Home / Pernikahan / Dendam Sang Pelakor / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of Dendam Sang Pelakor: Chapter 51 - Chapter 60

90 Chapters

Bab 51. Malam Terakhir Bersama Pelakor

Dara tengah terpejam dan tidur dengan lelap, tiba-tiba tangan yang gagah nan besar memeluk Dara dari belakang dan memeluk Dara begitu erat. Dara yang tadinya tengah tidur, langsung membuka mata dan membalikkan tubuhnya. Ia membuka matanya sedikit dan melihat Rendra sudah ada di depannya."Aku pulang, Sayang. Kamu ngantuk banget ya?"Dara mengucek matanya dan meregangkan tubuhnya sebentar."Aduh, manisnya ketika kamu sedang tidur, bikin gemas, tahu!" Rendra menjiwit pipi Dara dan mengecup bibir lembut wanita itu."Ng ... kenapa sih, Mas?" tanya Dara yang sedikit kesal karena tidurnya terganggu."Aku harus pergi jam 6 nanti, Dara. Pekerjaanku menumpuk, kamu aku tinggal nggak apa-apa?" tanya Rendra dengan suara yang lembut."Kok gitu, Mas?" tutur Dara dengan nada bicara yang amat manja."Maaf, ya. Lain kali kita akan menginap lebih lama, aku juga tadi langsung tidur waktu lihat kamu tidur. Sekarang, terbangun karena tubuhmu yang begitu seksi itu, membuatku terbangun dan tergoda," gumam R
Read more

Bab 52. Persiapan Jalan Bersama Damar

Dara sudah siap dengan pakaian seadanya dan menuju ke lantai 4, di mana ruang tempat makan berada di sana. Sesampainya di sana, Dara belum melihat pria itu berada di sana. Alhasil Dara harus menunggu beberapa menit sampai pria itu datang.Sembari menunggu kedatangan pria itu, Dara mengambil beberapa makanan lebih dahulu, ia mengambil roti bakar dan juga buah-buahan, lalu duduk di meja dan menikmati sarapan paginya itu.Beberapa menit kemudian, bersama dengan gerombolan pekerja kantor yang mengikuti workshop, Dara terkejut bukan main karena Damar datang bersama dengan orang di kantornya."Eh! Gila! Dia mau makan bersamaku ketika banyak orang begitu? Yang bener aja, nih!" ujar Dara dalam hati sembari menutupi diri karena malu dengan beberapa orang yang ia kenal. Dara berusaha untuk tidak menunjukkan wajahnya di hadapan semua orang agar mereka tidak mengetahui bahwa dia adalah Dara.Beberapa menit kemudian, Damar dengan santainya langsung duduk di hadapan Dara dan menunjukkan senyuman ma
Read more

Bab 53. Jalan Bersama Damar

"Pria ini benar-benar tidak baik untuk jantungku!" batin Dara.Dara memalingkan wajahnya dari hadapan pria itu dan wajahnya juga terlihat memerah. Ia malu karena Damar berucap seperti itu."Aku hanya bercanda. Kamu anggap itu serius?"Dara yang tadinya jelas menganggap itu hal yang serius, langsung memukul lengan besar pria itu dengan keras dan merasa kesal dengannya."Ih! Kamu jalan sendiri saja, ya?" ketus Dara yang mulai kesal dengan pria itu."Eh jangan dong, kamu kok jahat gitu sama aku?" tutur pria itu sembari memanyunkan bibirnya.Hal itu membuat Dara semakin geli karena melihat sikap yang tak terduga dari pria itu. Dara terkekeh geli melihat tingkah pria itu.Setelah cukup lama mereka menunggu lift, mereka pun masuk ke dalam ketika lift itu datang. Mereka sengaja pergi untuk mencari oleh-oleh di kota untuk orang tua Damar. Dara mengajak pria itu ke toko oleh-oleh dan setelah itu pergi ke mall."Mau nonton bioskop?" ajak Damar."Yakin? Aku sih nggak masalah kalau kamu juga seng
Read more

Bab 54. Hari yang Sial

"Kau bisa pulang sendiri, bukan?" tanya Damar kepada wanita itu."Tentu saja, kenapa kau menganggapku seperti anak kecil begitu!" ketus Dara."Kupikir kamu masih menginap di hotel itu, ternyata tidak." Damar tidak tahu jika Dara sudah check out."Tidak, ada yang harus kuurus lebih dulu di tempat kerjaku." Dara tersenyum kecil kepada pria itu."Kalau begitu, hati-hati, ya. Biar kuantarkan kau sampai dapat taxi," tutur Damar kepada wanita itu."Terima kasih banyak."Mereka pun pergi ke tempat biasa banyak taxi mangkal, jadi tak perlu repot menginstal online."Lain kali, kalau aku datang lagi, mau menemani aku pergi jalan-jalan lagi?" tanya pria itu.Dara langsung menatap ke arah pria itu dan tersenyum kecil."Boleh, langsung whatsapp aja," tutur Dara.Damar jelas menyukai sikap Dara itu. Seakan dia jadi memiliki celah untuk memiliki wanita itu. Mereka berjalan ke arah pemberhentian taxi dan Damar tiba-tiba memegang pergelangan tangan Dara.Dara langsung melihat ke arah pria itu dan hera
Read more

Bab 55. Tidak Bisa Ditebak

Karena tidak ada pilihan lain, Dara pun pada akhirnya masuk ke dalam apartemen Nathan dengan sedikit keberatan. Ia tak punya pilihan lain selain menuruti pria itu saat ini. Ayah dan ibunya Dara juga baru saja keluar beberapa menit yang lalu, pasti mereka naik lift ketika Dara naik tangga.Benar-benar kebetulan yang menjengkelkan hingga harus membuatnya terjebak di situasi seperti ini sekarang.Dara masuk ke dalam apartemen yang cukup besar dan hanya ditinggali oleh Nathan sendiri. Ia melihat apartemen itu begitu rapi, dan sama sekali tidak terlihat berantakan. Bahkan, Dara sangat kagum karena dalam apartemen seorang pria, terlihat sangat rapi.Dara dipersilakan duduk di ruang tamu dan diminta untuk menunggu di sana. Namun, Nathan pergi ke dapur dan terdengar ia tengah membuatkan minuman untuk Dara."Kau tidak perlu repot-repot, Nathan. Aku hanya sebentar saja di sini," ucap Dara yang merasa sedikit tidak enak hati."Tidak masalah. Kau jarang pergi ke apartemenku. Orang tuamu juga sang
Read more

Bab 56. Kapan Nikah?

Beberapa hari kemudian, Dara terlihat semakin dekat dengan Rendra. Lebih tepatnya, Dara sengaja mendekatkan dirinya kepada Rendra agar dirinya bisa kembali membuat hubungan Maya dengan Rendra menjadi renggang. Ia hanya ingin dendamnya terbalaskan dengan merasakan apa yang dirasakan oleh Dara selama ini.Dengan rambut yang masih berantakan dan piyama berwarna merah muda, Dara tengah merekap pendapatannya di dalam kamar, tiba-tiba, ibunya masuk ke dalam kamar sembari membawakan makanan dan juga susu hangat untuk sarapan pagi."Makan dulu, Sayang. Kamu selalu saja begini," tutur Dewi yang mengeluh perihal putrinya. "Terima kasih, Bu. Seharusnya ibu panggil Dara saja, nanti aku bakal keluar kok," tutur Dara sembari menggeser laptopnya agar makanan dan minumannya bisa diletakkan di meja juga."Nggakpapa, Sayang. Ibu sekalian mau ngobrol sama kamu deh," ucap Dewi yang langsung duduk sembari memeluk nampan kosong yang tadi berisi makanan milik Dara.Dara yang mendengar ibunya berkata sepert
Read more

Bab 57. Satu Milyar di Depan Mata

"Jauhi suamiku, uang 1 milyar ini buat kamu!" seru wanita itu yang terlihat emosi.Dara menaikkan sebelah alisnya, sebenarnya, dia masih tidak tahu Maya sudah mengetahui hubungan gelap Rendra dengan Dara atau belum. Namun, dari lagaknya itu, sepertinya Maya belum tahu apa-apa."Hah?" Dara mengeluarkan senyum kecil dari bibirnya, seakan meledek Maya yang bersikap sok kaya."Aku bicara sungguh-sungguh kepadamu!" Nada bicara Maya terdengar kesal."Kau memberiku uang untuk menjauhi suamimu? Suamimu pasti sudah tak menyayangimu lagi, ya?" tebak Dara yang melihat situasi hubungan Maya."Tidak. Dia sangat perhatian kepadaku meskipun aku melakukan kesalahan. Dia bahkan rela menemaniku semalam cuma demi cari sesuatu. Padahal dia sedang sibuk," ucap Maya yang membanggakan suaminya.Padahal yang sebenarnya, Rendra pergi menemui Dara dan menginap semalaman dengannya. Mendengar Maya begitu percaya kepada Rendra, membuat Dara terkekeh geli hingga sakit perut.Maya jelas langsung emosi melihat Dara
Read more

Bab 58. Kebal Dengan Penolakan

"Bukankah yang dikatakan oleh Nona Dara ini benar adanya?" tanya Rizal yang menahan pukulan Maya agar tidak mengenai Dara."Rizal? Kenapa kau bela dia?" tanya Maya yang tak percaya dengan sikap pria yang ada di hadapannya itu.Rizal melepaskan tangan Maya dan menatap Maya dengan tatapan yang sinis. Sedangkan Dara tersenyum kecil dan merasa puas dengan raut wajah yang ditunjukkan oleh Maya."Bukankah kita saling menyukai, Sayang? Bukankah kau memang memiliki perasaan kepadaku?" tanya Maya dengan terbata-bata."Sejak kapan aku pernah bilang jika aku menyukaimu?"Jawaban Rizal itu tentu membuat Maya menjadi tak bisa berkata apa-apa lagi dan membuat perut Dara geli rasanya, ia tidak tahan ingin tertawa dengan jawaban Rizal yang bagaikan pedang itu."Tidak mungkin, kau bohong, bukan?" tanya Maya yang tak percaya dengan apa yang dia lihat."Asal kau tahu saja. Aku sama sekali tidak menyukaimu, karena, yang kusukai selama ini adalah ...."Rizal menatap Dara dengan senyuman hangat yang tak pe
Read more

Bab 59. Makan Malam Bersama Lagi

Setelah Dara pergi untuk mengambil barang yang akan dia restock, Rizal mengantarkan Dara ke apartemennya."Saya kembali ke bar lebih dulu, Nona," pamit Rizal setelah sampai di tempat parkir apartemen milik Dara."Terima kasih, Rizal. Aku akan merekap beberapa data dan gaji dulu, tolong jaga barnya, ya?" pinta Dara yang memang sudah sangat percaya dengan Rizal dan menyerahkan pekerjaan Dara kepada Rizal, pria itu sudah seperti ketua tim di tempat kerja Dara.Bahkan, tidak hanya satu dua orang saja yang iri kepada Rizal, beberapa kali juga omongan buruk tentang Rizal selalu terdengar di telinga Dara. Yang katanya terlalu dekat dengan Dara, menggunakan guna-guna, cari muka dan lain-lain. Namun, Rizal selalu mengabaikan hal itu dan hanya menganggap semua itu hanyalah angin lalu saja.Ketika Dara sudah turun dari mobil Rizal dan bersiap untuk masuk, tiba-tiba, ada satu pesan masuk ke ponsel milik Dara. terlihat nama Rendra tertera di layar ponsel milik Dara.[Sayang, aku malas sekali, Maya
Read more

Bab 60. Menggali Informasi

TING TONGTerdengar suara bel di kamar hotel Dara, dan Dara pun langsung mengintip siapa yang datang. Kala ia melihat Rendra berada di depan, Dara langsung membuka pintunya dan Rendra langsung masuk ke dalam kamar yang memang sudah ia pesan."Kamu sibuk ya hari ini?" tanya Dara sembari menutup pintu kamarnya dan melihat Rendra melepaskan dasinya karena sudah pengap."Iya, kerjaanku numpuk banyak! Untungnya sudah selesai semuanya," ucap Rendra."Kamu bilang apa ke istri kamu, Mas?" tanya Dara uang penasaran."Aku bilang kalau aku pergi bersama dengan atasanku," ucap Rendra."Istrimu nggak cemburu?" Dara sedikit heran dengan sikap Maya kepada Rendra.Dia sengaja mempercayai Rendra, atau memang tidak ingin tahu apa yang terjadi?"Nggak tuh. Tapi, nggak tahu juga sih! Sesekali aku juga butuh jauh dari dia, cerewetnya minta ampun, nggak kuat telingaku!" protes Rendra."Padahal kamu dulu sangat membanggakan wanita itu, Mas." Dara sedikit menyindir Rendra sembari tengkurap dan menatap Rendra
Read more
PREV
1
...
456789
DMCA.com Protection Status