Sakha berbalik. Tak mampu menatap wajah Tabitha yang tampak kesakitan karena ucapannya. Tapi mengapa? Mengapa Tabitha harus menunjukkan ekspresi menyedihkan itu, yang membuat Sakha merasa bersalah? Sungguh tak adil. Tabitha berkali-kali membuat Sakha tampak seperti tokoh antagonis yang merusak hidup wanita itu. Padahal, jika Tabitha mau sebentar saja melihat dari posisi Sakha, maka yang terjsdi pun sebaliknya. Sakha juga menjadi korban dari sikap Tabitha yang berubah-ubah. Jika dibuat perbandingan, mungkin saja Sakha-lah yang paling banyak menerima rasa sakit. Namun, ini semua bukan tentang siapa yang paling tersakiti yang boleh bertindal sesukanya. Jika dunia berputar dengan hal-hal itu sebagai pondasinya, mungkin sejak dulu tidak akan pernah ada namnya kedamaian. Sebab, setiap korban yang merasa paling tersakiti akan selalu bertindak semena-mena. "Sakha, tunggu sebentar," tahan Tabitha lagi saat Sakha sudah benar-benar membuka pintu. Angin malam berembus masuk, membuat Tabitha m
Read more