Beranda / Pernikahan / Dendam Sang Pelakor / Bab 55. Tidak Bisa Ditebak

Share

Bab 55. Tidak Bisa Ditebak

Penulis: Harumi Akari
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Karena tidak ada pilihan lain, Dara pun pada akhirnya masuk ke dalam apartemen Nathan dengan sedikit keberatan. Ia tak punya pilihan lain selain menuruti pria itu saat ini. Ayah dan ibunya Dara juga baru saja keluar beberapa menit yang lalu, pasti mereka naik lift ketika Dara naik tangga.

Benar-benar kebetulan yang menjengkelkan hingga harus membuatnya terjebak di situasi seperti ini sekarang.

Dara masuk ke dalam apartemen yang cukup besar dan hanya ditinggali oleh Nathan sendiri. Ia melihat apartemen itu begitu rapi, dan sama sekali tidak terlihat berantakan. Bahkan, Dara sangat kagum karena dalam apartemen seorang pria, terlihat sangat rapi.

Dara dipersilakan duduk di ruang tamu dan diminta untuk menunggu di sana. Namun, Nathan pergi ke dapur dan terdengar ia tengah membuatkan minuman untuk Dara.

"Kau tidak perlu repot-repot, Nathan. Aku hanya sebentar saja di sini," ucap Dara yang merasa sedikit tidak enak hati.

"Tidak masalah. Kau jarang pergi ke apartemenku. Orang tuamu juga sang
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Dendam Sang Pelakor   Bab 56. Kapan Nikah?

    Beberapa hari kemudian, Dara terlihat semakin dekat dengan Rendra. Lebih tepatnya, Dara sengaja mendekatkan dirinya kepada Rendra agar dirinya bisa kembali membuat hubungan Maya dengan Rendra menjadi renggang. Ia hanya ingin dendamnya terbalaskan dengan merasakan apa yang dirasakan oleh Dara selama ini.Dengan rambut yang masih berantakan dan piyama berwarna merah muda, Dara tengah merekap pendapatannya di dalam kamar, tiba-tiba, ibunya masuk ke dalam kamar sembari membawakan makanan dan juga susu hangat untuk sarapan pagi."Makan dulu, Sayang. Kamu selalu saja begini," tutur Dewi yang mengeluh perihal putrinya. "Terima kasih, Bu. Seharusnya ibu panggil Dara saja, nanti aku bakal keluar kok," tutur Dara sembari menggeser laptopnya agar makanan dan minumannya bisa diletakkan di meja juga."Nggakpapa, Sayang. Ibu sekalian mau ngobrol sama kamu deh," ucap Dewi yang langsung duduk sembari memeluk nampan kosong yang tadi berisi makanan milik Dara.Dara yang mendengar ibunya berkata sepert

  • Dendam Sang Pelakor   Bab 57. Satu Milyar di Depan Mata

    "Jauhi suamiku, uang 1 milyar ini buat kamu!" seru wanita itu yang terlihat emosi.Dara menaikkan sebelah alisnya, sebenarnya, dia masih tidak tahu Maya sudah mengetahui hubungan gelap Rendra dengan Dara atau belum. Namun, dari lagaknya itu, sepertinya Maya belum tahu apa-apa."Hah?" Dara mengeluarkan senyum kecil dari bibirnya, seakan meledek Maya yang bersikap sok kaya."Aku bicara sungguh-sungguh kepadamu!" Nada bicara Maya terdengar kesal."Kau memberiku uang untuk menjauhi suamimu? Suamimu pasti sudah tak menyayangimu lagi, ya?" tebak Dara yang melihat situasi hubungan Maya."Tidak. Dia sangat perhatian kepadaku meskipun aku melakukan kesalahan. Dia bahkan rela menemaniku semalam cuma demi cari sesuatu. Padahal dia sedang sibuk," ucap Maya yang membanggakan suaminya.Padahal yang sebenarnya, Rendra pergi menemui Dara dan menginap semalaman dengannya. Mendengar Maya begitu percaya kepada Rendra, membuat Dara terkekeh geli hingga sakit perut.Maya jelas langsung emosi melihat Dara

  • Dendam Sang Pelakor   Bab 58. Kebal Dengan Penolakan

    "Bukankah yang dikatakan oleh Nona Dara ini benar adanya?" tanya Rizal yang menahan pukulan Maya agar tidak mengenai Dara."Rizal? Kenapa kau bela dia?" tanya Maya yang tak percaya dengan sikap pria yang ada di hadapannya itu.Rizal melepaskan tangan Maya dan menatap Maya dengan tatapan yang sinis. Sedangkan Dara tersenyum kecil dan merasa puas dengan raut wajah yang ditunjukkan oleh Maya."Bukankah kita saling menyukai, Sayang? Bukankah kau memang memiliki perasaan kepadaku?" tanya Maya dengan terbata-bata."Sejak kapan aku pernah bilang jika aku menyukaimu?"Jawaban Rizal itu tentu membuat Maya menjadi tak bisa berkata apa-apa lagi dan membuat perut Dara geli rasanya, ia tidak tahan ingin tertawa dengan jawaban Rizal yang bagaikan pedang itu."Tidak mungkin, kau bohong, bukan?" tanya Maya yang tak percaya dengan apa yang dia lihat."Asal kau tahu saja. Aku sama sekali tidak menyukaimu, karena, yang kusukai selama ini adalah ...."Rizal menatap Dara dengan senyuman hangat yang tak pe

  • Dendam Sang Pelakor   Bab 59. Makan Malam Bersama Lagi

    Setelah Dara pergi untuk mengambil barang yang akan dia restock, Rizal mengantarkan Dara ke apartemennya."Saya kembali ke bar lebih dulu, Nona," pamit Rizal setelah sampai di tempat parkir apartemen milik Dara."Terima kasih, Rizal. Aku akan merekap beberapa data dan gaji dulu, tolong jaga barnya, ya?" pinta Dara yang memang sudah sangat percaya dengan Rizal dan menyerahkan pekerjaan Dara kepada Rizal, pria itu sudah seperti ketua tim di tempat kerja Dara.Bahkan, tidak hanya satu dua orang saja yang iri kepada Rizal, beberapa kali juga omongan buruk tentang Rizal selalu terdengar di telinga Dara. Yang katanya terlalu dekat dengan Dara, menggunakan guna-guna, cari muka dan lain-lain. Namun, Rizal selalu mengabaikan hal itu dan hanya menganggap semua itu hanyalah angin lalu saja.Ketika Dara sudah turun dari mobil Rizal dan bersiap untuk masuk, tiba-tiba, ada satu pesan masuk ke ponsel milik Dara. terlihat nama Rendra tertera di layar ponsel milik Dara.[Sayang, aku malas sekali, Maya

  • Dendam Sang Pelakor   Bab 60. Menggali Informasi

    TING TONGTerdengar suara bel di kamar hotel Dara, dan Dara pun langsung mengintip siapa yang datang. Kala ia melihat Rendra berada di depan, Dara langsung membuka pintunya dan Rendra langsung masuk ke dalam kamar yang memang sudah ia pesan."Kamu sibuk ya hari ini?" tanya Dara sembari menutup pintu kamarnya dan melihat Rendra melepaskan dasinya karena sudah pengap."Iya, kerjaanku numpuk banyak! Untungnya sudah selesai semuanya," ucap Rendra."Kamu bilang apa ke istri kamu, Mas?" tanya Dara uang penasaran."Aku bilang kalau aku pergi bersama dengan atasanku," ucap Rendra."Istrimu nggak cemburu?" Dara sedikit heran dengan sikap Maya kepada Rendra.Dia sengaja mempercayai Rendra, atau memang tidak ingin tahu apa yang terjadi?"Nggak tuh. Tapi, nggak tahu juga sih! Sesekali aku juga butuh jauh dari dia, cerewetnya minta ampun, nggak kuat telingaku!" protes Rendra."Padahal kamu dulu sangat membanggakan wanita itu, Mas." Dara sedikit menyindir Rendra sembari tengkurap dan menatap Rendra

  • Dendam Sang Pelakor   Bab 61. Tamu Tak Diundang

    "Tante? Kenapa tante di sini?" tanya Dara yang terkejut bukan main."Ikut tante."Wanita itu justru meminta mereka berdua untuk mengikuti Santi. Padahal niat mereka berdua ingin menghabiskan waktu, namun, entah mengapa tiba-tiba tantenya berkata seperti itu.Mereka berdua mengikuti Santi, dan berhenti di sebuah rumah di dekat sana."Pak Lurah, boleh tunggu di luar sebentar, ya?" pinta Santi kepada Damar.Damar hanya melipat kedua tangannya dan menganggukkan kepalanya dengan tatapan yang dingin.Santi mencengkeram lengan Dara dan memaksa Dara untuk ikut dengannya, kedatangan wanita itu juga cukup mengejutkan untuk Dara, ditambah lagi dengan hal seperti ini, membuat Dara semakin bingung dengan apa yang sebenarnya terjadi.Dara dibawa ke rumah kecil itu dan Santi mendorong tubuh Dara ke tembok, ia langsung dimaki habis-habisan."Heh! Kamu tuh ya! Kecil-kecil belagunya bukan main! Beraninya kamu pergi sama Damar ya! Sampai dia bahkan rela ke sini buat nyamperin kamu! Kamu pake pelet apa k

  • Dendam Sang Pelakor   Bab 62. Dara yang Tidak Tenang

    "Dara?" panggil Damar untuk yang kedua kalinya."Ah! Iya, ada apa?" tanya Dara yang justru terkejut dengan panggilan dari Damar."Kamu kenapa? Makanannya nggak enak?" tanya Damar."Eh ... bukan. Maaf ya, aku sedang memikirkan sesuatu," ucap Dara yang langsung kembali melahap steak yang ada di depannya."Kamu mikir apa, sih? Sampai makan aja nggak selahap biasanya. Mau cerita?" tanya pria itu.Dara langsung menatap mata Damar dan semakin bingung, orang yang sedang dipikirkannya sekarang tengah berada di depannya. Dara bingung harus menjelaskan bagaimana dan dari mana."Sebenarnya aku tidak ingin bicarakan hal ini sih, kita lagi jalan, harusnya aku bawa kamu seneng-seneng, bukan kepikiran," ucap Dara yang merasa bersalah."Nggak masalah, aku justru lebih senang kalau kamu menceritakan semua yang mengganjal di hati kamu," ucap pria itu dengan senyuman, seakan memang membiarkan Dara untuk menceritakan apa yang tengah terjadi.Karena sudah tidak tahan lagi, Dara pun menceritakan semuanya.

  • Dendam Sang Pelakor   Bab 63. Menyikapi Masalah Baru

    "Oh, wajahmu memerah," tukas Damar tanpa memikirkan perasaan Dara yang sebenernya sedari tadi jantungnya terus berdebar."Ih!" Dara langsung menghindar dari tangan besar milik Damar dan menatap Damar dengan kesal. "Tangan kamu nakal!"Ucapan yang keluar dari bibir Dara, justru membuat Damar tertawa dan cukup senang mendengar wanita itu mengeluh seperti itu. Mereka pun melanjutkan makan siang mereka dan setidaknya, perasaan gelisah yang dialami oleh Dara sudah menghilang.Ia hanya memikirkan cara agar tantenya tidak bisa mendapatkan Damar."Memangnya kenapa aku nggak boleh sama tante kamu?" tanya Damar dengan tiba-tiba, seakan membaca pikiran Dara. Jelas hal itu langsung membuat Dara terkejut."Aku lebih ke nggak suka aja sih sama dia. Karena dia itu egois banget, serakah, pokoknya semua yang jelek-jelek itu ada di dirinya! Aku sama sekali nggak ngerti sama sikapnya yang begitu kekanak-kanakkan dan mau menang sendiri," gerutu Dara yang sudah telanjur kesal."Contohnya seperti apa?" tan

Bab terbaru

  • Dendam Sang Pelakor   Bab 88. Harus Mengikhlaskan

    Semenjak hubungan Dara dan Nathan berubah menjadi resmi pacaran, Dara pun mulai menjalani dendamnya seperti yang sudah dia rencanakan. Mengingat, dia sudah menjadi milik Nathan, maka, dia tidak boleh membuat Nathan sakit hati lebih dari ini, yang Dara lakukan sudah cukup membuat Nathan sakit hati dan tentunya menunggu cukup lama.Sembari menunggu Rendra sembuh total, mereka berdua terus menerus menemui Rendra dan mempererat hubungan mereka agar bisa makin menuju ke jenjang lebih serius. Nathan ingin bicarakan kepada Rendra, namun, jika dia bicarakan sekarang, rencana Dara akan gagal total dan pasti akan membuat Dara bersedih bahkan tidak senang mendengarnya."Menurutmu, ayahnya Rendra perlu mendapatkan pelajaran?" tanya Dara ketika mereka tengah menuju ke rumah sakit."Tentu saja. Aku hanya belum bertindak saja. Sejujurnya, dia bekerja di perusahaanku, jadi, mudah saja memecatnya kapanpun aku mau." Nathan menyetir mobil dan fokus ke jalanan."Ngeri juga ya," tutur Dara sembari ngeri k

  • Dendam Sang Pelakor   Bab 87. Pasangan Baru

    Hubungan mereka pun sudah mulai berlaku di hari itu juga. Artinya, Nathan menang dalam taruhan mereka dan dia bisa mendapatkan Dara sepenuhnya. Namun, Dara juga harus bisa melepaskan Rendra jika dia akan memulai kehidupan yang baru."Nathan, boleh kita ke apartemenku setelah ini? Aku ingin memberikan kabar bahagia ini kepada mereka berdua," ucap Dara dengan senyuman. Dia mulai bisa terbiasa dengan situasi seperti ini. Meskipun awalnya dia sangat canggung karena status mereka berdua berubah secara tiba-tiba."Tentu saja, dengan senang hati aku akan melakukannya," ucap Nathan yang terlihat cukup bahagia dan seperti tak bisa berhenti mengeluarkan senyuman manisnya itu.Dara pun semakin tidak kuat melihat pria itu yang nampak semakin tampan di mata Dara, padahal sebelumnya pria itu biasa saja dan sedingin kulkas. Mengapa tiba-tiba dia melihat Nathan menjadi seperti itu, ya?"Nathan, sebelumnya, aku harus bilang ini kepadamu. Karena ini semua adalah rencanaku dan kamu harus tahu. Aku tidak

  • Dendam Sang Pelakor   Bab 86. Kelanjutan Hubungan Dara

    Keesokan hari pun tiba, di mana Dara sudah mempersiapkan diri untuk bertemu dengan Nathan. Setelah semalaman dia memikirkan apa yang harus dia putuskan. Entah mengapa hatinya lebih mengarah ke Nathan daripada Rendra. Lagipula, kedua orang tua Dara jelas sudah tidak setuju dengan kehadiran pria itu dalam hidupnya. Beda dengan Nathan yang datang ke hidup Dara dan disambut baik oleh mereka semua.Menjelang jam pertemuan, Dara sangat gugup. Dia bahkan sejak tadi pagi tidak keluar dari kamarnya karena lebih memilih harus memutuskan yang mana dan tidak ingin salah pilih seperti dulu. Dia ingin memantapkan diri untuk memilih Nathan meskipun ia masih memiliki sedikit rasa kepada Rendra.Tiba-tiba, ibunya Dara masuk ke dalam kamar Dara dan menyapa putrinya yang tengah galau dan tengah dilanda kebingungan itu.“Dara, kamu baik-baik saja?” tanya ibunya Dara sembar membawakan sarapan pagi.“Aku baik-baik saja, Bu. Ada apa, Bu?” tanya Dara yang berusaha tersenyum.“Syukurlah jika kamu baik-baik sa

  • Dendam Sang Pelakor   Bab 85. Curhat Dengan Orang Tua Dara

    Dara menceritakan perihal apa yang terjadi kepada Dara barusan. Karena tidak ingin salah langkah, ia pun menceritakannya kepada kedua orang tuanya. Sudah cukup juga usia Dara untuk menikah. Jika dia serius, dia pasti bisa menuju ke jenjang yang lebih serius.“Begitulah, Nathan tiba-tiba bilang begitu kepadaku. Aku sama sekali tidak menyangka jika pria itu akan mengucap hal seperti itu kepadaku,” ucap Dara kepada kedua orang tuanya.“Sebenarnya, ayah sudah mengetahui ini sejak awal. Ayah juga merasa bahwa Nathan itu sudah lama menyukai kamu, Dara.” Jaka menjawab begitu dan memang sudah sedari awal mengetahui semuanya.“Ayah sudah sadar sejak lama? Lalu menurut ayah gimana?” tanya Dara yang langsung menatap ke arah ayahnya itu. Ayahnya terlihat sangat santai dan masih bisa tersenyum di depan putri dan juga istrinya.“Kalau kamu tanya menurut ayah, sebagai laki-laki, ayah jelas bisa melihat sikap dan sifat Nathan selama ini. Dia pria yang baik, bahkan dia sangat menyayangi kita, dan suda

  • Dendam Sang Pelakor   84. Rasa Suka Nathan

    Dara jelas semakin terkejut dengan ucapan Nathan barusan. Dia bahkan tak pernah berpikir sejauh itu, apalagi sampai ada statement bahwa Nathan menyukai Dara, hal itu bahkan tak pernah sedikitpun ada di kepala Dara.“Jangan bercanda, Nathan. Nggak lucu ih!” ucap Dara yang berusaha menahan rasa canggungnya.“Aku serius, Dara.” Nathan berusaha menatap manik mata wanita yang sedari tadi memalingkan pandangannya dari Nathan.Dara pun hanya bisa diam saja sembari menatap ke luar jendela yang berada di hadapannya itu. Mengapa di saat seperti ini, pria itu justru mengutarakan apa yang ia rasakan. Mengapa ia mengutarakannya di saat yang tidak tepat? Mengapa saat Dara susah sekali berpaling dari Rendra.“Kamu berkata begitu biar aku bisa jauh dari Rendra, bukan?” tanya Dara.Dara pun masih berusaha untuk berpikir positif akan ucapan Nathan. Ia masih saja berpikir jika Nathan tidak serius dan hanya main-main saja. Selama ini, dia memang penasaran terhadap Nathan, namun, dia tidak menyangka jika

  • Dendam Sang Pelakor   Bab 83. NA Group

    Selepas kepindahan Rendra, beberapa hari setelah Rendra pindah, Dara pun baru sempat menemui Rendra, karena pekerjaannya cukup banyak dan membuat Dara tak punya waktu untuk pergi kemanapun selain mengurus pekerjaannya itu.Dara pergi ke rumah sakit di mana Rendra dirawat, ia pergi dengan menggunakan taxi karena Nathan juga tengah sibuk mengurus meeting di kantor. Dara tidak masalah dengan itu, di dalam taksi, dia berulang kali melihat ke jam yang ada di tangannya dan merasa jika supir taksinya mengendarai cukup lama hingga membuat Dara cukup gemas.Hingga sampailah dia ke rumah sakit yang cukup besar dan juga megah. Dara bahkan sempat tertegun kala melihat mewahnya bangunan di sana. Ia masuk dan langsung pergi ke lantai 4 di mana Rendra dirawat dan identitasnya juga disembunyikan, mengingat Rendra saat ini sedang berada dalam bahaya jika tidak disembunyikan. Ayahnya Maya sudah pasti akan geram jika Rendra tidak mati dalam insiden kecelakaan itu.Sampai di lantai 4, Dara masuk ke ruang

  • Dendam Sang Pelakor   Bab 82. Persaingan Rendra dengan Nathan

    Beberapa hari pun berlalu, Dara hanya tinggal menunggu Rendra sembuh dari rumah sakit saja. Ketika Rendra sudah bisa ditemui, polisi berulang kali datang untuk melihat kondisi Rendra dan menanyakan apa yang sebenarnya terjadi dengan Rendra. Lalu, kebenarannya tentang narkoba yang dikonsumsi oleh pria itu. Saat dituduh seperti itu, Maya bahkan hanya bisa diam dan tidak membela suaminya sama sekali, bahkan, dia berniat untuk meninggalkan suaminya atas tuduhan yang tidak benar itu.“Benar kamu mengkonsumsi narkoba?” tanya Maya di depan para polisi.“Nggak! Serius! Aku sama sekali nggak pernah konsumsi narkoba, mabuk, dan lain sebagainya itu nggak pernah!” tutur Rendra yang berusaha untuk membela dirinya sendiri.“Terus kenapa ada narkoba di minuman kamu kalau bukan kamu yang konsumsi?” tanya Maya.“Setelah aku pulang dari pertemuan keluarga kita kemarin, aku diberi kopi oleh pelayan yang bekerja di sana. Setelah itu aku langsung nggak sadarkan diri dan nggak bisa kendalikan mobilku, aku

  • Dendam Sang Pelakor   Bab 81. Digoda Nathan

    Dara langsung mengenakan pakaiannya tanpa memperhatikan Nathan yang sudah semakin mendekat ke arahnya. Hingga Nathan pun memeluk Dara dari belakang dan kepalanya berada dekat dengan kepala Dara.“A–apaan sih! Kamu ngapain? Ada ayah sama ibuku di luar loh!” ucap Dara yang sedikit panik kala pria itu berlaku seperti itu.“Dulu kamu melakukan ini kepadaku biasa saja, kenapa sekarang kamu jadi gugup ketika berada di dekatku?” tanya Nathan dengan blak-blakkan.“I–itu karena dulu aku bekerja untuk hal seperti itu, sekarang kan sudah tidak lagi!” ucap Dara yang semakin panik ketika Nathan terlihat semakin erat mendekap Dara.Pria itu perlahan mengusap perut Dara dan naik ke dadanya, hingga Nathan berhasil mendapatkan kedua gundukkan yang cukup besar, dan karena Dara sudah lama sekali tidak melakukan hal seperti itu, ia langsung memiliki hasrat yang besar untuk melakukannya dengan Nathan. Namun, ia masih berusaha menahannya karena tidak ingin ia melakukan itu kepada Nathan.“Nathan, kumohon a

  • Dendam Sang Pelakor   Bab 80. Sebuah Ancaman

    [“Apa yang kamu perbuat kepada putraku?”] tanya pria itu dengan nada yang terdengar kesal.“Apa maksud anda?” Dara jelas bingung dengan apa yang dikatakan oleh pria itu, mengingat ia sama sekali tak pernah menyentuh Rendra belakangan ini. Apakah ada pembicaraan lain atau hal lain yang tidak diketahui oleh Dara.[“Mengapa sampai Rendra bisa kembali mencintaimu? Kamu pellet dia, ya!”] tuduh pria itu.“Oh, Jika dia menyukai saya bukankah itu haknya? Dia juga terlihat frustasi menjadi suami Maya. Jadi, bukankah kehadiran saya dalam kehidupan Rendra membuatnya jauh lebih baik?” tanya Dara sembari tersenyum puas mendengar perkataan seperti itu.[“Kau hanya akan menghancurkan apa yang sudah anakku dan aku lakukan saat ini! Apa kau tidak memikirkan bagaimana hancurnya kami berdua ketika nanti pria itu mengetahui kelakuan menantunya!”] bentak Jaya kepada Dara.“Bukankah saya sudah pernah bilang? Jika anda membersihkan nama baik ayah saya, maka saya akan langsung menjauh dari putra anda. Namun,

DMCA.com Protection Status