Share

30. Pengakuan Herman

Bukanya menjawab Arfaaz hanya mendelik tajam, lalu bergantian pergi meninggalkan Naina.

Naina membungkam mulutnya.

'Apa mungkin memang Mas Arfaaz mandul?' batinya dalam hati.

Namun Naina menggeleng dengan cepat.

"Tidak. Ini tidak mungkin." katanya meyakinkan dirinya sendiri.

Langkahnya justru mendekati Tami yang tengah melakukan perawatan kukunya.

"Ma, apa Mas Tama mandul?" tanya Naina tanpa basa basi.

Reflek Tami terkesiap.

"Heh, ngomong apa kamu? Siapa yang bilang seperti itu Arindi?" jawab Tami dengan kaget.

"Bukan Ma,"

Naina menunduk. Lalu sejenak kemudian ia menghela nafas dengan pelan.

"Bukan maksut aku menuduh Ma. Hanya saja semenjak Keenandra hilang, fokus Mas Tama seolah semua tertuju kepada anak itu. Apa dia juga tak mau memiliki anak sendiri. Dari aku misalnya. Untuk apa aku dinikahi kalau tidak ingin memiliki keturunan," ujar lirih Naina.

"Kamu jangan berfikir begitu Nan. Mana mungkin Arfaaz mandul. Dalan sejarah keturunan kami, tidak ada yang mandul. Kalau kamu resah kare
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status