Semua Bab Sahabatku Perebut Suamiku: Bab 11 - Bab 20

68 Bab

Bab 11. Berdiri?

“Maksud kamu apa Mas, kamu mengejekku?” “Lalu kenapa kamu bisa sampai di kamar ini tanpa kursi roda?” Desya bergumam dalam hati : “Sial, aku lupa membawa kursi roda itu kesini. Bagaimana ini kalau sampai Mas Rangga tahu,” “Kenapa kamu diam!” cecar Rangga. “Aku tidak bisa meraih meja untuk duduk di kursi roda, kau tahu sendiri kan, aku tidak bisa berpegangan dengan kursi, tadi pagi saja Irma sampai terjatuh gara-gara aku pegangan kursi itu. Lalu aku merangkak kesini,” Rangga mengamati wajah Desya, sepertinya Rangga percaya dengan penjelasan Istrinya itu. Rangga pun segera pergi dan menemui Irma lagi. ***** “Aku semakin terancam, apalagi kalau suatu saat Mas Rangga tahu brankas sudah kosong. Pasti mereka tak segan-segan mencelakaiku. Bagaimana ini Tuhan, bantu aku menyelesaikan semua ini,” gumam Desya lirih. Pikirannya saat ini kacau, dia harus melanjutkan rencananya untuk keluar dari zona ini. Sesekali dia mengintip dari balik jendela nya ke arah luar untuk memastikan tak ada
Baca selengkapnya

Bab 12. Tamu Spesial

“Ohhh, saya ingat. Pak Rehan Wijaya, pengacara menantu saya kan?” seru Ibu Rangga. “Betul sekali Bu,” “Ada keperluan apa ya Pak?” “Saya ingin menjenguk Desya, saya baru dengar dari rekan saya kalau dia sedang sakit,” Ibu Rangga tampak ragu untuk mempersilahkan Pak Rehan masuk karena kondisi Desya sangat memprihatinkan. Dia tak mau Pak Rehan tahu yang sebenarnya dan justru akan melaporkan mereka ke polisi. “Bu Ratih?” tanya Pak Rehan melihat Ibu Rangga yang melamun. “Eh, iya Pak,” “Bolehkah saya masuk?” Ibu Rangga terdiam berfikir mencari alasan namun nampaknya dia tak menemukan pilihan lain selain mempersilahkan Pak Rehan untuk masuk. Rangga yang mendengar bahwa ada Pak Rehan di luar langsung menyuruh Irma untuk mengerudungi kepala Desya dengan jilbab muslimah. “Bagus Irma, sekarang beri dia riasan wajah sebelum dia menemui Pak Rehan, dan kamu Desya kamu dilarang mengadu semuanya dengan Pak Rehan atau kamu akan lebih menderita dari ini!” ungkap Rangga. Desya menghentikan tan
Baca selengkapnya

Bab 13. Pergi

“Desya! Rambut kamu?” Pak Rehan melihat ada sesuatu yang beda dari Desya saat Desya membuka sedikit kerudungnya. “Ini ulah Irma,” “Irma yang kau sebut sahabatmu itu?” “Dia bukan lagi sahabatku Pak, dia adalah racun rumahtanggaku.” “Tidak bisa dibiarkan! Bapak harus laporkan ini ke polisi, sudah kriminal namanya,” “Jangan Pak, Irma sedang hamil anak Mas Rangga. Kasihan kalau dia dipenjara.” “Kasihan kamu bilang? Apakah mereka kasihan denganmu?” Desya terdiam sambil memandangi wajahnya yang kusam tak terawat itu di kaca yang terletak di dasbor mobil Pak Rehan. “Mungkin untuk saat ini Desya fokus untuk peralihan aset saja Pak, rasanya sudah ingin lepas dari Mas Rangga.” “Baiklah kalau begitu Desya, untuk sementara knj kamu harus tinggal di rumah Bapak.” Desya mengangguk dan tersenyum. ***** “Ini Desya?” Bu Ratna yang terlihat baik-baik saja, erat dan bugar memeluk Desya dan menatap wajah Desya prihatin. “Iya Bu Ratna, bagaimana kabarnya Bu?” Desya meraih tangan Bu Ratna da
Baca selengkapnya

Bab 14. Didi?

“Bu Ratna kenapa?” Desya bingung dengan Bu Ratna yang tiba-tiba syok dan terbelalak saat melihatnya.“Cantik! Kamu cantik sekali Desya, ini benar kamu?” ungkap Bu Ratna heran, yang melihat Desya seperti bidadari.“Iya bu ini Desya,”“Kamu begitu cantik, tapi kenapa suamimu menyiakanmu,”“Mungkin dia tidak mencintai Desya lagi,” ucap Desya dengan nada yang lirih.“Betul sekali, makanya Ibu dukung kamu cerai dengan Rangga dan jika kamu ingin menikah nanti menikahlah dengan lelaki yang lebih baik.”“Terima kasih doanya yah bu,”“Ya sudah, kita pulang sekarang ya,”Desya mengangguk dan mengikuti Bu Ratna menuju ke mobil. Namun setelah beberapa menit perjalanan, Bu Ratna berhenti di sebuah restoran.“Kita berhenti disini dulu ya,”“Bu Ratna mau makan lagi?”“Bukan, ibu mau beli makanan kesukaan Didi.”“Didi siapa bu?”“Ah sudah nanti ibu ceritakan, kamu mau ikut atau tunggu di mobil saja?”“Desya tunggu disini saja Bu,”Bu Ratna masuk ke restoran dan Desya memilih untuk tinggal. Dalam hati
Baca selengkapnya

Bab 15. Sosok Baru

“Ibu sangat merindukanmu nak,”“Bapak juga, bagaimana kabarmu ?”“Baik saja, ini siapa Pak, Bu?”“Ini klien Bapak, tapi sudah Bapak dan ibu anggap seperti anak kami, kasihan dia sedang ada masalah berat dalam hidupnya. Kamu juga bisa anggap dia sebagai adikmu juga Didi.”“Kenapa dia ada disini dan kenapa dia pingsan?” tanya lelaki itu yang tak lain adalah Dilan atau nama panggilan orang tuanya Didi. “Nanti Bapak ceritakan, nah Didi, kamu ini kan Dokter kamu bisa tolong Desya?”“Bapak, panggil saja Dilan, Didi kan panggilan Dilan waktu kecil. Sebentar tolong Ibu baringkan Desya ya ? benar Desya namanya kan?”Pak Rehan tertawa dan mengangguk. Bu Ratna ikut mengangguk dan membaringkan Desya di sofa ruang tv. Dilan mengeluarkan peralatan pemeriksaan di koper yang masih tersegel dari Bandara. Sesekali melihat wajah wanita yang sedang pingsan itu, dalam hati Dilan wanita itu sangat cantik, namun Dilan harus profesional dalam bekerja. Mengarahkan stetoskop di dada Desya untuk mendengarkan d
Baca selengkapnya

Bab 16. Ketenangan

“Lihat mata saya, tenanglah kamu akan baik-baik saja,”Desya menatap mata Dilan, dahinya berkeringat dingin, tangannya terus bergetar. Kemudian Dilan memeluk wanita itu erat untuk menenangkannya.Desya merasa hatinya semakin tenang, dekapan hangat Dilan membuatnya merasa aman. Suhu tubuh Desya semakin stabil dan gemetaran pun sudah hilang. Desya sadar bahwa dirinya sedang dalam pelukan lelaki lain. Dengan segera Desya melepas pelukan itu dan salah tingkah. “Dilan, kenapa?” tanya Pak Rehan cemas.“Lebih baik Desya makan dulu ya,” Bu Ratna ikut memperhatikan Desya.Desya makan dengan lahap. Tak henti-hentinya Dilan melihat ke arah Desya. Kedua orangtua Dilan saling melempar tatapan. “Desya, apakah kamu sering telat makan dan sering stres?” tanya Dilan setelah makan malam itu selesai.“Iya Mas,” “Ceritakan saja apa yang kamu rasakan,”Desya menatap Dilan seolah merasa apakah harus menceritakan semua aib keluarganya pada Dilan juga?“Tak apa Desya, beritahu semuanya pada Dilan. Kalau k
Baca selengkapnya

Bab 17. Salah Tingkah

“Dimana anda sembunyikan istri saya?” “Saya tidak menyembunyikannya.”“Lalu dimana istri saya?”“Istrimu?”“Ya, Desya istri saya,”“Bukankah yang di sebelahmu itu yang kau perlakukan seperti istri?”Rangga menoleh ke arah Irma yang sedang memegang perutnya yang mulai membuncit.“Nampaknya dia sedang hamil juga, apakah kalian sudah menikah secara sah? Atau jika belum akan saya laporkan perbuatan kalian ke lembaga masyarakat agar sanksi sosial kalian berjalan.”“Jangan sembarangan menuduh ya anda!” Tegas Rangga yang mulai panik terlihat dari keringat yang membintik di dahinya.“Sudah pergilah dari sini, kamu tak akan menemukan Desya disini,”Rangga merasa memang Desya tak berada di rumah Pak Rehan, dengan wajah yang penuh dendam Rangga melengos dan melangkahkan kakinya menuju mobil, kemudian pergi. “Mengerikan sekali ya Pak suami Desya itu,”“Makanya Bapak tak akan melepaskan Desya untuknya.”*****“Mas Dilan, apoteknya masih jauh?” Desya melirik Dilan yang sedang fokus menyetir mobil
Baca selengkapnya

Bab 18. Kopi?

“Ada apa ?” Dilan menengok ke arah dimana Desya melihat dua orang yang sedang duduk.“Tak apa Mas,” “Saya tahu kamu sedang ketakutan, coba ceritakan sedikit saja masalahmu agar saya bisa membantu.”“Mas Dilan …”“Ya,” Dilan menatap Desya penuh harapan bahwa Desya akan menceritakan semua.“Di sebelah sana ada dua orang pengkhianat. Yang lelaki adalah suamiku, dan di depannya wanita dia adalah sahabatku. Wanita itu seorang perawat yang awalnya menjadi perawat pribadiku saat kakiku cedera dan tidak bisa berjalan. Namun ternyata mereka melakukan sesuatu yang membuat aku sangat membencinya sampai wanita itu sekarang sedang mengandung anak dari suamiku sendiri. Kamu paham Mas ?”Dilan terperangah mendengar cerita Desya. Seakan tak percaya ada manusia-manusia yang kejam berhati binatang seperti itu. Namun inilah kenyataannya. Dengan respon yang cepat, Dilan menggenggam tangan Desya erat menatap wajahnya lekat dan melempar senyuman penuh kehangatan seperti biasanya.“Kamu hebat Desya! Kamu b
Baca selengkapnya

Bab 19. Perhatian

“Kamu ini kena gangguan lambung, jangan minum kopi dulu. Paham?” Desya mengangguk, dalam hatinya dia tersenyum dokter bawel ini benar-benar membuatnya kurus tak boleh makan ini dan itu. Tapi percayalah Desya, Pak doktermu sangat peduli dengan kesehatanmu. “Maaf sudah menunggu,” Agung datang dengan tas kertas yang berisikan obat dan diberikannya kepada Dilan. “Maaf saya periksa dulu ya apakah ada yang kurang.” Dilan melihat satu per satu obat itu dna menulis aturan minum kemudian di berikan kepada Desya. “Terima kasih Mas,” Dilan mengangguk tanpa sadar Agung tersenyum melihat keduanya, sangat cocok dan serasi namun mereka hanya sebatas Dokter dan pasien. “Oke kalau begitu kami pamit dulu ya, semoga suksesnya menular.” ucap Dilan dengan senyum andalannya. “Terima kasih banyak Pak dokter Mba Desya semoga lekas sembuh,” ***** “Dilan, Desya, sudah dapat obatnya?” Pak Rehan yang sedang duduk kemudian berdiri menyambut kedatangan Dilan dan Desya. “Sudah Pak, ini sebentar lagi D
Baca selengkapnya

Bab 20. Makan Malam

“ Jeda satu Jam ya ❤️ ““Hah? Simbol apa ini? Tidak, tidak Dilan hanya memberikan semangat untuk aku Pasiennya. Tanda ini bukan apa-apa.” Lagi-lagi Desya menepis pikirannya, kemudian mengambil segelas air untuk minum obat itu.Dirinya membanting tubuh diatas kasur. Pikirannya makin kacau saat mengingat wajah Rangga dan Irma di kafe tadi. Ingin sekali menjambak rambut Irma dan memukul wajah Rangga. Benci, rasanya benci dan muak.“Desya, ayo makan nak.” panggil Bu Ratna dari balik pintu.Desya merasakan dirinya sangat mengantuk, namun dia harus berdiri dan menemui Bu Ratna.“Maaf Bu, nanti saja Desya habis minum obat jadi ngantuk deh ..” ucap Desya dengan sedikit tertawa.“Ih baiklah Desya, tapi nanti kamu jangan lupa makan ya. Ibu sudah masak banyak loh,”“Iya Bu, terima kasih ya,” ucap Desya ramah.Bu Ratna tersenyum dan pergi, Desya pun masuk lagi ke kamarnya dan berbaring untuk tidur.“Desya dimana Bu?” tanya Pak Rehan yang sudah duduk di meja makan bersama Dilan.“Desya kelihatan
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status