Share

21. MA'AF

Penulis: Anik Safitri
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
"Aku minta ma'af," ucap seseorang di telinga Naina.

Wanita yang tengah melakukan perawatan kuku tersebut sejenak menoleh. Tatapannya masih saja ketus melihat siapa yang berucap.

"Nan, aku minta ma'af," ulang Arfaaz.

Naina mendengkus pelan.

"Iya," jawabnya singkat.

"Terimakasih Nan," ucap Arfaaz lalu beranjak pergi meninggalkan Naina.

Wanita itu benar-benar meradang dengan sikap dingin sang suami. Ia menatap tajam punggung sang suami yang mulai berjalan menjauh.

"Hanya seperti itu Mas?" tanya Naina memastikan.

"Lalu aku harus bagaimana?" tanya Arfaaz masih dengan dingin tanpa berbalik badan menatap sang istri.

"Apa kamu tak mau juga menuruti saran dari Mama, Mas?"

Arfaaz menggeleng pelan.

"Aku tidak setuju dengan cara itu."

"Lalu apa gunanya kamu minta ma'af kalau begitu?" tanya Naina lagi dengan kesal.

"Aku minta ma'af bukan karena aku lantas menuruti permintaanmu Nan. Aku meminta ma'af atas sikapku. Atas bentakanku," jawab Arfaaz.

Naina geram. Namun sebisa mungkin ia berusaha mengon
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Hersa Hersa
walaupun dia arsitek tapi dia termasuk bodoh menyakiti diri sendiri namanya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Aibku Ditukar Dengan Madu   22. Dimana Keenandra?

    Arindi hanya menghela nafas pelan. Menatap trenyuh ke arah suaminya. "Naina tidak sepenuhnya bersalah Mas."Arfaaz yang tengah gusar, langsung berganti menatap Rindi dengan sorot tajam."Ya semua wanita pasti akan melakukan segala hal, segala cara agar lekas diberi momongan bukan? Apa bedanya Naina dengan aku yang dulu? Sama bukan?"Arfaaz menggeleng dengan cepat."Aku.. Aku tak sanggup. Bahkan mungkin aku tak bisa mengatakan kenyataanya Rind. Terlebih jika Mama yang mengetahui. Aku tak mau merusak kebahagiaan beliau begitu saja. Tidak. Namun di sisi lain, aku pun tidak mampu mengatakan hal sejujurnya kepada Naina, Rind. Kamu tau sendiri bagaimana kedekatannya dengan Mama bukan?" keluh Arfaaz."Ya aku tau itu. Tetapi sampai kapan? Naina dan Mama juga pasti terus berharap bukan?"Arfaaz tertunduk."Entahlah Rind. Akupun belum kuat untuk menyampaikan kebenaran itu."Arindi menghela nafas pelan."Semua keputusan ada di kamu, Mas. Tetapi aku harap apapun tindakan yang akan kamu ambil tida

  • Aibku Ditukar Dengan Madu   23. Berita Mengejutkan

    "Kamu tidak bercanda kan Rind?" tanya Arfaaz di tengah paniknya juga.Namun di ujung sana, Arindi justru menangis tersedu."Rind," panggil Arfaaz lagi."Untuk apa aku bercanda Mas? Hal seperti ini tidak pantas untuk menjadi bahan candaan. Tolonglah Mas. Aku serius," rintih Arindi di seberang sana.Nafas Arfaaz naik turun. Jantungnya berdebar kencang jika menyangkut nama Keenandra."Baiklah. Kamu tenang dulu disitu. Aku akan segera kesitu," ucap Arfaaz.Arindi hanya mengangguk walaupun Arfaaz tidak mampu melihatnya saat itu. Tanpa mengulur waktu, Arfaaz segera berganti pakaian. Ia lari menuruni tangga."Selamat pagi Pak Arfaaz. Ini jadwal meeting kita hari ini dengan...""Undur saja waktunya. Kalau tidak bisa batalkan saja Wan," potong Arfaaz dengan cepat saat sang asisten pribadi menyampaikan sejumlah jadwal hari ini.Ia pun turut tercengang. Tak biasanya Arfaaz seperti ini. Arfaaz dikenal sebagai pengusaha yang profesional. Namun mengapa kali ini, ia berbeda?Apa daya Wawan yang hany

  • Aibku Ditukar Dengan Madu   24. Keenandra Pulang

    Lutut Arindi lemas kala membaca berita itu. Hampir saja pertahanannya roboh, namun dengan sigap, Arfaaz segera menahan tubuhnya agar tidak jatuh."Rind, kuat Rind. Belum tentu itu Keenan," ujar Arfaaz menenangkan.Tangis Arindi mulai luruh seketika."Bagaimana kalau Keenan, Mas? Dia adalah duniaku. Kalau memang itu Keenan, Duniaku sudah hancur," keluh Arindi.Arfaaz menghela nafas pelan."Sudah. Lebih baik sekarang kita datangi saja lokasi kejadian. Untuk memastikanya. Aku rasa Keenan tidak seceroboh itu untuk main di area seperti itu," ajak Arfaaz.Arindi mengangguk. Namun tubuhnya lemas. Hatinya tak berhenti berdebar lebih kencang."Kenapa? Kamu tidak sanggup nyetir mobil sendiri?" tanya Arfaaz.Arindi mengangguk pelan."Aku hanya takut tidak bisa konsentrasi Mas ""Ya sudah. Biar anak buahku nanti yang membawa mobilmu pulang. Sekarang ikut di mobilku saja. Kita segera kesana."Tak ada kata yang keluar satupun saat perjalanan. Hanya ketakutan yang terus menggelayuti fikiran Arindi s

  • Aibku Ditukar Dengan Madu   25. Om Baik

    Arindi semakin penasaran oleh jawaban dari Keenandra."Nanti saja deh Ma ceritanya. Keenan capek, ngantukz" keluhnya sembari berlari masuk ke kamar.Arindi mendengkus kecewa."Sabar Rind. Kamu harus mencari momen dimana Keenan bisa mood. Yang terpenting saat ini Keenan bisa ketemu dulu," ujar Arfaaz.Namun sebagai ibu Arindi merasa tidak puas."Bagaimana aku bisa tenang Mas. Aku takut jika Keenan mengulang hal yang sama," keluh Arindi."Makanya Mbak. Yang becus jaga anak. Baru anak satu loh," kata Naina yang menambahi.Arindi sekilas menatap dengan tatapan yang tidak enak."Tau apa kamu? Memangnya kamu sudah punya anak? Sok menasihati aku segala?""Ya difikir pakai logika saja Mbak. Setiap ibu pasti ingin melindungi anaknya. Tetapi kok Mbak Arindi berbeda ya," Netra Arindi kini menatap tajam ke arah sang madu."Apa maksud kamu?""Duh please deh Mbak. Kalau ada yang tidak beres dengan sang anak. Itu artinya ada yang tidak beres juga dengan pola asuh orang tuanya." kata Naina dengan be

  • Aibku Ditukar Dengan Madu   26. Arindi Murka

    Arindi benar-benar terkesiap."Om baik siapa Keen? Mama tidak pernah tau?" tanya Arindi selembut mungkin agar Keenandra mau menjawabnya."Itu Ma yang pakai seragam. Keenandra lupa tadi siapa ya namanya," jawabnya.Arindi sejenak diam. Ia mengingat siapa kerabatnya yang memakai saragam. Ia menggeleng. Ya dia tidak punya kerabat berseragam ataupun yang duduk di bangku sekolah."Tadi juga Keenandra dikawal orang banyak Ma,"Arindi semakin melongo mendengar penuturan sang putra."Dikawal? Siapa?"Keenandra menggeleng."Nggak tau Ma. Ya sama pakai seragam juga."Arindi mengangguk. Berarti memang orang yang memiliki kuasa tinggi. Namun siapa?"Apakah pakaianya seperti ini?" tanya Arindi sembari memperlihatkan gambar yang ada di handphonenya.Keenandra mengangguk.Tebakan Arindi semakin mengarah benar. Ia pun mencari sesuatu lagi dari handphonemya."Apa ini orangnya?"Keeenandra mengangguk cepat. "Iya Ma. Mama kenal?"Bukanya menjawab, justru Arindi mengepalkan tanganya. Untuk sejenak, gigi

  • Aibku Ditukar Dengan Madu   27. Pengakuan

    "Apa maksud kamu berbicara seperti itu?" tanya Arindi dengan netra yang mendelik tajam ke arah Herman.Herman mengalihkan pandang, sejenak menatap arah sudut lain. Ia mengambil nafas sejenak. Seperti hendak mengatakan suatu hal yang menurutnya penting."Keenandra adalah anak ku. Anak kandungku," ucap Herman penuh penekanan.Degg...Mereka semua melongo. Arindi menatap tak percaya. Ia memegangi dadanya yang terasa sesak."Maksudmu apa?" bentak Arfaaz yang tidak sabar.Herman kembali mengangguk."Sesayang apapun kamu terhadap Keenandra, dia bukan anak kamu bukan? Tidak usah munafik. Dia anakku. Anak kandungku. Dan aku siap tes DNA denganya," ulang Herman penuh penekanan.Arindi meronta. Tubuhnya terasa lemas. Sementara Arfaaz bergantian menatap Arindi dengan tajam. Penuh tanda tanya. Arindi hanya menggelengkan kepala. Karena ia pun tidak tau arah pembicaraan Herman."Sebenarnya kamu siapa? Kenapa kamu bicara seperti itu?" tanya Arindi."Pria yang merenggut harga dirimu dengan paksa mala

  • Aibku Ditukar Dengan Madu   28. Sopir Pribadi

    Arindi terperanjat dengan kalimat Arfaaz. Bahkan dari nada bicaranya terlihat bahwa hati Arfaaz tengah tidak baik baik saja."Mas Arfaaz marah?"Arfaaz menoleh dengan sinis."Marah? Untuk apa? Toh Keenandra sudah lahir bukan? Sudah besar malahan. Sekarang keputusan tinggal ada di kamu," kata Arfaaz dengan nada dingin.Alis Arindi bertaut."Keputusan? Maksud Mas Arfaaz apa? Aku benar-benar tidak mengerti,"Arfaaz mengibaskan tanganya di udara sembari tertawa kecil."Sudahlah. Jangan berlagak bodoh Rind. Sekarang kamu tau bukan siapa ayah biologis dari Keenandra? Bahkan dia bukan orang lain di masa lalu kamu Rind. Bisa saja kamu memilih kembali bukan? Memulai hidup baru dengan ayah dan ibu kandung Keenandra," kata Arfaaz yang justru terdengar seperti sebuah sindiran tersebut.Arindi menggeleng dengan cepat."Ternyata dangkal sekali fikiranmu ya Mas. Aku tak menyangka,"Arfaaz tetap mencoba untuk tenang."Tidak usah berbalik marah Rind. Bukankah apa yang aku ucapkan memang benar?""Lalu

  • Aibku Ditukar Dengan Madu   29. Keinginan Arfaaz

    Sebenarnya Bu Tami sedikit terkesiap denhan respon Arindi Namun sebisa mungkin ia menutupi agar gengsi dan wibawanya tidak turun.Sementara Arindi hanya menggerutu dalam hati, bagaimana mungkin ia mengandalkan nafkah dari Arfaaz untuk menggaji sopir, jika untuk makan saja tidak cukup. Ah entahlah serasa tidak ada habisnya jika membahas isi kepala si konglomerat itu.Sementara Arfaaz kini lebih banyak termenung. Ya tentang siapa ayah kandung Keenandra telah berhasil memporak porandakan hati dan fikiranya. Ia yang mencintai anak itu sepenuh jiwa, yang pertama kali mengumandangkan adzan di telinganya saat ia lahir, menyayanginya tanpa jeda seperti darah daging sendiri, kini telah dikoyak oleh hadirnya orang yang mengaku sebagai ayah kandungnya. Apalagi orang itu bukan sembarangan orang di hidup Arindi.Tentang bagaimana kedepanya, bagaimana Herman nanti yang pasti akan terus mencina mendekati Keenandra juga Arindi kembali. Arfaaz berfikir cepat. Ia harus segera mengambil langkah tegas."

Bab terbaru

  • Aibku Ditukar Dengan Madu   62. END

    Naina hanya melengos mendengar alasan Arindi. Saat para pelayat satu persatu saat sudah pulang. Datanglah seorang tamu berpakaian rapi.Semula mereka mengira bahwa laki laki itu adalah teman atau klien Arfaaz. Ternyata laki laki itu memperkenalkan diri sebagai pengacara."Saya pengacara dari Pak Arfaaz, ingin menyampaikan amanah. Bahwa beliau mempunyai tabungan yang ia amanahkan kepada istrinya jika meninggal."Naina kaget. Namun dalam hati tentu ia bernafas lega. Ia kira ia akan hidup miskin setelah ditinggal mati Arfaaz dan perusahaannya terancam bangkrut. Namun rupanya suami pelitnya itu menyiapkan tabungan untuk mereka. Pengacara tersebut menyerahkan masing masing satu buku tabungan. Saat Arindi menerima buku tabungan itu, ekor mata Naina sempat meliriknya. Jumlahnya Wow cukup fantastis.Dan saat tiba gilirannya. Jumlahnya sangat berbeda jauh dengan yang di terima Arindi."Loh Pak. Kok jumlahnya tidak sama?""Iya Bu. Dikarenakan pernikahan Mbak Arindi dan Mas Arfaaz sudah berjala

  • Aibku Ditukar Dengan Madu   61. JATUH TERTIMPA TANGGA PULA

    Naina masih gemetar "Mbak Arindi," teriaknya. Suaranya bahkan hampir tercekat."Mbak," panggilnya sekali lagi sedikit keras.Arindi mendekat."Ada apa?""Mas Arfaaz kecelakaan. Dan dia meninggal.""Hah, serius kamu?""Aku Baru saja dapat telefon dari kepolisian. Dan sekarang dibawa ke RS BAYANGKARA," Jawab Naina..Arindi sebenarnya ingin menangis, meraung, menjerit saat itu. Tapi itu bukan solusi di saat genting. Ia segera menyambar kunci mobil."Aku ikut Mbak," tanya Naina dengan panik. Ia masuk ke kamar dulu."Tidak usah pakai acara dandan segala. Ini darurat," bentak ArindiSaat itu Naina tak memilih berdebat. Kecuali menuruti."Ra, kamu pulang dulu ya. Aku Mau ke rumah sakit. Suamiku kecelakaan,""Oh iya Nan. Tidak apa apa."Sepeninggal Naina, Clara hanya menggeleng. Membayangkan apesnya menjadi Naina saat itu.Saat sampai di rumah sakit, Arindi segera berlari di lorong rumah sakit. Tak perduli banyak pasang mata yang menatapnya."Sus, pasien kecelakaan atas nama Arfaaz dirawat d

  • Aibku Ditukar Dengan Madu   60. BERITA MENGEJUTKAN

    Clara mengusap wajahnya dengan kasar. Berarti memang apa yang dikatakan Naina saat itu adalah benar."Ya Tuhan, Man. Kamu kok tega sekali sih?" protes Clara."Tega? Maksut kamu? Aku tidak menyakitinya.""Kamu itu sebagai laki laki peka sedikit kenapa sih. Kamu tau jika Naina itu suka dengan kamu. Masih tidak mengerti. Selama ini kamu berusaha mendekatinya. Lalu untuk apa kalau Ki tidak suka?" tanya Clara lagi."Ya Jan sikapku ke Naina ya sama seperti ke kamu Ra. Kita teman. Aku tidak pernah memberinya harapan lebih.""Tapi kalau dia berharap lebih bagaimana?""Ya dia yang salah.""Loh kok dia yang salah?" tanya Clara."Dia sudah bersuami. Kalaupun menjalin hubungan denganku, tujuannya untuk apa? Suatu hubungan itu harus ada tujuan yang jelas ke depannya seperti apa. Kalau aku dan Naina menikah itu adalah hal yang mustahil." jawab HermanAlis Clara bertaut."Kenapa mustahil? Kalian tidak ada ikatan darah. Kalian juga satu agama. Toh Naina juga hanya menjadi istri kedua. Bisa lah menik

  • Aibku Ditukar Dengan Madu   59.MEMANG KENYATAAN

    Sesampai rumah juga Naina tak mengatakan apapun. Meskipun ia begitu kesal dengan Herman. Namun justru seperti Arfaaz yang terkena dampaknya."Nan, aku balik ke kantor ya," ucap Arfaaz.Naina hanya cemberut.'Mau balik ke kantor, mau balik ke alam kubur. Aku tidak perduli,' gumam Naina dalam hati.Namun saat Arfaaz hendak masuk ke dalam mobilnya, tiba-tiba ada sebuah taksi yang berhenti di depan rumah. Dan Arfaaz yakin dibalik taksi itu ada Arindi.Benar saja. Arindi turun bersama Keenandra. Dan laki laki itu mengurungkan niatnya untuk balik ke kantor."Rind," sapa Arfaaz."Iya.""Ada yang perlu aku bicarakan Rind.""Iya aku ingat Mas. Ada apa?"Langkah Arindi menuju teras. Dan Arfaaz mengekor di belakang."Kamu sedekat apa sih dengan Herman sekarang?" tanya Arfaaz.Arindi tertawa kecil."Dekat? Aku tidak dekat sedikit pun dengan dia. Ya kali sudah besuami dekat dengan laki laki lain," jawab Arindi dengan santai."Tapi lihatlah, bagaimana orang tuamu sekarang tidak menyukaiku Rind. It

  • Aibku Ditukar Dengan Madu   58. SIAP.MENDUKUNG

    Arfaaz tidak dapat berkata apa apa dengan penolakan Arindi tersebut. Ya memang karena nyatanya ada Naina yang sudah menunggunya di luar. Ia kenal Arindi menang berwatak tegas dan keras."Aku pesankan taksi untuk kamu ya nanti," tawar Arfaaz lagi.Arindi menggeleng pelan."Tidak usah Mas. Aku bisa pesan sendiri." jawab Arindi "Ya sudah. Kalau ada apa-apa, segera hubungi aku ya." pesan Arfaaz lagi.Arindi hanya mengangguk."Ada hal penting juga yang ingin aku sampaikan Rind. Tapi nanti saja menunggu di rumah," pesannya lagi.Arfaaz hanya menurut. Ia memilih segera berlalu dari situ. Bukan karena apa. Toh kehadirannya juga sudah tidak diharapkan oleh orang tua Arindi. Jadi untuk apa?Naina sudah ada di mobil. Hatinya kesal bukan main. Bukan karena direndahkan karena menjadi istri kedua oleh orang lain. Tetapi karena Herman menganggapnya mereka hanya teman biasa.Lalu apa artinya kedekatan mereka selama ini?"Lama sekali sih Mas." gerutu Naina."Sabar Nan. Aku juga harus pamit kepada ora

  • Aibku Ditukar Dengan Madu   57. BERBEDA

    "Bu," pekik Arindi sebagai bentuk rasa protesnya."Biarlah Arindi. Biar semua tau dan menilai. Bagaimana suamimu ini," jawab Bu Asih."Kasihan sekali sih Arindi. Padahal kamu cantik, pintar, hebat, sukses lagi, kenapa mau saja dimadu?" jawab Mama Herman."Tante, Bu, saya kesini tidak berharap mendapatkan komentar apapun. Mau bagaimanapun, mau seperti apapun kehidupan saya, tetapi tidak dapat menutup kenyataan bahwa memang Naina adalah istri saya." jawab Arfaaz dengan berani.Naina yang sudah kesal karena Herman. Kini harus mendapatkan kesal lebih dobel lagi. Ia memegang tangan Arfaaz. Menandakan ia tidak suka di sini. Herman pun hanya diam seribu bahasa.Naina tiba tiba keluar begitu saja."Nan," pekik Arfaaz. Naina juga tidak menggubris lagi. Namun Arfaaz juga tidak mengejarnya sama sekali. Ia tentu tidak enak hati dengan keluarga mertuanya.Naina kesal dan menunggu di ruang tunggu yang agak jauh dengan kamar perawatan sang mertua.. "Heran dengan Mas Arfaaz. Orang kok hobinya mencar

  • Aibku Ditukar Dengan Madu   56. Ingin Damai

    Arindi salah tingkah dengan ucapannya tersebut. Tapi dengan sempurna ia mampu menutupinya"Maksutku tidak mungkin sekarang. Keenan masih kecil. Aku belum mau menambah momongan." elak Arindi."Belum bukan berarti tidak bukan? Mau kamu tutupi seperti apapun. Darah Herman mengalir di tubuh anakmu Rind. Dan itu tidak bisa kamu sangka. Mau sampai kapanpun. karena itu fakta," ucap Pak Asmat.Arindi hanya diam.Namun Bu Asih sebagai ibu kandung yang tau betul bagaimana sifat Arindi menaruh curiga. Sepertinya memang Arindi menyembunyikan suatu rahasia saat ini.Nina bergegas pulang setelah Herman tiba tiba membatalkan janji mereka. Namun langkahnya pulang ternyata bersamaan dengan Arfaaz yang juga pulang."Ada yang ketinggalan Mas?" tanya Nina.Arfaaz menggeleng "Tidak. Aku ada perlu dengan kamu." Degg..Nina meratap. Ia kaget. Kiranya apa dia melakukan sebuah kesalahan."A-ada apa ya Mas?" tanyanya setengah gugup "Kamu siap siap ya. Lima belas menit lagi kita pergi,""Kemana Mas?""Ke rum

  • Aibku Ditukar Dengan Madu   55. Semakin Mendekat

    Setengah hati Hernan menuju rumah orang tua Arindi. Meskipun keluarga Pak Asmat menyambut baik kedatangan mereka."Bagaimana keadaanya Pak? Apakah sudah lebih baik?" tanya Papa Herman.Pak Asmat melempar senyum penuh hormat."Alhamdulillah sudah lebih baik ini. Saya sudah bisa beraktivitas sehari hari. Bagaimana? Apa kita jadwalkan main golf sama sama jika ada kesempatan?" tawar Pak Asmat.Pak Hartono tersenyum lebar menanggapi."Wah benar benar ide yang bagus itu. Lebih baik segera kita agendakan saja," jawab Pak Hartono.Ya kedua keluarga itu sudah terlihat akrab. Bahkan lebih cocok untuk menjadi besan.Suara mobil terdengar berhenti di depan."Nah pucuk dicinta ulampun tiba, itu suara mobil Arindi. Dia kesini juga. Panjang umur mungkin," celetuk Pak Asmat."Apa kamu menghubungi Arindi Man?" tanya Bu Melia penuh harap. Jika memang iya, berarti kesempatan Herman untuk bisa kembali kepada Arindi tentu semakin besar.Namun Herman hanya menggeleng kecil. Mana mungkin ia menghubungi Arin

  • Aibku Ditukar Dengan Madu   54. Trik Orang Tua Herman

    "Mas, aku nanti izin ke rumah Ayah. Mau lihat keadaan ayah," kata Arindi di sela sarapan pagi mereka.Arfaaz mengangguk."Iya. Sampaikan kepada Ayah ya, aku belum bisa menjenguk beliau. Akhir-akhir ini banyak meeting penting yang tidak bisa aku tinggalkan," jawab ArfaazArindi hanya mengangguk."Nan, barangkali kamu mau ikutan? Ya siapa tau kamu jenuh di rumah," usul Arfaaz. Ya dia hanya menginginkan dua istrinya tersebut untuk bisa akur..Naina langsung tersedak dengan saran dari Arfaaz. Dan Arindi hanya menatapnya santai. Bisa-bisanya Arfaaz menganggap Naina bosan di rumah. Yang padahal sebenarnya ia sering sekali keluar tanpa izin Arfaaz.Naina menggeleng pelan."Tidak Mas. Aku di rumah saja. Daripada menghampiri penyakit," elaknya.Mendengar jawaban dari Naina, Arindi menoleh tajam."Maksut kamu?""Ya kan Mbak Arindi tadi bilang bahwa mau menjenguk bapaknya. Bapaknya sedang sakit bukan? Kalau menular bagaimana? Memangnya situ tanggung jawab?" tanya Naina dengan sinis.Sebagian ora

DMCA.com Protection Status