Home / Pernikahan / Sahabatku Perebut Suamiku / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Sahabatku Perebut Suamiku: Chapter 31 - Chapter 40

68 Chapters

Bab 31. Lima Ratus Juta ?

“Aku mau ke ruangan Pak Rehan, kamu tunggu disini ya!” Desya meninggalkan Rangga di depan ruangan.“Desyaaa …” sambut Bu Ratna hangat,“Bagaimana keadaan Pak Rehan?” Desya menaruh parcel buah di meja dan mengelus kaki Pak Rehan.“Lusa kami baru bisa pulang Sya, sebenarnya sudah cukup membaik tapi Dokter harus memantaunya lebih lama.” “Oh begitu, lalu Mas Dilan dimana?”“Dilan sedang ada di rumah, dia ada pekerjaan mendadak.”Mendengar gemuruh pembicaraan Bu Ratna dan Desya, pak Rehan pun membuka matanya dan tersenyum.“Desya, sudah lama kamu disini?”“Desya baru saja sampai Pak,”“Maaf ya Sya, Bapak belum bisa mengurus perceraian kamu dan Rangga.” ungkap Pak Rehan sedih.Rangga yang menguping pembicaraan mereka dari balik pintu sontak terkejut dan mengepalkan tangannya.“Kurang ajar! Desya mau menggugat cerai aku? Tidak bisa dibiarkan! lelaki itu harus musnah,” “Ya sudah, Desya pamit mau pulang dulu ya. Kabari Desya kali Pak Rehan sudah di rumah ya Bu,” Desya pun bersalaman dengan
Read more

Bab 32. Hilang

“Bu Desya, bagaimana kabarmu?”“Lebih baik, tumben kamu menelpon saya? Kenapa tidak telepon Mas Rangga saja?”“Maaf Bu, sebenarnya saya hanya mau konfirmasi ada pengeluaran transfer ke rekening Pk Rangga sebesar lima ratus juta.”“Apa? Sebanyak itu ke rekening pribadinya untuk apa?”“Kalau itu saya kurang tahu Bu, saya hanya menjalankan SOP perusahaan jika ada transaksi lebih dari seratus juta harus ada konfirmasi ke Bu Desya, saya pikir Bu Desya mengetahui soal ini?”“Tidak. Oke, besok saya datang ke kantor. Oh ya, jika suami saya meminta dicairkan uang lagi tolong jangan diberi ya, hubungi saya.”Telepon tertutup, Desya tampak lemas dan lesu, mendengar cash yang cukup banyak untuk pribadi Rangga.“Kurang ajar! Lelaki itu sudah tak bisa dipercaya untuk memegang perusahaan. Lalu untuk apa uang sebanyak itu? Atau jangan-jangan….”Lamunan Desya berhenti setelah mendengar Rangga dan Irma yang sedang ngobrol di ruang tamu.“Aku akan sering menjengukmu Irma, hati-hati ya … aku kirim ke pons
Read more

Bab 33. Secarik Kertas

“Dimana aku?” ucap Desya seraya memegang tengkuknya yang masih terasa sakit.Desya melihat sekeliling ruangan yang nampak tak asing baginya, melihat ke arah pintu yang tertutup. Karena dia mendengar seseorang akan membukanya.“Kau sudah sadar Desya?” ucap seorang wanita paruh baya itu dengan lembut.“Bu Ratna ? Bagaimana Desya bisa ada disini Bu?”“Dilan yang membawamu kesini,”“Tapi, bagaimana caranya?”Dilan yang mendengar suara dari kamar itu langsung masuk dan menghampiri Desya. Dia memperlihatkan sebuah earphone wireless.“Maksudnya apa Mas Dilan?”“Aku sengaja menaruh ini di bawah meja ruang tamu di rumahmu, aku merasa suatu saat kau membutuhkan pertolonganku. Jadi maaf sebelumnya aku telah menyadap suara di ruang tamu.”:”Ohh, jadi itu maksud Mas Dilan memaksa masuk ke rumahku, ternyata selain baik orang ini begitu cerdas.” batin Desya.“Tak apa Mas, justru aku sangat berterima kasih denganmu. Aku tak tahu sudah jadi apa kalau tak kau bawa kesini.”Dilan tersenyum dan menganggu
Read more

Bab 34. Menang Tapi Tak Melawan

“Siapa Irma?!”“Kenapa kamu ingin sekali mengetahuinya Mas? Peduli sekali kami dengan Desya?”Irma cemburu karena Rangga terlalu ingin tahu siapa yang membawa Desya pergi.“Bisa-bisanya kamu cemburu dalam kondisi seperti ini Irma! Apa kamu tidak tahu selangkah lagi saat Desya sudah ku pasung dia akan tandatangani semua surat peralihan itu!”“Kenapa kamu marah denganku !”“Ya karena kamu tidak tahu apa-apa kamu malah bicara seperti itu, sedangkan aku sangat butuh informasi ini! Cepat bilang padaku siapa pelakunya?” Rangga benar-benar marah dengan Irma yang dianggapnya begitu bodoh. Rangga benar-benar murka dan hendak melemparkan kepalannya ke wajah Irma yang selalu dia puji - puji itu. :”Bahkan Desya kurasa tak sebodoh ini, wanita ini benar-benar …. Kalau tak sedang mengandung anakku mungkin aku sudah meninggalkannya!” umpat Rangga dalam hati dengan mata yang menatap tajam selingkuhannya itu.“Ya sudah diamlah Mas, kau benar-benar ingin tahu?”“IYA IRMA!!!”“Beri aku sepuluh juta,”Ra
Read more

Bab 35. Paaaket

“Oh, Maaf, aku hanya merasa bersyukur kau baik-baik saja.” ucap Desya lalu berlari ke kamarnya.Dilan tampak tersipu, dirinya dipeluk oleh Desya di depan ibunya.“Tak apa Dilan, dia kan memang adikmu,”Bu Ratna tersenyum lalu menepuk bahu Dilan dan kemudian pergi.“Bodoh sekali kau Desya, untuk apa melakukan hal konyol sepeti itu. Kamu ini masih bersuami, lagipula meskipun kamu menganggapnya kakak, belum tentu dia berpikir seperti itu.”Desya memukul kepalanya sendiri. Mencoba menyadarkan dirinya yang begitu bodoh. Sebuah buku harian, yang tergeletak begitu saja di kamar tamu yang sedang Desya tempati. Masih di posisi yang sama. Desya tersita pada buku itu dan kemudian mengambilnya. Membuka lembaran-demi lembaran yang membuatnya menangis. Apalagi kalau bukan hari-harinya bersama Rangga?“Rasanya ingin ku buang dan ku bakar saja buku ini. Tak ada gunanya!” Desya membawa buku itu pergi, keluar dari kamarnya dan menuju ke halaman belakang rumah Pak Rehan.“Korek, aku butuh korek api,”
Read more

Bab 36. Tak Membiarkan Air Mata Jatuh

“Surat gugatan Cerai dan ini adalah surat-surat aset, untuk apa Desya mengambil surat aset ini. Aku harus menelpon Desya!”Rangga terlihat begitu murka. Dengan segera ia mengambil ponselnya dan menelpon Desya.“Halo Desya!” bentak Rangga“Untuk apa kau menelponku!”“Beraninya kamu mengambil surat aset di brankas!”“Itu semua milikku, lalu apa masalahnya?”“Apa kau tak bisa baca? Itu semua atas namaku sendiri.”“Itu karena kamu menggantinya dulu. Oh ya, kalau kau cukup tahu diri, kembalikan itu semua padaku.”“Tidak! Semua atas nama Rangga adalah milik Rangga kau paham itu?”“Sudah aku sangka, kamu tidak akan menyerahkan semua itu. Memang ini kebodohanku, begitu percaya dan seolah rumah tangga kita akan baik-baik saja, aku pikir kamu orang yang berkualitas bisa menjaga kesetiaan dan komitmen, makanya aku menyetujui semua peralihan itu, tapi ternyata kau sendiri yang membuat masalah, membuat noda dalam rumah tangga kita!”Desya mulai merasa sesak di dadanya. Napasnya mulai tak beraturan
Read more

Bab 37. Terkurung

Dilan berdiri kemudian dicegah oleh Desya yang duduk di sampingnya.“Tak apa, saya bukan pengecut, mungkin dia memerlukan sesuatu.”Dilan berjalan ke arah Rangga yang sudah siap menghadapi Dilan.“Ada perlu apa?” Dilan bertanya dengan sopan.“Bagaimana kabar lelaki tua itu?”“Siapa yang kau maksud?”“Rehan, apakah dia masih hidup?”“Anda pernah punya orang tua? jadi berpikirlah dahulu sebelum berbicara Mas Rangga!” Dilan mulai kesal dengan ucapan Rangga namun dia harus tetap santai.“Orang tuaku tak seperti ayahmu,”“Oh, setidaknya orang tua saya mendidik saya untuk berbicara sopan dan menjadi pribadi yang tidak kasar apalagi terhadap wanita, oh ya satu lagi. Ayah dan ibu saya tidak pernah membenarkan perselingkuhan. Ingat itu!”Dilan lalu pergi meninggalkan Rangga yang terdiam tanpa kata. Kata-kata Dilan membuat Rangga merasa malu. Dia hanya memandang punggung Dilan pergi dan duduk kembali di sisi Desya. Sedangkan Irma mencoba menenangkan Rangga meskipun sebenarnya dia ikut malu denga
Read more

Bab 38. Ke Apotek

Dilan kemudian memeluk Desya untuk menenangkannya. Desya dengan wajah yang meringis menahan sesak di dadanya. “It’s Okay Desya, tenanglah …” Dilan benar-benar sangat perhatian dengan Desya. Kali ini, Desya merasa lebih tenang dia memejamkan matanya kemudian menarik nafasnya panjang. Dilan yang mengetahui bahwa Desya sudah tak panik kemudian melepas pelukannya dan menatap mata Desya penuh keyakinan agar Desya bisa lebih tenang lagi.“Kamu tidak apa-apa, memang sulit, tapi saya, Ibu, dan Bapak akan selalu ada untuk kamu apapun kondisinya.”Tak terasa air mata Desya menetes membasahi pipinya.“Tak apa, menangislah sepuasnya,” ucap Dilan lembut.Bu Ratna dan Pak Rehan lalu masuk dan memeluk Desya bersamaan. Desya benar-benar merasa sangat disayangi. sedikit demi sedikit dia menjadi lebih tenang dan dadanya sudah tak sesak lagi. Pandangannya sudah mulai jernih dan telinganya sudah bisa mendengar dengan jelas lagi.“Terima kasih semuanya, aku tak tahu bagaimana cara membalas kebaikan kal
Read more

Bab 39. Mampir ke Street Food

Pak Agung menatap Dilan serius, sepertinya Dilan ingin membicarakan sesuatu yang penting.“Silahkan, apa yang ingin Pak Dilan katakan?”“Jadi, sebenarnya Desya belum sepenuhnya sembuh, anda ingat saat saya datang kesini bersama Desya membeli obat untuk dia?”“Ya, ingat” Pak Agung menatap Dilan seksama, “Itu karena mentalnya sedang terguncang, dan pagi tadi dia mengalami gejala yang sama. Saya takut kalau dia bekerja, dia stres, dan akhirnya kambuh lagi.”ucap Dilan khawatir.“Kalau soal itu, Pak Dilan tenang saja. Disini ada saya, dan rekan-rekan yang lainnya. Kami akan briefing agar mereka juga bisa memberi support untuk Desya dan tidak ada yang mengganggunya.”“Kalau memang begitu, saya menjadi lebih tenang. Saya percayakan Desya yah Pak, jaga dia selagi berada disini.”Dilan begitu serius, Pak Agung pun tersenyum seolah ingin mengetahui ada apa sebenarnya antara Dilan dan Desya.“Pak Dokter ini perhatian sekali dengan Mba Desya, ada hubungan spesial ya?” ejek Pak Agung dengan senyu
Read more

Bab 40. Dipermalukan

“Orang hamil boleh makan pedas asalkan dalam batasan wajar, jika berlebihan akan membuat lambung perih dan meningkatkan morning sickenss atau mual. Jadi, jika ibu nya mau makan pedas tidak apa-apa kok. bayi nya tidak akan merasakan pedas seperti yang ibu ini rasakan.” Dilan mencoba menjelaskan dengan Irma dan Rangga yang hanya bengong mendapati Dilan dan Desya yang juga berada di tempat itu.Mata Rangga tersita pada tangan Dilan yang menggenggam erat Desya. Seolah ingin menampiknya namun dirinya juga tengah bersama Irma. Lagipula mereka sudah resmi bercerai.“Tidak usah ceramahi kami. Aku tahu kau seorang Dokter tapi aku tak butuh penjelasanmu. Kami sanggup konsultasi ke Dokter yang lebih hebat kalau kami mau, uang kami banyak!” Rangga mencoba mengejek Dilan dengan tingkah tengilnya yang mengesalkan.Irma dan Desya hanya menyaksikan perdebatan kecil Rangga dan Dilan.“Terserah anda Mas, setidaknya saya sudah memberikan pengertian pada CALON IS..TRI anda yang SEDANG HAMIL bahwa makan p
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status