All Chapters of SUAMIKU SUAMIMU: Chapter 151 - Chapter 160
189 Chapters
BAB 152
“Mas kangen bertukar cerita denganmu, Dik.” Andri menatap dalam mata Nuri. Nuri yang menerima tatapan tajam dan dalam dari Andri merasakan desiran halus di dalam hatinya. Buru-buru dialihkannya perhatiannya dengan memalingkan muka dan kembali menatap pada Rini.“Gimana keadaan bayi kalian, Mas?”“Bayinya prematur, Dik. Masih harus dirawat intensif sesuai prosedur penanganan bayi prematur.”“Kamu sudah memberinya nama, Mas?” tanya Nuri lagi.“Sudah, Namanya Bilqis,” lirihnya sambil melirik Nuri.“Bilqis?” Nuri terkejut mendengar nama itu. Itu adalah salah satu pilihan nama yang dulunya akan diberikan pada Nanda sewaktu bayi. Namun akhirnya dia dan Andri sepakat untuk memilih nama Ananda waktu itu. Andri pun dulu berkelakar jika nama “Bilqis” akan menajadi stok nama untuk adiknya Nanda nantinya, sebelum akhirnya Dokter memvonis Nuri tak bisa memberinya keturunan lagi.“Kamu ingat nama itu, Dik?” Andri tersenyum padanya.“Mas sudah mendiskusikannya dengan ibunya memberikan nama itu?”“Be
Read more
BAB 153
“Nuri?”Nuri tersentak dan segera mengusap wajahnya ketika mendengar namanya dipanggil. Adit melangkah dari ujung koridor ke arahnya.“Habis nengok Rini? Gimana kondisinya?” tanya Adit sambil tersenyum padanya. Adit sudah memperhatikan Nuri dari tadi, sejak wanita itu keluar dari balik pintu dan berdiri terpaku di sana sambil menutupi wajahnya. Adit tau, Nuri sedang berusaha menahan luapan perasaannya.“Rini masih belum sadar, Dit,” jawab Nuri dan membalas senyum Adit. “Ibu gimana?” lanjutnya.“Ibu sudah diperbolehkan pulang hari ini, itulah sebabnya aku mencarimu ke sini.”“Oh, kalau begitu ayo ke ruangan ibu, Dit. Kita bantuin beres-beres barang.”“Udah, Ri. Aku udah beresin semuanya tadi.”“Aduh, maaf ya, Dit, sepertinya aku terlalu lama di sini.”“Nggak apa-apa, Ri. Di dalam ada siapa? Apa aku boleh menengoknya?”“Di dalam cuma ada Mas Andri. Nggak usah, Dit. Aku sudah sampaikan salam darimu tadi padanya. Kita fokus ke ibu aja yuk, aku rasa ibu juga udah nggak sabaran mau pulang
Read more
BAB 154
Eko terlihat kewalahan mengatasi beberapa masalah di kantor Andri sejak boss nya itu harus bolak-balik ke rumah sakit menunggui istrinya. Eko tersenyum lega ketika melihat pintu ruang meeting terbuka dan sosok Andri yang tinggi tegap muncul dari balik pintu. Dia sudah merasa panik ketika beberapa orang yang hadir disana tadi menyerang perusahaan mereka dan menuding mereka bermain curang karena beberapa urusan proyek yang terbengkalai.Andri langsung mengambil alih posisi pimpinan meeting dan melakukan beberapa negoisasi dengan semua partner bisnisnya yang ada di sana. Meeting pun berakhir setelah Andri berhasil meyakinkan bahwa perusahaannya akan bersikap profesional. Andri masih duduk bersandar pada kursinya sambil memejamkan matanya ketika ruang meeting itu sudah sepi, sementara Eko masih tetap setia berdiri di sana menemaninya. Beberapa kali lelaki itu menarik nafas panjang kemudian mengembuskannya kembali dengan kasar. Begitu banyak masalah pelik yang membebani pikirannya saat ini
Read more
BAB 155
Andri hanya mengangguk-anggukkan kepalanya mendengar penjelasan putranya, sedangkan Bu Susi hanya diam menyimak percakapan ayah dan anak itu.Rizal, Andin dan Nuri yang sedang berbincang di ruang tengah langsung menuju ke ruang tamu ketika mendengar Andri dan Bu Susi mengucapkan salam.“Silakan duduk,” ucap Nuri pada Andri. Sedangkan Bu Susi sudah diajak Nanda ke ruang tengah untuk memamerkan mainan barunya pada neneknya itu.“Selamat ya atas pernikahan kalian,” ucap Andri pada Rizal dan Andin setelah mereka semua duduk di ruang tamu.Rizal dan Andin saling menatap mendengar Andri mengucapkan selamat kepada mereka berdua.“Kenapa baru ngucapin sekarang? Kami kan udah lama menikah?” tanya Andin heran.“Aku baru mengingat semuanya.”“Jadi ingatan mu sudah kembali?” seru Andin takjub dengan suara nyaringnya.“Iya.”“Kamu kok nggak kaget, Ri?” tanya Andin pada Nuri.“Aku sudah tau.”“Wah … wah … jadi kamu udah ingat kalau wanita cantik soleha dan baik hati yang ada di depanmu ini sudah bu
Read more
BAB 156
“Nggak ada persiapan apa-apa, Kak.”“Kudengar dari Adit, ibunya menginginkan agar hubungan kalian segera diresmikan.”“Iya, Kak. Itu keinginan Bu Safa. Aku dan Adit hanya mengikuti maunya beliau aja ”“Andri sudah tau?”“Sudah, Kak. Aku nggak tau dia tau dari mana dan dari siapa. Aku juga tidak punya kewajiban untuk melaporkan semua tentangku padanya.”Rizal tersenyum pada adiknya itu. Rizal memahami satu hal bahwa semakin keras adiknya itu menjauh dan menghindari Andri, makin terlihat di mata Rizal bahwa adiknya itu malah semakin menyiksa batinnya sendiri.“Semoga kamu bisa benar-benar menemukan kebahagiaanmu, Dek.”Mereka semua terkejut ketika Andri keluar dari kamar Aldy dengan terburu-buru. Lelaki itu masih meletakkan ponselnya di dekat kupingnya dan sepertinya sedang menelpon. Nuri memicingkan mata melihat ekspresi yang ditunjukkan Andri, dia tau Andri sedang dalam kondisi panik, Nuri masih sangat hafal semua tentang lelaki itu. Andri terlihat buru-buru menghampiri Bu Susi yang m
Read more
BAB 157
“Apakah dia tidak mengalami kekurangan apapun, Dok?” tanya Andri lagi. Dia pernah mengalami kondisi koma dan kemudian terbangun dengan kehilangan sebagian ingatannya, Andri khawatir kejadian serupa menimpa Rini.“Sejauh ini tidak ada yang mengkhawatirkan selain kondisi pasien yang masil lemah dan tekanan darahnya yang masih jauh di atas normal.”“Pak Andri ... Mbak Nuri ... Ibu ….” Suara lirih Rini hampir tak terdengar.“Saya pamit dulu, kami akan terus memantau kondisi pasien. Silahkan memanggil petugas medis jika terjadi sesuatu pada pasien ” pamit dokter dan perawat yang memeriksa Rini.“Baik terima kasih, Dok.”“Apa aku boleh melihat bayiku?” tanya Rini lirih. Andri menghampirinya dan mengusap pipinya. Sedangkan Nuri dan Bu Susi hanya berdiri di sampingnya.“Bayimu cantik, Rin. Dia mirip sepertimu. Aku akan mencoba bicara pada perawat apakah kamu bisa melihat bayimu,” ucap Andri lembut masih sambil mengusap pipi Rini.Nuri tertunduk melihatnya.“Aku ke ruang rawat Bilqis dulu, ya,
Read more
BAB 158
“Rini menangis bahagia, Mbak,” lirih Rini.Nuri dan Andri saling pandang sesaat mendengar ucapan Rini.“Rini bahagia bisa melahirkan putri untuk Pak Andri, Rini bahagia bisa menepati janji pada Pak Andri untuk menjaga Bilqis sampai hadir ke dunia ini, meskipun Rini belum bisa melihatnya. Dan … Rini … bahagia melihat … Mbak Nuri dan Pak Andri … bisa … berdampingan seperti … ini,” lanjut Rini terbata-bata.Andri dan Nuri kembali saling berpadangan, buru-buru Nuri menggeser tubuhnya sedikit menjauh dari Andri ketika menyadari posisi berdiri mereka sangat dekat."Rini selalu merasa bersalah atas perpisahan Mbak Nuri dan Pak Andri. Boleh kah Rini meminta satu hal pada mbak Nuri?""Apa itu, Rin?" Suara Nuri terdengar lembut."Jika Rini tak sanggup lagi bertahan, Rini minta ... Mbak Nuri bisa menjadi ibu bagi Bilqis." Rini berusaha berbicara meskipun terbata-bata."RINI!" sentak Nuri. "Kamu jangan bicara begitu.""Mbak Nuri, aku tidak tau apa aku bisa menebus kesalahanku. Aku sangat menyayan
Read more
BAB 159
“Ayo pulang, Mas. Langit udah mulai mendung sepertinya hari ini akan turun hujan,” ajak Nuri pada Andri yang masih tertunduk menatap pusara yang masih merah dengan taburan bunga-bunga segar di atasnya.Ya, Rini akhirnya menyerah dan pergi meninggalkan bayinya yang masih merah dan sama sekali belum dilihatnya. Dokter menyatakan Rini meninggal karena kasus keracunan kehamilan atau preeklamsia yang menyebabkan tekanan darahnya sangat tinggi serta menyebabkan kerusakan pada sistem organ tubuhnya yang lain.Andri tak pernah menyangka jika Rini akan pergi meninggalkannya setelah melahirkan putrinya, wanita muda itu sudah menahan sakitnya selama mengandung anaknya, ada rasa sesal terselip di hati Andri ketika mengingat bagaimana dia memperlakukan Rini selama ini. Pria itu terlihat mengusap air matanya, kemudian kembali menatap pusara Rini. “Maafkan aku, istriku,” gumamnya lirih.Nuri, Andin, Rizal dan Adit masih berada di area pemakaman menunggu Andri yang masih tidak beranjak dari depan pus
Read more
BAB 160
Nuri berjalan gontai memasuki rumahnya dengan diikuti Adit, sementara Nanda terlihat bernyanyi kecil dalam gendongan Bi Ina.“Ri, aku nggak nyangka kamu sesedih ini dengan kepergian Rini,” ucap Adit lembut.“Dia sudah seperti adikku sendiri, Dit,” jawab Nuri sambil menarik nafas panjang.“Setelah apa yang dilakukannya padamu?” tanya Adit.“Apa maksudmu?”“Kamu masih bisa seperti ini setelah dia merebut kebahagiaanmu dengan Andri?”Nuri hanya menatap kosong pada Adit. “Kamu nggak ngerti, Dit,” gumamnya.“Aku salut padamu, Ri. Hatimu begitu luas bisa masih menerimanya sebagai sahabatmu sebagai saudaramu, meskipun aku tau hatimu sendiri terluka karena itu.” Adit menatap tajam mata Nuri.“Jangan memandangku seperti itu, sebaiknya kamu pulang, Dit. Nggak baik kamu berlama-lama di sini, Aldy lagi sedang tidak di rumah. Aku takut akan jadi fitnah jika kamu berlama-lama di sini.”“Boleh aku bertanya sesuatu padamu?”“Apa itu, Dit?”“Apa kamu berpikir akan kembali pada Andri setelah kepergian
Read more
BAB 161
“Ri, bang Rizal nitip ini buat Aldy,” kata Andin sambil menyerahkan sebuah bungkusan di dalam plastik pada Nuri. “Ini apa, Ndin?” “Nggak tau, kamu tanya sendiri aja sama kakakmu,” jawab Andin datar. Nuri menyipitkan matanya memperhatikan ekspresi bicara Andin. Ada yang tak biasa dengan wanita itu. “Kamu lagi sakit, Ndin?” “Iya, lagi sakit hati!” “Sakit hati? Sama siapa? Sama kak Rizal? Kalian lagi ada masalah?” “Uhh, banyak banget pertanyaanmu Ri.” “Lagian kamu bikin penasaran, sih. Ada masalah apa, Ndin?” Andin menghela nafasnya. “Aku ragu mau cerita ke kamu, Ri. Aku nggak tau kamu itu di pihak mana.” “Kamu udah kayak orang mau perang aja, Ndin.” “Iya, aku lagi perang sama kakakmu.” “Ada apa sih, Ndin?” “Sudahlah, Ri. Aku masih malas membahasnya, aku takut nggak mood kerja.” “Huhhh, kamu ini suka banget ya bikin orang penasaran. Kalau gitu ntar pulang kerja aku mampir ke kafe kak Rizal deh.” Andin hanya mengangkat bahunya. “Ini boleh dibuka nggak, ya?” tanya Nuri sambi
Read more
PREV
1
...
141516171819
DMCA.com Protection Status