda yang sudah dicetak ulang.""Bukankah di rumah ada Aruna? Kamu bisa langsung turunk
Read more

Pria Tak Punya Hati

Rea melambaikan tangan pada papanya saat ia akan masuk mobil, dan Surya juga tersenyum membalas lambaian tangan putri manjanya. Bagi Surya, seberapa dewasanya Rea, wanita itu tetaplah putri kecil tercintanya. Putrinya yang manja, dan penuh lemah lembut. Tanpa dia tahu putri manja dan rapuh itu sudah mengalami kekerasan fisik dan batin selama 2 Tahun pernikahan, ternyata dia mampu bertahan.Terkadang karena cinta memang membuat orang jadi kuat dan sedikit bodoh, bayangkan saja wanita yang dianggap makhluk lemah mampu menanggung segala beban di dalam kehidupan rumah tangganya. Tidak semua manusia mendapatkan ujian yang sama di dalam hidup setelah pernikahan, di antara mereka juga ada yang memutuskan menyerah ada juga yang memilih bertahan, tapi keduanya tetaplah pemenang pada akhirnya.Rea masih terisak saat Jeno masuk mobil, biasanya pria itu sangat jengah melihat orang cengeng. Namun, perasaan Jeno saat ini sedikit melembut, dia memahami sedikit perasaan Rea. Hanya saja dia tidak mau
Read more

Menyadari Perasaannya

Jeno masih duduk di kursi bar rumahnya, dia baru meminum beberapa gelas wine yang tersedia di atas meja. Sesekali dia tersenyum culas saat mengingat kata-kata Rea tadi di kamar. "Aku memang tidak punya orang terkasih di hidupku. Tidak ada kehangatan yang aku rasakan sejak kecil, sehingga aku menyukai rasa dingin selama bertahun-tahun."Lagi Jeno menuang wine ke dalam gelas berkaki dan menyesapnya dalam sekali teguk, mengingat tatapan Rea akhir-akhir ini padanya begitu berbeda. Mengapa baru saat ini dia menyadari jika tatapan Rea yang dulu begitu berbeda dengan saat ini, mungkin karena itu dia baru bisa memahami jika tatapan wanita itu yang dulu penuh cinta, tapi tatapannya yang saat ini penuh kebencian yang tidak dapat terlukiskan.Haruskah Jeno melepaskan saja wanita itu dan membiarkan Rea pergi mencari bahagianya sendiri? Namun, di dalam hati Jeno sudah tumbuh perasaan rindu, rindu pada tatapan Rea dan sikap hangat wanita itu. Saat Jeno terus minum, Aruna datang ke dapur untuk meng
Read more

Merasa Tersisih

Jeno baru saja datang ke meja makan dengan pakaian rapi, dia sudah bersiap ke bekerja hari ini. Sesampainya di sana Rea sudah makan lebih dulu, sementara Aruna masih belum makan layaknya seorang istri yang baik dan setia menanti suaminya untuk makan bersama.Aruna tersenyum melihat Jeno yang memperhatikan Rea makan tanpa mempedulikan kehadiran Jeno di sana, wanita itu dengan cekatan menyiapkan roti bakar yang sudah tersedia ke atas piring milik Jeno, lalu dirinya juga mengambil bagian lalu segera makan. Jeno masih memperhatikan istrinya yang makan sarapan tanpa suara, bahkan tidak melirik padanya sama sekali, itu membuat selera makan Jeno hilang sudah. "Sayang, kenapa hanya diam saja? Ayo makan sarapannya, kita ada meeting penting pagi ini, kan?" Aruna memegangi punggung tangan Jeno yang ada di atas meja, lalu tersenyum provokasi ke arah Rea.Rea melirik tangan wanita itu yang berada di atas punggung tangan Jeno, seketika Rea juga berdiri hendak pergi. "Rea!" Panggilan Jeno mengurung
Read more

Memperkenalkannya Sebagai Istri

Seorang pelayan menyambut kedatangan Jeno beserta kedua wanita yang berjalan di belakangnya. "Selamat pagi, Tuan Bramantio. Silakan asisstant serta tamu Anda sudah menunggu di ruang VIP." Pelayan mempersilakan Jeno untuk menuju ruangan yang sudah diatur sebelumnya oleh Arya.Jeno mengangguk, lantas berjalan lebih dulu diikuti pelayan, Rea juga Aruna. Sesampainya di depan pintu Pelayan segera membukakan pintu. "Silakan, Tuan, Nyonya," ucapnya mempersilakan untuk ketiga orang itu masuk ke ruang meeting, lantas Pelayan kembali menutup pintu.Saat Jeno masuk ruangan seluruh orang di dalam berdiri serentak dan memberi penghormatan dengan membungkukkan sedikit punggung mereka. "Selamat pagi, Tuan," sapa mereka.Arya lantas segera berjalan ke arah kursi yang sudah disediakan untuk Jeno, dan menariknya seraya mempersilakan, lantas ia juga menarik kursi lain di samping Jeno untuk Rea, tanpa mempedulikan Aruna, wanita itu harus menarik kursinya sendiri untuk duduk di samping Arya."Selamat pagi
Read more
PREV
123456
...
12
DMCA.com Protection Status