Home / Pernikahan / Sahabatku Perebut Suamiku / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Sahabatku Perebut Suamiku: Chapter 41 - Chapter 50

68 Chapters

Bab 41. Anak kecil!

“Anak kecil,” ucap Dilan seraya mengusap pipi Desya yang penuh dengan sisa cokelat.Desya seolah ingin menjadi batu atau apapun itu asalkan dia bisa menghilang dari pandangan Dilan. Desya merasa sangat malu.(“Oh syukurlah, orang ini tidak menciumku! Aku seperti mau mati rasanya. Melihatnya begitu dekat membuatku tak karuan, tapi aku sangat malu, pasti dia tahu bahwa aku berpikir yang tidak-tidak,”)batin Desya bergejolak, Desya benar-benar ingin berlari.Sementara Dilan hanya tersenyum jahil dan terus mengejek Desya yang cara memakannya masih seperti anak kecil itu.“Ini memang cara makannya seperti ini, kalau makan rapi rasanya beda.” ucap Desya gugup.“Oh ya? Benarkah? Beri aku satu buah,”Dilan mengambil satu buah cemilan dan memakannya seperti Desya memakan itu dengan berantakan. Desya melihatnya dengan menahan tawa.“Kurang berantakan Mas,” Desya menorehkan cokelat cokelat itu di wajah Dilan hingga Dilan benar-benar belepotan. Dilan tak mau diam saja dia juga membalas perbuatan
Read more

Bab 42 Perdebatan

Rangga menoleh ke arah sumber suara yang memanggilnya. Tampak seorang wanita paruh baya memasang wajah penasaran berdiri tepat di belakangnya.“Ibu,” Rangga menundukkan wajahnya ke lantai kemudian Ibu Rangga melangkah dan duduk di ranjang kamar itu.“Ibu tanya sekali lagi, apakah kamu masih mencintai Desya?”Rangga terdiam, benaknya berantakan entah apa yang ia rasakan saat ini.“Tidak, Rangga hanya mencintai Irma, lagipula Irma sedang mengandung anak Rangga, cucu Ibu, dan sebentar lagi kami akan menikah bukan?”Rangga mencoba tersenyum lebar meskipun hatinya sedang tak karuan entah apa yang tiba-tiba saja mengganggunya.“Baguslah kalau begitu, Ibu hanya ingin berpesan jangan kamu ingat-ingat lagi kenanganmu dengan wanita mandul itu, fokuskan pada keluarga barumu nanti, oh ya ibu minta di transfer lima puluh juta.”“Hah? Untuk apa Bu? Kemarin baru Rangga transfer tiga puluh juta apakah sudah habis?”“Ibu mau DP untuk vendor make up, catering, dan beberapa keperluan untuk pernikahan ka
Read more

Bab 43. Ditembak?

“Bu Ratih?” Dilan juga terkejut dengan keberadaan Ibu Ratih di rumah itu.“Mari Dok, Silahkan duduk. Ada perlu apa ya dok?”“Saya kesini mau bantu Desya mengemasi barang-barangnya.”“Desya? Sebentar, Dokter kenal dengan mantan menantu saya?” Bu Ratih tampak kembingunhan dengan kebetulan yang terjadi.“Oh Ibu ini ibunya Mas Rangga?”“Iya, dokter ini siapa ya Desya? Atau pacar barunya Desya?”Dilan tertawa kecil lalu menjelaskan diri dengan Bu Ratih.“Saya ini anaknya Pak Rehan, dan Desya ini adik angkat saya,”“Apa? Kamu anaknya Rehan?”Bu Ratih masih tampak syok kemudian Desya yang mendengar gemuruh langsung keluar dari kamar pembantu dan menanyakan apa yang terjadi.“Ada apa ini?” ucap Desya heran.“Tidak ada apa-apa Sya, jadi Bu Ratih ini beberapa hari lalu sempat bertemu saya. Saat beliau pingsan karena serangan jantung ringan. Lalu saya menolongnya.”“Oh, begitu.” ucap Desya cuek lalu masuk kembali untuk merapikan baju-bajunya.Bu Ratih tampak bingung, entah apa yang akan dia ucap
Read more

Bab 44. Mawar Merah Tanda Cinta

“Desya …”Dilan mendekat lagi, wajahnya tampak serius. Desya hanya bisa melihatnya dengan rasa gugup akankah lelaki itu akan menyatakan cintanya?. Sore hari yang membingungkan. Dilan duduk berjongkok di bawah Desya. Dengan bunga mawar merah ditangannya kemudian memandang lekat wajah wanita itu. Dan,“Des …” Bu Ratna yang baru datang memanggil Desya. Sontak mereka berdua gugup dan salah tingkah. Bu Ratna mengernyitkan dahinya lalu tersenyum curiga.“Bu, Desya memetik bunga mawar Ibu, lihatlah.”adu Dilan pada Ibunya, yang sebenarnya hanyalah sebuah cara untuk mengalihkan perhatian Ibunya terhadap apa yang telah ia lihat barusan.Bu Ratna memandang bunga mawar yang Mekar sempurna di pangkuan Desya lalu mendekatinya.“Benar Desya?” tanya Bu Ratna dengan wajah serius. Desya sangat takut bahwa Bu Ratna akan memarahinya, karena bunga mawar ini adalah tanaman kesayangannya.“Tidak Bu,” ucap Desya gugup.“Dilan bilang kamu yang memetiknya, kamu tahu kan ini bunga kesayangan Ibu. Ibu marah seka
Read more

Bab 45. Tak Yakin

“Sebenarnya kenapa Irma?” tanya Rangga penasaran.“Aku sudah berhenti bekerja.” Wanita itu memasang wajah manja seperti biasa. Penuh harap bahwa Rangga akan memakluminya. “Loh kenapa, apakah kamu mau jadi pengangguran seperti Desya?”Rangga menjadi kesal. Rupanya Irma memilih untuk berhenti bekerja karena ingin menjadi ibu rumah tangga, merawat anaknya sepenuh hati dan penuh waktu bersama Rangga dengan menikmati uang hasil rampasannya.“Apa aku berbuat kesalahan?” Rangga terdiam, ia melirik perut wanita itu yang sudah mulai berisi, wajahnya tembem dan terlihat bajunya sudah meletet karena perubahan berat badannya yang naik drastis selama kehamilan.“Kenapa kau diam Mas?”“Tidak, terserah kamu kalau mau berhenti. Oh ya aku berangkat kerja dulu ya,” Rangga lalu berdiri dan hendak meninggalkan Irma sendirian tanpa ritual cinta seperti saat masih bersama Desya.Irma menyodorkan tangan kanannya kepada Rangga untuk bersalaman. Terlihat Rangga yang begitu cuek dan banyak pikiran itu meneri
Read more

Bab 46. Pekerjaan

“Sebenarnya?” Agung mengernyitkan dahinya penasaran.Dilan tak mungkin mengatakan bahwa ia yah tega meninggalkan Desya bekerja. Ia ingin selalu berada di dekat Desya agar ia bisa menjaganya.“Sebenarnya saya lupa, saya ingin beli roti di kedai anda untuk ibu saya, ia sangat menyukai roti.”Dilan mencoba mencari alasan.“Oh, itu saya kira ada apa, ya sudah mari ikut saya ke kafe.”Agung mengajak Dilan berjalan ke kafe samping apotek. Dilan melihat seisi ruangan yang begitu aestetik. Membuat setiap mood yang datang menjadi bagus. Harum vanila dan kopi yang menjadi aroma terapi pagi itu cukup menggoda perut.Agung membawakan dua bungkus bag Kerta berisikan penuh roti dengan berbagai rasa. “Ini untuk Ibu Ratna, sampaikan salam saya untuk Pak Rehan dan ibumu ya.”“Berapa ini?”“Tak usah, ini saya berikan cuma-cuma untuk mereka.”“Tapi…”“Sudahlah, tak usah membayarnya ya.”Dilan merasa tak enak hati namun Dilan harus menerimanya dan mengucapkan terima kasih kepada Agung sebelum ia pergi.
Read more

Bab 47. Kacau

“Permisi Pak Rangga, maaf sudah ditunggu di ruang meeting oleh beberapa investor.”Seorang wanita yang menjabat sebagai sekretaris Rangga masuk dengan terburu-buru.“Oh ya saya akan kesana.”“Aku ikut,” serbu Irma membuat Rangga merasa Irma hanya akan mengganggu saja.“Untuk apa? sudah kamu tunggu disini saja!” Dengan langkah yang terburu-buru Rangga menuju ke ruang meeting membawa beberapa berkas bersama sekretarisnya, Ana.“Wanita itu cukup cantik, lirikannya tak biasa terhadap calon suamiku, pasti dia ini pelakor,” gumam Irma dengan mendekapkan tangannya.“Tidak bisa dibiarkan. Aku harus masuk ke ruangan itu, aku tak bisa biarkan Mas Rangga bersama sekretaris centil itu.”Irma membenarkan bajunya dan bercermin pada layar ponselnya untuk memastikan ia cukup rapi untuk bertemu beberapa orang.“Oke, bisa kita mulai presentasinya ya,”Ucap Rangga di depan layar yang dipantulkan oleh proyektor dan terlihat memegang spidol hitam untuk menulis di papan tulis berwarna putih itu.Beberapa l
Read more

Bab 48. Hari Sial Rangga

“Mas, buka.” Pintu mobil dikunci oleh Dilan, sehingga Desya tak bisa keluar.“Yang benar saja. Saya bisa di marahin habis-habisan oleh Bapak dan Ibu jika membuatkanmu keluar, ada-ada saja kau,”Dilan akhirnya membuka mulutnya. Membuat Desya tersenyum kemudian duduk kembali pada posisinya semula.“Nah begitu dong rese, kalau tidak seperti itu bukan Mas Dilan namanya.” seru Desya membuat Dilan menjadi tersenyum dan akhirnya rasa kesalnya menjadi cair dan tidak memasang wajah jutek lagi seperti tadi.*****“Hei, anak-anak Ibu sudah pulang. Bagaimana Desya pekerjaanmu di hari pertama ini?” Bu Ratna menyambut hangat Desya dan Dilan.“Menyenangkan sekali Bu, Desya mendapat pengalaman dan tantangan baru.” ungkap Desya semangat.Terlihat Rangga hanya diam dan duduk di ruang tamu dengan kunci mobil yang masih ia genggam.Melihat Ibu dan anak perempuannya melepas kerinduan setelah seharian tidak bertemu.“Wah, pasti kamu dapat teman-teman yang menyenangkan, saya dengar Agung juga membuka kedai
Read more

Bab 49. Lelaki bertato

“Irma?” Rangga mengernyitkan dahi memikirkan wanita yang baru saja pergi dengan lelaki bertato itu. “Apa mungkin wanita itu Irma? Ku sama sekali tak melihat wajahnya. Tapi, ia sedang hamil dan rambutnya persis seperti Irma,”“Sudah Pak,” ucap seorang Ibu penjual bensin.“Terima kasih,” Rangga memberikan uang satu lembar ratusan ribu kemudian pergi, tanpa ia menghiraukan penjual yang berteriak kembalian kepadanya.Dengan langkah yang mulai lemas, dan hati yang mulai cemas, Rangga akhirnya sampai di lokasi mobilnya berada. Ia segera memasukan bahan bakar itu ke dalamnya tak peduli banyak yang berceceran keluar karena tak ada corong. Bergegas Rangga menyalakan mobilnya dan menuju rumah Irma.“See you, mmmuach!” seorang lelaki dengan tato di tangan kanannya mengucapkan selamat tinggal dengan kecupan mesra di bibir Irma. Benar, wanita yang Rangga lihat keluar Bar bersama seorang lelaki bertato itu adalah Irma.“Cepatlah pergi sebelum calon suamiku datang!” ucap Irma dengan nada yang lema
Read more

Bab 50. Pemecatan

“Aduh, huhuhu sakit sekali.” ucap Nisa, ia memegang wajahnya seolah kesakitan. Desya menatapnya bingung.“Kamu kenapa Nisa ?” tanya Agung yang kemudian mendekat.“Desya memukul wajahku, ia iri dengan kecantikanku, ia tak mau kalau Pak Agung tertarik denganku makanya dia ingin aku jelek.”Desya menggelengkan kepalanya cepat. “Benar seperti itu Desya?”Desya melihat ke pojok atas ruangannya lalu menunjuknya. “Silahkan periksa cctv jika memang saya terbukti bersalah, saya akan terima apapun hukumannya. Tapi jika tidak terbukti, Pak Agung harus tindak tegas juga pemfitnah ini, Silahkan.Dengan nada santai, Desya begitu yakin bahwa ia tak akan bersalah karena ia tak merasa melakukan apapun.Mendengar itu, Nisa ketar ketir ia justru menangis dan kemudian mencari perhatian Agung.(“Sial! Kenapa aku bertindak seceroboh ini? Aku lupa bahwa ada cctv! Bagaimana jika Desya tidak terbukti bersalah? Malu dan pasti Pak Agung akan marah denganku atau justru aku akan dipecat?”) batin Nisa yang terli
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status