Home / Romansa / MENIKAHI MANTAN SUAMI / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of MENIKAHI MANTAN SUAMI: Chapter 51 - Chapter 60

105 Chapters

BAB 51. Dari Hati ke Hati

Jona sudah menunggu di lobi saat Tabitha memasuki gedung kantornya diikuti Sakha yang bersikeras mengantar wanita itu sampai ke ruang kerjanya. Tabitha sudah menolak diantar sampai ke dalam karena ia tidak ingin rekan kerjanya heboh, tetapi Sakha tidak peduli. Laki-laki itu beralasan ingin memastikan Tabitha benar-benar selamat sampai tujuan. Katanya, "Biar aku bisa tenang, Bee. Ini kan hari pertama kamu kerja lagi, masih pakai alat bantu buat jalan dan belum benar-benar terbiasa. Aku nggak mau kamu kesusahan." Kekhawatiran Sakha sangat berlebihan. Menurut Tabitha pribadi, perlakuan Sakha terhadapnya yang overprotektif itu hanya akan menghambat proses pemulihan kakinya. Tetapi memang dasar Sakha keras kepala. Alasan yang Tabitha utarakan itu menurut Sakha hanya akal-akalan wanita itu saja yang gatal ingin bertingkah pecicilan. "Duh, akur banget pasangan baru yang lagi kasmaran kedua. Silau mata gue," ejek Jona sembari pura-pura muntah saat matanya menangkap gestur Sakha mengelus
Read more

BAB 52. Tunda Dulu

Pesan berisi hal serius yang dikirimkan Tabitha pagi tadi membuat Sakha tidak bisa fokus memilah foto-foto. Kemarin, Sakha dan tim yang ditunjuk oleh Pramudya agar membantu Sakha mempersiapkan pameran memang sudah mensortir banyak foto, tetapi untuk keputusan finalnya—foto mana saja yang akan dipamerkan—ada di tangan Sakha. Sakha sebenarnya sudah akan menyinggung masalah 'itu' dan meminta Tabitha menjelaskan sedetail-detailnya, tetapi Sakha sengaja menunggu waktu. Ia perlu mempersiapkan diri untuk mendengar jawaban Tabitha. Salha pikir Tabitha juga belum siap membicarakannya karena mereka kemarin sepakat akan menikmati waktu berdua dulu sebelum memikirkan masalah lain yang membutuhkan momen yang pas dan juga berbekal pikiran yang jernih. "Apa lagi masalahmu, Sakha? Bukankah kamu sudah mendapatkan mantan istrimu kembali? Tapi kenapa kamu malah murung?" Cecaran pertanyaan Pramudya yang tiba-tiba muncul itu membuat Sakha ingin kabur saja. Sakha malas meladeni bosnya yang belakangan in
Read more

BAB 53. Lingkaran Setan

"Kenapa, Tha? Makanannya nggak enak? Nggak sesuai selera lo ya?"Pertanyaan beruntun dari Haga menyentak Tabitha dari lamunannya terkait balasan Sakha yang meminta Tabitha menunda membicarakan masa lalu. Padahal, tadinya Tabitha sudah yakin sekali setelah obrolannya dengan Jona."Tha? Are you okay?" tegur Haga lagi karena Tabitha malah melanjutkan lamunannya tanpa menjawab apa-apa."Oh, nggak. Maksud gue, bukan makanannya yang nggak enak. Gue... gue juga baik-baik aja, tapi gue cuma lagi kepikiran sesuatu," balas Tabitha dengan agak terbata sebelum Haga salah paham.Dua jam sebelum jam makan siang tadi, Haga mengirimkan pesan tentang ajakan makan siang dan Tabitha langsung menyetujuinya. Tabitha perlu memastikan bahwa pertemanannya dengan Haga yang baru terjalin itu tidak rusak hanya karena kecanggungan menyebalkan beberapa waktu lalu karena Sakha."Yakin?" Haga memastikan."Iya, gue nggak papa. Nih, gue makan," ringis Tabitha yang kemudian menyuapkan satu sendok penuh makanan ke dala
Read more

BAB 54. Ketakutan Sakha

"Kamu tadi ketemu Albert?"Pertanyaan yang dilontarkan Sakha membuat Tabitha urung menyuapkan sesendok nasi ke dalam mulutnya."Iya. Dia cerita kalau tadi aku makan siang bareng Haga?" Tabitha balas bertanya dengan nada santai meski dalam hati ia khawatir Sakha akan marah seperti beberapa waktu lalu.Sakha mengangguk. Ekspresi di wajahnya tetap datar. "Dia lebih khawatir soal kita berdua balikan, actually."Tabitha meringis. Tadinya, Tabitha tidak ingin menyinggung tentang obrolannya dengan Albert yang tidak terlalu mengenakkan hati. Namun, karena Sakha yang lebih dulu membahasnya, Tabitha rasanya jadi ingin menceritakan keluh kesahnya."Soal pesan balasan yang kamu kirim tadi—""Makan dulu ya, Bee. Kita bahas nanti setelah di rumah. Abis ini aku harus ketemu penanggungjawab gedung tempat pameran digelar nanti. Nggak papa, kan?"Tabitha mengangguk-angguk, kemudian melanjutkan makan malam dengan tenang. Sakha pun juga melakukan hal yang sama. Tak lebih dari dua puluh menit kemudian, ke
Read more

BAB 55. Dulu dan Sekarang

Hari-hari berlalu dengan cepat hingga tak terasa hanya tinggal dua hari sebelum pameran tunggal Sakha digelar."Bee, udah belum?""Bentar.""Dari tadi nggak kelar-kelar. Kamu ngapain sih? Keburu macet nanti," protes Sakha yang sudah habis kesabarannya.Hari ini adalah jadwal Tabitha check up ke dokter dan kebetulan dokter yang menangani Tabitha hanya ada jadwal pagi hari ini, sehingga Tabitha izin setengah hari. Bukannya bersiap-siap seperti biasanya saat harus bekerja, entah apa yang dilakukan Tabitha di kamar sejak tadi hingga sudah nyaris jam delapan wanita itu belum siap juga. Padahal, di hari-hari biasa, Tabitha selalu sudah siap berangkat kerja saat waktu baru menunjukkan pukul setengah tujuh pagi."Aku pikir kamu dandan dulu, makanya lama," cetus Sakha saat beberapa menit kemudian Tabitha membuka pintu kamarnya.Tabitha keluar dari kamar dengan langkah yang berhati-hati. "Aku dandan kok. Nggak kelihatan ya?""Tapi muka kamu pucat, Bee. Kamu sakit?"Tabitha menghela napas. "Aku
Read more

BAB 56. Terpergok

Setelah perdebatan kecil Tabitha dan Sakha di mobil kemarin, tidak ada lagi obrolan yang terlalu serius di antara mereka berdua. Mereka sama-sama menghindari hal-hal yang hanya akan mengarahkan mereka ke keributan yang lebih besar. Tabitha mencoba pengertian karena pikiran Sakha sedang penuh dengan tetek bengek acara pameran. Wanita itu memaklumi sikap defensif Sakha karena Tabitha sudah sangat menyadari bahwa ialah yang menyimpan penjelasan tentang penyebab perceraian mereka dua tahun yang lalu hingga hari ini. Sakha juga bersikap seolah-olah perdebatan kemarin itu tak terjadi."Bee, kamu udah bangun?" tanya Sakha setelah mengetuk pintu kamar Tabitha yang tertutup."Kenapa?" seru Tabitha dari dalam. Kemudian terdengar gesekan antara kruk denga lantai."Kamu mau ikut aku atau di rumah aja?"Tabitha membuka pintu dari dalam dan melongokkan kepala di antara pintu. Tubuhnya masih terbalut baju tidur. Saat ini baru pukul setengah tujuh pagi. Mereka bahkan belum sarapan."Emang boleh ikut?
Read more

BAB 57. Kekecewaan Ibu

"Permainan apa yang sebenarnya sedang kalian berdua mainkan?" desak Ibu dengan tatapan menusuk. Jarang sekali Ibu menampilkan ekspresi garang seperti sekarang. Ibunda Sakha sama sekali tak mau memberikan waktu bagi anak lelaki dan mantan menantunya yang terpergok sedang bersama. Ibu langsung menuntut penjelasan saat itu juga sehingga Sakha terpaksa menyuruh timnya kembali lebih dulu untuk lanjut menyiapkan pameran untuk besok. Karena tidak mungkin bicara tentang hal-hal serius di tengah-tengah keramaian, Sakha mnegajak Ibu dan Tabitha pulang ke rumah.Awalnya, Ibu menolak dan meminta Sakha menjelaskan secara singkat lalu Ibu akan pulang sendiri, tetapi Sakha tidak bisa membiarkan Ibu pergi dalam keadaan kepikiran. Ibu yang tadinya datang ke rumah makan itu bersama teman-teman arisannya pun memutuskan untuk pulang lebih dahulu dengan beralasan ada urusan darurat. Nyatanya, urusan Sakha dan Tabitha memang masuk dalam kondisi darurat bagi Ibu tunggal itu."Bu, aku dan Tabitha nggak seda
Read more

BAB 58. Ranis Mandira

Dulu, Tabitha bukanlah orang yang cengeng. Perceraiannya dengan Sakha-lah yang membuat Tabitha menjadi mudah sekali menangis. Tabitha pikir, setelah ia dan Sakha kembali bersama, ia akan menjadi kuat lagi seperti dulu. Nyatanya, tidak begitu. Tabitha nyaris tak bisa menghentikan tangisnya setelah berhadapan dengan Ibu yang begitu kecewa. Peluk yang diberikan Sakha saat mereka meninggalkan rumah Ibu pun tak bisa membuat Tabitha tenang. Wanita itu justru semakin kalut saja. "Malam ini kamu sendiri nggak papa? Atau mau tidur di rumah Mama dulu?" Keheningan yang tercipta selama perjalanan menuju rumah Tabitha itu terpecah oleh pertanyaan Sakha yang terlontar dengan lembut. Tabitha mengalihkan tatapan dari lampu merah di sisi jalan untuk menoleh, menatap Sakha yang ternyata sedang menatapnya juga. Sakha tersenyum padanya, seolah-olah mereka tidak sedang berada dalam masalah. "Nggak papa. Terlalu jauh kalau ke rumah Mama." Sakha manggut-manggut. "Besok supirnya Pram yang akan jemput ka
Read more

BAB 59. Walk in Memories (Part 1)

Obrolan tentang Ranis tak lagi berlanjut setelah mobil yang disetiri Albert memasuki pelataran lokasi pameran Sakha diadakan. Karena letak lahan parkir ada di belakang gedung, Albert menurunkan Tabitha dan Alex terlebih dulu agar Tabitha tak perlu menghabiskan banyak tenaga untuk berjalan. Turun dari mobil dibantu oleh Alex, pandangan Tabitha langsung tertuju pada standee banner berukuran cukup besar yang menginformasikan tentang pameran yang mengusung tema "Walk in Memories". Tabitha merasakan desakan aneh di dadanya hanya karena membaca tema pameran itu. "Kenapa, Tha?" tegur Alex saat langkah Tabitha terhenti. Senyum dilontarkan Tabitha seraya melanjutkan langkah dan membalas, "Nothing. Gue cuma penasaran aja kenapa tema pamerannya soal kenangan gitu." Alex mengendikkan bahu saat langkah mereka sudah sama lagi. "Lo tanya langsung aja sama yang ngadain pameran." Keduanya masuk ke dalam gedung setelah menunjukkan kartu undangan khusus kepada petugas yang berjaga di depan pintu. M
Read more

BAB 60. Walk in Memories (Part 2)

Tabitha tidak kembali ke galeri setelah makan siang dan memilih untuk menculik Albert—meski tadi sempat bersitegang, Tabitha merasa jauh lebih nyaman berada di sekitar laki-laki itu ketimbang bersama Alex—agar mau menemaninya window shopping karena sudah bosan berada di dalam galeri. "Bee, ingat ya. Jangan dipaksa buat jalan kalau udah mulai capek," peringat Sakha tadi dengan raut wajah keberatan. Namun, Tabitha akan selalu menjadi Tabitha yang keras kepala. Larangan Sakha itu malah membuat Tabitha memaksa kakinya sampai benar-benar lelah untuk diajak berjalan. Tidak ada alasan khusus mengapa Tabitha melakukannya. Ia hanya ingin mengalihkan pikirannya dari bayangan tentang Ranis. "Lo kenapa sih, Tha?" "Emangnya gue kenapa?" Tabitha balik bertanya setelah mengembalikan sebuah lipstick ke rak. Albert menghela napas. "Waktu gue sama Sakha nyinggung soal Ranis, lo langsung bad mood gitu. Ada sesuatu yang terjadi yang enggak gue tahu?" Kalau Albert sudah dalam mode 'kepo' seperti ini,
Read more
PREV
1
...
45678
...
11
DMCA.com Protection Status