Semua Bab Sang Penari Pujaan Hati: Bab 11 - Bab 20

122 Bab

11. Kecewa

Happy Reading*****Wandra membulatkan mata dengan perkataan gadisnya. Lalu, dia tersenyum miris. Beginikah sikap Jelita yang sesunguhnya?"Bagus, rupanya ada maling teriak maling. Kamu yang berkhianat, tapi aku yang kamu tuduh," kata Wandra penuh penekanan pada setiap ucapannya. "Harusnya, jika kamu memang ingin menikah, maka katakan langsung bukan melalui orang lain."Jelita menatap tak percaya pada sang kekasih. Mengapa Wandra malah berkata demikian? Harusnya Jelita yang menanyakan hal itu. Sang kekasih sudah berkhianat dengan menikahi gadis lain. Bukankah apa yang dilakukan Jelita saat ini adalah demi memantaskan diri untuk menjadi pendampingnya kelak? Namun, Wandra malah menikah dengan orang lain dan hal itu disampaikan lewat surat balasan. "Sebaiknya kalian selesaikan kisah yang belum tuntas. Aku nggak mau dengar pertengkaran sepele seperti ini," kata seorang lelaki yang memeluk Jelita tadi. "Tunggu, Mas Yan! Aku ikut, urusanku sudah selesai dengannya." Jelita melihat ke ara
Baca selengkapnya

12. Tekad Jelita

Happy Reading*****"Sudah setahun lebih, tapi kamu nggak mau mampir ke rumah Eyang, Lit," kata seseorang lelaki yang sedang mengemudi.Seseorang yang telah disangka suami si gadis oleh Wandra. Sampai saat ini, Jelita masih belum memahami tuduhan yang dilayangkan padanya. Berusaha menjelaskan pun, tak ada artinya. Wandra, meskipun sangat menyayangi dan mencintainya, tetapi sifat dan wataknya keras."Aku belum berani menemui Eyang, Mas. Nggak sanggup saat melihat kebencian di matanya.""Eyang sudah memaafkan Ayah sama ibumu asal kamu tahu, Lit. Beliau sangat menyayangkan Tante Ajeng keluar dari rumah dengan keadaan seperti itu.""Aku nggak tahu mana yang benar dan salah, Mas. Dulu, sebelum Ayah wafat, setiap kali kami mengunjungi Eyang. Wajahnya selalu terlihat membenciku dan Ibu.""Sekarang Eyang lagi sakit. Apa kamu nggak mau jenguk beliau?"Jelita terdiam, terus terang dia masih sangat takut jika berhadapan dengan Eyangnya. "Mungkin suatu hari nanti, Mas. Kalau aku sudah siap dan ng
Baca selengkapnya

13. Fakus Kebahagiaan Masing-masing

Happy Reading*****Wandra bernapas lega, ternyata bukan Broto yang datang berkunjung, tetapi bundanya Mahesa. "Esa kenapa, Ndra?" tanya Candini, bundanya Mahesa. Dia memegang kening putranya yang masih berada dalam rangkulan sopir online dan Wandra. "Katanya tadi sedikit pusing, Tan. Kirain tadi bohong, nggak tahunya beneran. Jalan saja sampai nggak kuat. Makanya saya minta tolong sopir bantuin."Candini mengerutkan kening. "Kamu ndak lagi bohong kan, Ndra? Pak Minto ke mana, kenapa ndak dia yang jemput kalian?""Pak Minto kan libur, Tan. Tadi sore pamit.""Sepertinya ada yang kamu sembunyikan, Ndra. Tante ndak suka, ya, kalau kalian sampai berbuat sesuatu yang melanggar apalagi mencemarkan nama baik keluarga.""Kami nggak berbuat apa-apa, kok, Tan." Wandra merutuki dirinya sendiri karena berbohong pada orang yang sudah dianggap seperti ibunya sendiri. Andai Mahesa mau menuruti perkataannya tadi, pasti tidak akan pernah ada kejadiaan memalukan ini. "Ya, sudah. Bawa Esa ke kamarnya.
Baca selengkapnya

14. Sama-sama Berusaha Melupakan

Happy Reading*****Tak sampai satu jam, Wandra sudah sampai di bandara kebanggaan Banyuwangi. Sebuah bandara yang masuk 20 besar arsitektur terbaik di dunia. Mendapat kategori green airport desain unik pada ajang Aga Khan Award for Architekture (AKAA) 2022. Langkahnya mantap dengan membawa koper.Menghubungi seseorang untuk menjemputnya nanti setelah sampai di bandara Soekarno-Hatta. "Sampaikan sama Kakek. Siang ini, saya sudah di Jakarta nggak sampai makan siang."Setelah mengatakan hal itu, Wandra pergi ke loket pemeriksaan tiket.*****Di tempat berbeda, Jelita kuliah seperti hari-hari biasa. Walau masih sedikit terluka mengingat kata menyakitkan yang diucapkan Wandra, tetapi dia sudah berjanji akan merelakan lelaki itu bahagia dengan istri pilihannya. Kuliah 3 SKS sudah selesai hari ini. Dia melangkahkan kaki ke kantin. Perutnya mulai meronta minta diisi. Sejak pagi, dia hanya meminum susu setelah itu ke sanggar dan siang kuliah. "Hai, Lit?" sapa seorang gadis berkerudung yang
Baca selengkapnya

15. Hubungan

Happy Reading*****"Oke, kita bicara di tempat lain," jawab Mahesa tegas. Sengaja mempertahankan wajah datar, tetapi di dalam hati, dia bersorak bahagia. Hubungan spesial yang dimaksud Risma tentu pacaran. Jika dua orang berbeda jenis menawarkan sebuah hubungan spesial tentunya akan menjurus pada hal itu, bukan? Mahesa merasa menang dan terbang ke awang-awang. Jelita pasti sangat kehilangan dengan ketidakhadirannya selama seminggu ini. "Di mana enaknya?" Jelita menampilkan senyum terbaiknya. "Terserah kamulah." Suara Mahesa sedikit melunak walau senyum itu masih belum tampak."Warung biasa kita janjian, ya. Aku laper, Mas. Belum sempat makan mulai pagi," rengek Jelita manja. Persis seperti anak kecil dan hal itulah yang selalu membuat Mahesa tak bisa jauh dari si gadis. "Ya, sudah. Ayo ke sana. Kamu bawa motor, kan?" Walau wajah Mahesa masih datar, tapi suaranya sudah tak sedingin tadi. "Bawa motor punya seseorang yang sangat spesial. Terima kasih sudah meminjamkannya untukku."
Baca selengkapnya

16. Kursus

Happy Reading*****Suara ketukan dan panggilan dari teman-temannya membuat Jelita membuka mata. Meraih ponsel dan melihat jam. Sudah pukul empat rupanya. Ternyata cukup lama dia tertidur. "Ya, sebentar." Jelita turun dari ranjang dengan muka berantakan. "Lit, ada pangeranmu di depan, nyariin," kata salah satu keman kos Jelita yang berbandan tambun. Jelita menggaruk kepala dan menguap. "Pangeran siapa yang kamu maksud?""Mas ganteng yang biasanya nyariin kamu.""Siapa, sih? Cowok ganteng yang nyariin aku kan banyak. Sebutin nama kenapa. Lagi males mikir, nih. Nyawaku belum jangkep untuk mengingat siapa saja yang pernah ke sini.""Mas Mahesa, elah dasar pikun." Gadis itu menjawab dengan jengkel."Suruh tunggu sebentar, aku mau mandi sama salat.""Ya."Kurang dari lima belas menit, Jelita sudah menemui Mahesa di teras kosnya. Pada sebuah bangku di pojok kanan pintu keluar. Kos Jelita memang tidak memperbolehkan seorang lelaki masuk sehingga setiap ada tamu lelaki datang, pasti menung
Baca selengkapnya

17. Kursus Dimulai

Happy Reading*****"Hati-hati kalau makan, Mas. Keselek gini kan sakit." Jelita berdiri dan mengelus punggung Mahesa. Hati si lelaki menghangat. Andai Jelita mau menerima cintanya pasti dia orang yang paling bahagia. "Sudah ... sudah. Kayak anak kecil saja. Aku nggak bakal mati cuma karena kesedak." Mahesa mengibaskan tangan Jelita dari punggungnya. Merutuki dirinya sendiri saat melihat kekecewaan di wajah gadisnya. "Bisa nggak kalau ngomong dipikir dulu. Ngapain bawa-bawa kematian. Emangnya sudah banyak bekal buat akhirat nanti? Sembarangan aja kalau ngomong." Jelita kembali duduk, tetapi pandangannya tak lagi mau menatap Mahesa. "Aku cuma khawatir sama kaget aja tadi. Lagian kenapa, sih? Mas tahu salon Kencana, ya atau kenal sama pemiliknya? Bisa, dong, direkomendasikan biar aku dapat diskon.""Nggak. Aku nggak tahu dan nggak kenal siapa pemiliknya." Tatapan Mahesa tajam. Setelah pulang dari restoran, dia harus meminta maaf oada bundanya karena tidak mengakui keberadaan perempuan
Baca selengkapnya

18. Pekerjaan Baru

Happy Reading. *****Malam menjelang, Jelita sudah akan merebahkan tubuhnya, lelah setelah beraktivitas seharian. Ponselnya berdering nyaring. Nomer tak tak dikenal terlihat di layar. Dibiarkan saja ponsel itu berdering hingga mati sendiri. Jelita terlalu takut untuk menerima panggilan nomor tak dikenal. Jaman sudah semakin canggih, penipuan melalui telepon juga semakin merajalela. Jika memang penting, orang yang menghubungi tadi pasti mengirim chat padanya. Begitulah pikiran Jelita. Namun, beberapa detik kemudian, ponselnya kembali berdering. Terus berulang seperti itu hingga dia yakin bahwa orang yang menghubungi saat ini pastilah punya kepentingan padanya. "Halo," sapa Jelita."Halo, selamat malam. Apakah benar dengan Jelita Putri?" tanya seorang perempuan di seberang sana. "Benar saya sendiri. Ini dengan siapa, ya?" tanya balik Jelita. "Saya Kenis Putri Sasongko. Salah satu staf pengajar yang nanti akan memandu Mbak Jelita kursus merias. Tadi pagi, kita sudah bertemu dan se
Baca selengkapnya

19. Calon Mertua

Happy Reading*****"Hah!?" jawab Jelita terkejut dengan pertanyaan perempuan cantik di depannya. "Ngapunten, Bu. Maksudnya gimana itu?""Eh, maaf, Mbak. Saya salah ngomong." Candini segera memutar otak mencari alasan yang tepat. Setelah itu, dia pun berkata, "Maksudnya, anak saya mau privat menari sama Mbak. Mohon diterima jadi muridnya. Bisa nggak?"Jelita tampak berpikir, hari ini mengapa begitu banyak tawaran pekerjaan untuknya. Jika dia mengambil semua tawaran itu, tenaganya akan habis terkuras dan konsentrasi kuliah akan berkurang. Dia memang butuh uang untuk segala keperluan hidupnya, tetapi jika sampai menelantarkan tujuannya datang ke kota ini. Ya, tidak mungkin hal itu dilakukannya. "Ngapunten, Bu. Saya nggak bisa memberikan privat buat putrinya. Mungkin, bisa dengan pengajar lain, apa njenengan mau?"Candini berpura-pura kecewa. "Yah, padahal anakku sukanya sama Mbak Jelita.""Maaf, nggih, Bu. Bukannya saya menolak, tapi kalau diterima saya susah bagi waktu. Tadi sudah ada
Baca selengkapnya

20. Mulai Berjuang

Happy Reading*****Candini memanggil satu per satu nama dari calon peserta kursus. Tepat pada nama Jelita, dia sengaja pura-pura terkejut."Lho, Mbak ini yang di sanggar tari tadi, bukan?" Aksi Candini kali ini membuat semua orang fokus pada mereka berdua. "Inggih, Bu. Bener itu saya," jawab Jelita disertai anggukan, membenarkan perkataan Candini. "Oh, selamat datang di kelas saya kalau gitu, Mbak." Setelah menyapa Jelita, Candini mengeluarkan modul dari tas yang dibawanya tadi. Membagikan pada para peserta kursus. Materi-materi dasar tentang cara merias sudah disampaikan. Hampir dua jam, Candini menjelaskan semuanya hingga tiba giliran sesi tanya jawab. Ibu dua anak itu sengaja menyalakan kamera ponselnya dan merekam kegiatan kelasnya hari ini. Selesai sesi tanya jawab, Candini membubarkan sesi pertama pertemuan mereka. "Untuk pertemuan selanjutnya, saya harap kalian sudah siap alat make up. Sambil menerangkan fungsi dan cara menggunakan perkakas tempur mempercantik diri, kita
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
13
DMCA.com Protection Status