Lutut Arindi lemas kala membaca berita itu. Hampir saja pertahanannya roboh, namun dengan sigap, Arfaaz segera menahan tubuhnya agar tidak jatuh."Rind, kuat Rind. Belum tentu itu Keenan," ujar Arfaaz menenangkan.Tangis Arindi mulai luruh seketika."Bagaimana kalau Keenan, Mas? Dia adalah duniaku. Kalau memang itu Keenan, Duniaku sudah hancur," keluh Arindi.Arfaaz menghela nafas pelan."Sudah. Lebih baik sekarang kita datangi saja lokasi kejadian. Untuk memastikanya. Aku rasa Keenan tidak seceroboh itu untuk main di area seperti itu," ajak Arfaaz.Arindi mengangguk. Namun tubuhnya lemas. Hatinya tak berhenti berdebar lebih kencang."Kenapa? Kamu tidak sanggup nyetir mobil sendiri?" tanya Arfaaz.Arindi mengangguk pelan."Aku hanya takut tidak bisa konsentrasi Mas ""Ya sudah. Biar anak buahku nanti yang membawa mobilmu pulang. Sekarang ikut di mobilku saja. Kita segera kesana."Tak ada kata yang keluar satupun saat perjalanan. Hanya ketakutan yang terus menggelayuti fikiran Arindi s
Read more